Chapter 13: Hasrat
Kembalinya Genta dengan tubuh yang penuh luka di tempat persembunyian Tuan Irawan membuat semua orang terkejut dan segera mengobati tubuh Genta. Arum terlihat khawatir dan menangis melihat kondisi Genta.
"Kau bodoh!!! Bisa-bisanya menantang kembali musuh kita sendirian! Kalau kau mati, paling tidak matilah dengan meninggalkan keuntungan. Jangan pulang dengan luka-luka seperti ini. Aku iri. Aku juga ingin berjuang dan berguna bagi yang lainnya!" (Arum memeluk erat tubuh Genta).
Genta dengan lembutnya membelai rambut Arum hingga membuat Arum berhenti menangisinya.
"Jangan cengeng Rum. Tahu kan, kemampuan regenerasiku cukup membantu? Tenang saja. Setidaknya semua sekarang baik-baik saja" (memegang pipi Arum dan menatap matanya dalam-dalam).
Arum melepaskan pelukannya dan membalut luka ditubuh Genta. Kemudian tak sengaja Arum menepis saku baju Genta hingga membuat kertas remuk jatuh kebawah lantai. Kertas tersebut Arum pungut dan ia baca kata per kata.
"Ayu. Aku tahu aku sangat bodoh dalam menguasai kemampuan anehku. Terlebih lagi, aku sempat memaksakan diri untuk mengaktifkan duplikasi dan merubah seluruh tubuhku menjadi mirip sepertimu. Aku mencium kening tubuh duplikasi itu, lalu membunuhnya hingga ia mati menjadi uap gas, lalu menghilang begitu saja. Hal yang lebih anehnya lagi, sekarang aku malah terjebak di dunia entah berantah ini ketika menyelamatkanmu dari penjahat berjubah putih itu. Aku harap engkau dapat mendengar isi hatiku. Disini sangat dingin, sampai kaki dan tanganku membeku. Aku tak tahan lagi untuk bunuh diri di usia yang sangat muda ini. Tetapi, tenang saja. Aku gila seperti ini, masih saja mencintaimu, berharap kita berdua dan semua orang baik-baik saja".
Arum kemudian mengerutkan dahinya sambil memikirkan kata-kata yang sudah di lontarkan oleh tuan Irawan dari masa depan.
"Tunggu sebentar. Asri, Melati, Genta, Wisnu, Jaka... Apakah terakhir bercerita, si Irawan masa depan itu memberitahu kita kalau ia telah mengorbankan duplikasinya untuk menyelamatkan ibuku?"
Semua orang mengangguk penuh kepastian.
"Lalu apakah tuan Irawan masa depan berbicara kalau duplikasi itu menjadi uap gas lalu menghilang ketika tertembak di kepalanya?" (Tangan Arum bergetar menggenggam secarik kertas itu).
Genta dengan lantangnya menarik kertas itu dan menyuruh Arum untuk duduk. Keheningan memaksa Genta untuk menjelaskan keadaan yang telah ia alami.
"Tuan Irawan yang lain, datang mengunjungi dunia kita ini. Kemudian pihak tuan Irawan keji beserta Robert mencari keberadaan tuan Irawan muda dari masa depan..." (Ia menjelaskan sesuai dengan ingatannya kepada Tim Enam).
Melati berpikir keras dengan perkataan Genta dan mulai mencerna informasi yang didapat dari secarik kertas itu.
"Ini sangat aneh. Aku bersumpah demi apapun. Rasanya takdir sudah dibuat sedemikian rupa, namun menjadi tumpang tindih. Aku jadi berfokus kepada tuan Irawan daripada penjahat putih itu".
Jaka secepatnya dengan tergesa-gesa langsung berdiri ditengah-tengah Tim Enam untuk memaparkan idenya.
"Tung.. tu.. tunggu, tunggu, tunggu dulu... Aku punya ide. Tuan Irawan masa depan yang ada di kamar atas belum siuman. Baiknya kita tunggu dulu kejelasan dari sudut pandangnya. Aku dari tadi melihat kak Arum mulai menggigit bibirnya dan seakan mulai murka, kak Melati kebingungan, beserta yang lainnya. Ku mohon jangan bertikai dulu".
