Hunters... Mungkin kalian pernah mendengar nama itu.
Ya, nama itu adalah sebutan untuk para petugas pembunuh monster.
Akulah salah satunya. Tapi... Aku ini bukan Hunter resmi. Bisa dibilang ilegal.
Aku hanya menjual bagian tubuh monster pada siapa saja yang ingin membelinya. Tentu saja dengan bayaran yang mahal!
Aku melakukan itu untuk bertahan hidup. Aku bertahan hidup bukan dari monster. Melainkan makanan.
Aku adalah seorang yatim piatu. Umurku sekitar 21 tahun. Dan aku hanya memiliki satu lengan saja.
Aku hanya memiliki lengan kanan. Jika kalian bertanya? Dimana tangan kiriku. Jawabannya adalah, dimakan oleh Werewolf.
Dulu. Aku tinggal dengan nenekku di sebuah desa. Awalnya, memang nyaman aku tinggal disitu. Namun, tiba-tiba saja dimalam hari. Desa kami diserang oleh segerombolan Werewolf. Dan tangan kiriku menjadi korban. Untungnya ada seseorang yang membantuku. Namun naasnya... Neneku mati diterkam oleh Werewolf itu.
Aku memang sangat ingin menjadi hunter. Namun, karena aku tinggal di desa, dan tidak punya tanda pengenal. Aku tidak diperbolehkan tinggal di kota.
Yang artinya aku tidak bisa mendaftar sebagai hunter.
Karena itulah, aku mengembara menjadi seorang hunter tak resmi.
Mengumpulkan para monster dan menjualnya.
2057, itu adalah tahun tergila, menurutku.
Monster sudah menyerang kami dari dulu. Sampai sekarang.
Kapan itu akan berakhir? Entahlah, monster itu sangatlah banyak. Mustahil bisa memusnahkannnya sekaligus.
Dan Indonesia. Itu adalah negaraku. Para monster lebih banyak menyerang negara ini.
Alasannya adalah. Karena fisik orang dari negara ini, tak sebanding dengan fisik negara eropa.
Karena itulah. Sudah banyak kota yang ada di indonesia telah dikuasai para monster.
Dan aku sekarang berada di sebuah perahu kecil, di sebuah lautan berkabut. Aku terus mendayung demi tempat tujuan berburuku kali ini.
Tempat berburuku kali ini adalah sebuah pulau kecil yang tak jauh dari tempatku berdiri.
Bahkan ditengah kabut tebal seperti ini aku bisa melihat pulau kecil itu.
Monster buruanku kali ini adalah. Monster kadal raksasa. Tubuh monster itu hampir menyerupai manusia, namun ototnya 2kali lebih besar dari otot manusia. Kulitnya juga berwarna hijau. Dan kepalanya seperti kadal. Bahkan dia memiliki ekor.
Aku melangkahkan kaki kananku pada tanah pulau kecil ini.
Cukup becek pada permukaan tanahnya, walaupun aku tidak ingat ada hujan kemarin atau semalam.
Aku juga mengambil sebilah katana yang masih tergeletak di perahu.
Aku mulai berjalam masuk kedalam. Yang kulihat hanyalah pepohonan besar, dan juga rumput yang memanjang. Ada beberapa hewan termasuk ular. Namun ular itu sepertinya tidak menggangguku sama sekali sehingga aku pergi menghiraukannya.
Semakin aku masuk kedalam, semakin tebal juga kabutnya. Seakan-akan aku bisa tersesat kapan saja.
Dan lengan baju kiriku tersangkut pada sebuah ranting pohon. Itu wajar saja, karena lengan baju kiriku tidak ada lengannya.
Aku menariknya dengan lengan kananku. Namun aku menyadari sesuatu.
Lengan bajuku bukan tersangkut ranting. Melainkan ditarik oleh seseorang.
Jika orang biasa mungkin akan menjerit ketakutan jika ada yang menariknya di tengah hutan tak berpenghuni ini.
Ternyata itu adalah buruanku. Dia berkamuflase dengan kabut tebal. Dan tanpa kusadari aku telah melewatinya.
Untungnya kadal ini menarikku dari belakang.
Sepertinya dia juga sedang memburuku. Karena makanan monster adalah manusia. Monster tidak akan makan hewan, mereka hanya memakan manusia untuk bertahan hidup.
Sontak aku melompat kebelakang. Dan memasang kuda-kuda.
Kadal itu menjulurkan lidahnya beberapa kali, seperti kadal pada normalnya. Tapi.... Ini monster.
Aku menggigit sarung katanaku dan mengambil katananya dengan tangan kananku.
Aku membuang sarung katananya ke arah depan. Dan aku mulai bersiap menghadangnya.
Dan kadal itu berkamuflase lagi dengan kabut tebal ini. Cukup merepotkan.