Arum berdiri dan perlahan mendekati kuping Jaka sambil berbisik.
"Tau saja kau, bocah tengil. Kau sudah mengintip jalan pikiranku".
Melati, Asri dan Genta hanya bisa saling menatap. Kemudian disusul dengan tangan Arum yang mulai menerangi seisi ruangan. Sikap sigap Genta langsung menahan tangan Arum dan berniat untuk menenangkannya.
"KAU INI!!! (Menampar pipi arum dengan sangat kuat). Bisa-bisanya bersikap Egois disaat seperti ini. Bisa tidak kau lihat dengan mata kepalamu kalau aku terluka dan semua orang masih berusaha berpikir dengan secarik kertas aneh ini!? Apa saja selalu dengan kemarahan didalam dirimu. Aku sayang padamu, Arum. Aku harus mengingatkanmu".
Arum memegang pipinya setelah ditampar oleh Genta, lalu berteriak dihadapan semua orang.
"KALIAN GILA YA! INI SUDAH TIDAK MASUK AKAL! Tuan Irawan ini, tuan Irawan itu. Persetan SEMUANYA!!! Ayo kita basmi saja semua tubuh, wajah, apapun itu yang berkaitan dengan ayahku. Aku sudah ikhlas dan tak mampu lagi dalam berpikir. Ku mohon Genta. Ku mohon. Kau menyayangiku kan? Setelah ini ayo kita menikah. Aku mau menikah denganmu. Aku sudah tak tahan. Impianku untuk menjadi orang normal adalah impian terakhirku." (menangis dan memeluk Genta).
Melati yang sepertinya menahan amarahnya, kini ia tumpahkan pada Arum dengan menarik kemudian mencekik lehernya.
"Tuan putri yang manja dan brengsek, dengar perkataanku baik-baik. Aku terpaksa kasar seperti ini, karena kau yang mulai duluan. Semua orang disini sedang mencerna baik-baik pesan dari secarik kertas sampah itu. Jadi tolong, jangan jadi sampah yang lebih rendah dari selembar kertas ronyok itu. Kepalaku sakit, semua orang disini sakit! Jangan memperparah situasi" (melepaskan cekikannya)
Arum batuk tidak karuan karena cekikan Melati. Kemudian Genta dengan cepat membantu Arum dan menenangkannya diikuti Wisnu yang berdiri memasang badan diantara konflik tersebut.
"Sudah benar menurutku dengan perkataan Jaka. Tunggulah beberapa saat agar tuan Irawan yang ada di kamar sadar kembali. Aku tahu ini sangat rumit. Langkah apa yang harus kita ambil mestinya diambil dengan kepala dingin. Walaupun kalian tahu, aku sangat trauma dan sangat murka jika melihat wajah Robert dan tuan Irawan keparat itu".
Genta sedari tadi melihat Arum yang tengah memegang lehernya karena kesakitan atas perbuatan Melati. Langsung saja tanpa pikir panjang Genta menggendong tubuh Arum dan berlari keluar dari pintu depan. Sesampainya didepan, Genta menurunkan tubuh Arum.
"Arum. Ku mohon berpikir jernih. Ayo. Pasti bisa. Kita hadapi bersama-sama. Aku mewakili dari semua teman-teman meminta maaf atas sakit yang ada pada tubuhmu. Ku mohon sekali lagi. Jelaskan isi kepalamu dengan keadaan tenang".
Arum terlihat menunduk seakan mengacuhkan kalimat-kalimat Genta.
"Siapa? Kau berbicara padaku? Sudahlah Genta. Otakmu sama saja dengan yang lainnya. Aku terima konsekuensinya jika aku salah dengan ambil sikap untuk membunuh seluruh duplikasi ayahku. Kenapa? Kau tidak terima? Aku bisa saja me..."
Tiba-tiba Genta mencium bibir Arum dengan lembut. Bibir Genta dan Arum menyatu cukup lama, dibarengi dengan rintik hujan yang mulai turun. Kemudian, Arum membalas ciuman Genta dengan pelukan erat. Hingga pada akhirnya Genta memojokkan tubuh Arum dibawah pohon tanpa melepaskan ciuman mereka berdua. Setelah ciuman itu usai, Genta memegang kedua pipi Arum dan meyakinkan Arum untuk tidak bertindak gegabah.
"Kamu tidak punya siapa-siapa lagi kan? Izinkan aku untuk menjadi lelakimu. Lagi pula, kamu tadi berucap mau menikah denganku kan? Ku mohon dengan seluruh nyawaku dan orang-orang yang terlibat. Aku mau yang terbaik untukmu. Untuk kita semua. Tolong Rum. Tolonglah, perempuan cantik ku" (Kemudian Genta meringkuk sujud dihadapan Arum sambil menangis).
Arum dengan secepatnya mengangkat pundak Genta lalu mencium kembali bibirnya. Setelah itu, Arum berbisik ditelinga Genta dengan sangat pelan.
"Aku ingin mati, gen. Tolong urungkan niatku. Aku ingin mengamuk dengan bebas dan membunuh ayahku. Tolong tahan ragaku ini agar tidak menyakiti siapapun. Aku percaya dengan dirimu. Aku..." (Tiba-tiba seutas tali yang memiliki ujung tombak menusuk bahu Arum dari belakang hingga menarik, menyeret tubuh Arum menjauhi Genta).
Sontak saja Genta dengan tatapan sedih penuh amarah mengeluarkan delapan kaki laba-laba raksasa dari balik punggungnya, diikuti dengan ekor kalajengking yang terurai dari tulang belakangnya.
"Argghh!!! Ke... Kembalikan perempuanku. Kembalikan ARUM!"
Chapter 14: Agen khusus
Sebelumnya Robert telah diamankan dalam tabung laboratorium untuk perawatan lebih lanjut oleh tuan Irawan dari pertarungan berdarah. Di ruangan tersebut, tuan Irawan menatap dari balik kaca penghalang laboratorium, memandangi 12 orang yang berlutut dihadapannya.
"Tidak berguna. Kau kalah dengan duplikasiku, Robert. Apa boleh buat. Aku akan meluncurkan protokol 12, lalu menyeret anakku langsung untuk bergabung bersama kita. Harus perlahan dan aku memulai dari Arum. Selanjutnya, satu persatu dari teman-temannya".
Keadaan kembali saat Arum tertusuk oleh tombak yang dikaitkan dengan tali pada bahunya, yang membuat dirinya kini terseret didepan dua orang. Kemudian Arum tiba-tiba memuntahkan darah dari tenggorokannya.
"Aghh! ,nggh!!! Genta tolong aku. Ke.. kemampuanku tidak bisa..." (Arum seketika pingsan tak berdaya).
"Ada apa ini!!?" (Jaka yang melihat dari pintu atas ruangan langsung mendobrak dan terjun bebas kebawah untuk menolong Arum).
Tak selang beberapa menit, Tim Enam turun dan langsung berlari mengejar mobil yang telah membawa Arum. Situasi mulai pecah ketika Genta berlari sangat cepat, lalu melompat diatas mobil penculik Arum.
"Kendali 5, tolong bawa kemudi mobil. Kendali 8 dan 10 ikut aku untuk menahan sekutu target yang ada diatas mobil ini" (Kemudian seorang pria memakai jas dan dua orang gadis melompat dari dalam mobil).
Pria tersebut mengarahkan tangannya ke arah Genta, sekaligus mengeluarkan tali panjang yang ujungnya dilengkapi ujung tombak kecil pengait. Alhasil tombak tersebut mengenai punggung Genta hingga menariknya jatuh dari atas mobil.
"Kapten, apakah aku harus membunuhnya langsung?" (Salah satu gadis yang menyandang nama kendali 8 itu menunggu instruksi).
Pria itu menahan kendali 8 dan kendali 10 agar tetap diam dan menyuruhnya untuk menahan Tim Enam yang kini berada didepan mereka bertiga.
"Brengsek! Kembalikan kak Arum kami" (Jaka langsung mengubah tangannya menjadi struktur aspal, berlari menuju para penculik Arum).
Gadis bernama kendali 10 maju didepan sembari membuka jasnya. Terlihat dibelakang tubuhnya terdapat tabung cukup besar. Seketika ia mengacungkan ujung jarinya dan mengeluarkan sinar laser panas kearah Jaka.