Aku terkena beberapa pukulan, bahkan aku dijilati beberapa kali juga. Aku kesulitan untuk melihatnya ditengah kabut ini.
Dan satu tinju kadal mengenai perutku. Aku tersungkur dan sekarang dalam keadaan terbaring.
"Mau kubantu?"
Itu adalah suara Hanzo, iblis yang sudah kontrak denganku.
Itu terjadi saat umurku masih 17 tahun. Itu karena aku mengambil katananya. Ya, katana yang sedang kupakai. Hanya akulah yang cocok memakai pedang katana ini. Jika orang lain memakainya biasanya mereka akan kesurupan. Namun aku tidak!
"Baiklah. Sepertinya aku memang butuh bantuan!"
"Kalo begitu biar aku ambil alih tubuhmu!"
"Tidak perlu jika begitu!"
"Jika begitu. Aku akan aktifkan Eye Devil."
"Aktifkan."
Dengan sekejap, aku bisa melihat seluk beluk pulau ini dengan mata milik Hanzo.
Dan juga aku bisa kembali melihat si kadal licik ini.
Dengan kesal! Aku menedangnya. Sehingga kadal itu tersungkur cukup jauh.
Dan dengan sekali sayatan pada lehernya. Diapun tumbang dengan aku pemenangnya.
Kadal itu hanya menyisakan darah pada katanaku, dan juga mengotori tanah pulau ini.
Aku melihat-lihat, organ mana yang bisa kujual. Atau organ mana yang lebih mahal?
Dan kupikir! Bola matanya cukup indah. Aku pun mencongkel kedua bola matanya, dengan satu lenganku.
Aku kembali lagi ke perahu. Dan kembali lagi ke tempat asalku.
****
Ini adalah tempat antah berantah. Di kota ini tidak ada yang namanya peraturan, tidak ada sopan santun, tidak ada sekolah, tidak ada hormat menghormati pada orang tua tidak ada polisi.
Kota ini adalah tempatnya anak berandalan, dan juga persembunyian pengedar narkoba. Bukan hanya narkoba, para koruptor pun berada di kota ini.
Kota yang dulu, dikenal sebagai kota yang indah nan asri. Kini berubah menjadi kota antah berantah.
Aku bahkan tidak ingat nama kota ini.
Aku menghampiri sebuah toko aksesoris yang biasanya dibuat dari organ monster.
Karena itu bisanya aku menjual organ monster itu disini.
"Aku ingin menjual ini."
"Wow, ini barang langka! Berapa kau akan menjualnya kali ini?"
"Lima belas juta saja!"
Pemilik toko ini pun mengambil beberapa uang yang berada di loker tokonya.
"Ini!"
Aku kembali menghitung uangnya. Dijaman ini kau tidak boleh mempercayai siapapun.
"Apa yang akan kau gunakan dengan uang sebanyak itu?"
"Aku akan pergi ke ibukota."
"Untuk apa? Kupikir kau betah tinggal disini, ya, walaupun tempat ini memang hancur."
"Aku akan mencari adikku."
Starla, adalah adik perempuanku yang hilang. Saat kecil kami selalu bermain bersama. Namun nenek memiliki hutang pada seorang rentenir, dan akhirnya adikku dibawa oleh rentenir itu dan menjualnya ke ibukota.
Jika kalian menanyakan dimana Rentenir itu? Jawabannya aku sudah lama sekali membunuhnya. Dia adalah orang yang pertama ingin kubunuh.
Dan tugasku sekarang adalah mencari adikku.
Memang sulit untuk mencarinya. Namun aku bisa mencarinya lewat kalung ini. Kalung yang sedang kupakai. Ini adalah pemberian ibu kami.
Kuharap adikku masih memakainya. Walaupun aku tidak tahu seperti apa wajah adikku sekarang.
Sebelum berangkat, aku mencoba membeli beberapa pakaian baru.
Dan sepertinya aku melihatnya.
Aku langsung menghampiri toko itu dan melihat-lihat beberapa baju yang akan kubeli.
Namun sepertinya ada pertikaian antara penjual dan pembeli didalam.
"Hei, pak. Bisakah kau menjualnya lebih murah!"
"Tentu tidak, itu adalah harga yang pas."
"Tapi uangku hanya segini!"
"Kalo begitu pergilah!"
"Breng***!"
Seorang pemuda sedang memukuli pak tua pemilik toko ini.
Sebenarnya aku tidak ingin ikut campur tapi... Bagaimana aku akan membeli baju.
Mencuri memang momen yang pas untuk sekarang. Lagipula disini tidak ada polisi.
Tapi tidak! Tidak ada dalam kamusku jika aku mencuri. Walaupun aku orang miskin tapi nenek selalu mengajariku untuk tidak mencuri!
Yang kulakukan pada pemuda itu hanyalah menggertaknya saja dengan katanaku ini...
"Jika kau masih tidak mampu membelinya. Maka, menabunglah sana!!!" Teriakku.
Sontak pemuda itu kaget dan berlari. Aku membantu pak tua ini berdiri lagi.
"Oh, terima kasih anak muda."
"Kau baik saja pak tua?"
"Tentu tidak! Setelah dipukuli anak tadi. Sepertinya aku akan pindah.Lalu ada apa anak muda?"
"Oh, aku ingin membeli beberapa pakaian untuk pergi ke ibukota."
Pak tua itu menggangguk dan memegang dahunya. Pak tua itu pun pergi mencari beberapa pakaian yang cocok untukku.
Dan kulihat dia mengambil celana jeans dan baju hitam lengan pendek, dan tertulis di tengahnya NIKE.
Aku membuka pakaianku yang sudah buruk ini dan mencoba mengenakannya.
Namun pak tua itu kaget, saat menyadari aku tidak memiliki lengan kiri.
"Oh, astaga. Dimana lengan kirimu?"
"Ituu... Ceritanya panjang."
"Kalo begitu. Pakaian ini masih kurang!"
Sambil memegang dagu. Pak tua itu kembali membawa pakaian lagi. Namun kali ini adalah sebuah jaket hitam polos.
"Hem, kau terlihat keren anak muda!"
Hmmm. Menurtku memang cocok untukku. Namun sepertinya pakaian yang kugunakan serba hitam.
"Dan ini!"
Pak tua itu memberiku sebuah jas berwarna abu-abu. Saat kukenakan, aku tidak bisa melihat kedua lenganku. Itu memang menutupi bagian lengan kiriku yang sebenarnya tidak ada.
"Kalo begitu berapa harganya?"
Pak tua itu mengambil sebuah kalkulator yang ada di mejanya.
"Diskon saat menyelamatkan aku tadi 50persen... Totalnya lima ratus lima puluh ribu rupiah saja."
Aku memberikan uang sesuai dengan harga yang diberikan kakek itu. Aku tidak akan menego lagi. Lagipula aku punya banyak uang.
"Hmm, setelah ini bagaimana aku pergi ke ibukota?"
"Kalo begitu kau bisa ikut denganku anak muda! Aku juga harus membeli stok baru di ibukota. Jadi kau bisa menumpang secara gratis jika mau?"
Aku mengangguk dan berkata. "Tentu saja mau!"
****
Ini adalah sebuah truck pick up. Dan aku berada di bak belakang.
Tujuanku adalah menemukan adikku. Setelah itu mungkin aku akan mencari monster lagi untuk bertahan hidup. Karena itulah yang kulakukan sepanjang hidupku.
Sekarang sepertinya sudah jam 9 malam, aku juga sudah merasa mengantuk sekarang.
Ditemani dengan angin malam yang dingin. Dan juga kecepatan mobil nya juga menurutku berlebihan.
Aku menengok dari belakang jendela mobil. Kulihat si pak tua itu sudah tidur, dan juga si supir yang sedang memakan roti hangat...
Hidup adalah cobaan, karena itu lawanlah.
Aku terus bersabar melawan rasa dingin dan rasa lapar ini demi tujuanku.
Sedikit lagi aku bisa menemukanmu Starla.
Aku mulai merasa kantuk. Dan sekujur tubuhku mulai lemas. Aku tidur dalam kegelapan yang hangat...
****
Sebuah kicauan burung pagi membangunkanku disertai matahari pagi yang menyinariku.
Sepertinya kami masih belum datang di ibukota.
Aku melihat kiri dan kanan. Hanya dipenuhi dengan sawah yang membentang jauh. Sepertinya ibukota masih sangat jauh.
Aku sudah biasa dengan rasa bersabar. Saat aku memburu ketempat jauh juga aku sudah terbiasa menunggu seperti ini...
Matahari semakin lama semakin panas...
Sepertinya ini sudah sekitar jam 12 siang mungkin?
Aku menutupi tubuhku dengan jasku. Karena rasa panas yang terus membakar tubuhku.
Dan tanpa kusadari... Aku mendengar suara kendaraan lain, dan beberapa suara klakson. Di sisi kiri dan sisi kanan.
Saat aku membuka jas dan melihat sekitar. Ternyata sudah banyak orang yang mengantri.
Dan didepan sana orang diperiksa satu persatu. Butuh waktu lama sepertinya untuk bisa masuk.
Lalu aku bagaimana? Aku kan tidak punya KTP.
Aku mengetuk pintu jendela mobil. "Hey pak tua. Aku tidak punya KTP, lalu bagaimana? Apakah aku harus mengendap-endap untuk bisa masuk?"
"Oh, kalo begitu. Serahkan saja padaku. Anak muda..."
Baiklah pak tua. Itu terserahmu saja. Aku harap aku bisa masuk kota itu sekarang.