"Panas! panas! panas! Sialan! Terlalu panas untuk aku tiru ditangan. Ternyata agen khusus lagi dari tuan Irawan yang kini cukup canggih" (Jaka menahan tembakan sinar laser tersebut menggunakan kedua pergelangan tangannya).
Setelah itu pria yang menyandang nama kendali 1 memerintahkan kendali 8 untuk maju menghampiri Melati, Asri, dan Wisnu.
"HIYAAA! pukul! Remas! Tendang! Hahaha... Aku suka bermain seperti ini. Tuan Irawan bohong. Mereka semua ternyata lemah" (Kendali 8 terbang menggunakan mesin jet terbang yang ada dipinggangnya sembari memukul semua Tim Enam dengan cekatan).
Karena kondisi fisik yang belum terlalu pulih, Melati, Asri, dan Wisnu terjatuh oleh serangan kendali 8.
"Ayolah, kawan-kawan. Ayo bermain, jangan ketiduran begitu. Memalukan tahu" (Kendali 8 mengejek Tim Enam dengan percaya diri).
kini Tim Enam satu-persatu telah dilumpuhkan oleh protokol 12 tuan Irawan. Terlihat Genta tergeletak bersimbah darah tak sadarkan diri yang rupanya ujung tombak tersebut memiliki racun yang dapat mengganggu kemampuannya. Disatu sisi, Jaka kewalahan menahan sinar laser kendali 10 yang tak kunjung berhenti membakar lengannya. Kemudian Tim Enam lainnya terkapar pingsan karena dihajar oleh kendali 8. Perlahan kendali 1 menghampiri Melati yang sedang tergeletak tidak berdaya.
"Untung saja kalian dikeadaan buruk seperti ini karena luka pertarungan sebelumnya. Kalau tidak, aku dan tim protokol semi mesin humanoid lainnya pasti cukup kesusahan. Terlebih lagi, didepan ku sekarang adalah Melati. Manusia yang mempunyai kemampuan mengerikan. Aku bersyukur bisa melumpuhkanmu. Aku akan mendapatkan uang untuk mengobati anakku yang punya penyakit mematikan. Maafkan aku. kami pemegang kendali protokol memiliki alasan masing-masing untuk membantu tuan Irawan yang kaya itu" (Menodongkan ujung tombak dari pergelangan tangannya ke kepala Melati).
Akan tetapi, Asri yang pura-pura pingsan langsung bangkit dan meraih pipi kendali 8.
"Kutukan jiwa suram, 5 ilusi untuk satu orang!"
Kendali 8 berteriak dengan gilanya. Namun tubuh kendali 8 tetap dalam keadaan diam seakan tidak bereaksi pada kemampuan Asri.
"Hahahaha! Sakit sekali! Sungguh pedih! Kau berharap aku menjadi gila, bukan? Aku memang sudah gila. Tapi jangan harap tubuhku akan menjadi hilang kontrol. Semua sudah diatur tuan Irawan. Semua tubuh kendali protokol 12 rata-rata telah diubah menjadi mesin!" (Ia mencekik leher Asri dengan sangat kuat).
Tanpa pikir panjang Asri melangsungkan serangan dadakan pada perut kendali 8 menggunakan pisau lipat rahasia yang ada di sepatunya. Akibatnya cekikan itupun terlepas dari leher Asri.
"Aghh!! Gawat. Mereka monster bertubuh mesin. Aku hanya memiliki 5 kali pemakaian kemampuanku. Akan ku gunakan kepada yang lainnya saja agar terbangun dari pingsan" (langsung berlari menuju Wisnu dan membangunkannya menggunakan kemampuannya).
Sontak saja Wisnu terbangun dan mengaktifkan kemampuannya. Tiba-tiba cakar di jari tangan Wisnu mencengkram kuat mesin terbang yang ada di pinggang kendali 8, mengakibatkan mesin tersebut rusak dan meledak seketika. Hal tersebut membuat Wisnu dan kendali 8 terlempar cukup jauh. Kali ini Wisnu benar-benar pingsan dengan luka bakar yang cukup parah di tubuhnya. Terlihat pula kini setengah badan kendali 8 terbelah akibat ledakan tersebut. Tubuh bagian atas terlempar tepat dibawah kaki kendali satu.
"Ngghh.. gghh.. Kap.. Ten.. a.. aku mau hidup sambil bermain bersama orang-orang. Aku mau berlari, bermain, bahkan terbang bebas. Aku lelah menjadi anak yang cacat. To.. Tolong..." (Seketika Kendali 1, yaitu sang kapten protokol 12 mengambil pistol dan menembak tepat di kening kepala kendali 8 berkali-kali).
Setelah menembak kendali 8, kendali 1 mengarahkan pistolnya ke arah kendali 10.
"Kalau kau bersikap kekanak-kanakan seperti bocah cacat yang dulunya tidak bisa berjalan ini, akan secepatnya ku lubangi tengkorak mu dengan peluru panas barusan. Becuslah dalam bekerja. Cepat, pastikan seluruh Tim Enam tidak ada yang sadar".
Kendali 10 kemudian mematikan kekuatan lasernya. Kini ia maju berlari ke arah Jaka sembari menembak menggunakan senjata yang mengeluarkan cairan berbahaya. Akibatnya cairan tersebut mengenai lengan Jaka, dan merubahnya menjadi lengan manusia biasa.
"Ayolah! Mengeraslah tanganku!" (Jaka memukul-mukul tangannya diatas aspal jalan).
Kendali 10 tanpa pikir panjang mengaktifkan kembali serangan laser panas kearah Jaka. Akan tetapi Jaka berhasil menahannya menggunakan potongan kaki robot dari kendali 8 yang sudah terpencar-pencar dari tubuhnya. Mata kendali 10 memantulkan biasan cahaya merah dari warna lasernya.
"Cepatlah menyerah. Saudaraku yang ada di penjara akan dieksekusi mati. Aku harus menyelamatkannya, bagaimanpun caranya. Korbankanlah nyawamu untuk orang lain. Ku mohon, Tim Enam. Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain adikku satu-satunya. Dia memang bodoh. Masih belajar tentang hidup. Aku harus mendidiknya, agar kedua orang tua ku yang sudah meninggal tersenyum melihat kami berdua menjadi orang yang sukses!" (Menekan sinar laser dengan kuat kearah Jaka tanpa ampun).
Namun suara berdesis aneh membuat kendali 10 terheran-heran dan memandang kebelakang tabung yang ada dari balik tubuhnya.
"Kurasa ada yang salah dengan tabung ini. Mestinya..." (BOOM!!! Tabung tersebut meledak karena telah dicapit oleh kelabang raksasa milik Genta, sehingga membuat tubuh kendali 10 hancur).
Dari jauh Genta terlihat kesulitan bernafas karena efek samping racun diujung tombak milik kendali 1. Ternyata ia telah sadar dari pingsannya. Meskipun demikian, Genta telah berhasil mengalahkan kendali 10 tepat waktu untuk menyelamatkan Jaka. Lantas Jaka memilih untuk berlari kearah kendali 1 sambil meneriakkan kekesalannya.
"KENAPA!? Kau kebingungan hah!? Inilah kami. Kami adalah Tim Enam yang tak gentar untuk saling menjaga dan berusaha untuk mengungkap kebenaran!" (Jaka menarik lengan kendali 1 yang sedang memegang pistol).
Pistol tersebut berhasil direbut oleh Jaka. Namun kejanggalan terjadi pada pistol tersebut, karena pelatuknya tidak berfungsi.
"Kau kebingungan? Saksikanlah kejeniusan tuan Irawan. Inilah kami yang tak gentar dan tak habis akal untuk menghabisi kalian para Tim Enam!".
Alangkah terkejutnya Jaka, karena tiba-tiba dari belakang ia ditabrak dengan sangat keras oleh mobil yang melaju kearahnya. Akibatnya Jaka terpental jauh dan menyebabkan ia pingsan penuh luka.
"Kendali 3 siap sedia. Berantakan sekali keadaan disini. Cepatlah masuk kedalam mobil, kapten. Tenagamu lebih dibutuhkan tidak untuk sekarang".
Mobil yang dikendarai oleh sosok kendali 3 itu melaju meninggalkan Tim Enam yang tergeletak tidak berdaya.