Keheningan menyelimuti sepasang remaja yang saat ini sedang berdiam diri di area taman rumah sakit, tempat dimana ibu dari Caramel di rawat.
"Lo tahu dari siapa?"
Bukannya menjawab, Antariksa malah balik bertanya.
"Kenapa lo enggak bilang kalau nyokap lo masuk rumah sakit?"
Caramel memilih diam untuk sejenak, kemudian ia pun menjawabnya.
"Gue pikir lo sibuk." Jawabnya seadanya saja karena sebenarnya memang seperti itulah apa yang ada di pikirannya Caramel, sampai ia tidak ingin memberitahukan kabar ini pada Antariksa.
Mengingat juga pria itu tidak terlihat seharian penuh kemarin, sampai dengan hari ini. Caramel bahkan merasa enggan untuk mengabari Antariksa, entah untuk apa ia merasa seperti itu. Caramel juga tidak mengetahui alasannya.
"Gue enggak ngerti." Balas Antariksa dalam nada yang berbeda.
Terdengar kesal atau sesuatu yang bersangkutan dengan malam dimana Caramel menghubungi pria itu yang berkedapatan kalau Antariksa sedang bersama dengan wanita lain.
"Gue lupa ngabari elo." Kata Caramel memilih jalan yang singkat, tapi tidak bagi Antariksa.
"Lo enggak biasanya begini. Biasanya juga gue orang pertama yang lo kabari." Kata Antariksa yang di benarkan oleh Caramel di dalam hatinya.
Antariksa memang benar. Selama ini dimulai dari dimana Antariksa membantunya, Caramel selalu mengadu dan mengabari pada Antariksa apa pun yang terjadi padanya. Sehingga mungkin Antariksa merasa kesal karena mengetahui kabar mengenai hal ini dari orang lain, bukan dari Caramel sendiri.
"Apa ini ada hubungannya dengan malam itu?" Tanya Antariksa tepat sasaran.
Melihat keterdiaman Caramel membuat Antariksa merasa yakin kalau memang benar alasan di balik keanehan Caramel kali ini memang ada hubungannya dengan malam dimana Caramel menghubunginya kala sebelum wanita itu pergi bersama dengan abangnya Galaksi.
"Apa yang ada di pikiran lo, huh?" Kata Antariksa sambil mengetuk samping kepala Caramel dengan pelan.
"Gue cuman enggak mau cewek lo mengira kalau gue ngerebut elo dari dia." Kata Caramel yang kali ini membuat Antariksa terdiam membisu.
Antariksa juga merasa cukup terkejut mendengar penuturannya Caramel yang langsung to the point. Apa semua keanehan Caramel hanya karena wanita yang bersamanya malam itu? Caramel berpikir kalau wanita itu adalah pacarnya Antariksa?
"Kenapa lo bisa mikir gitu?"
Bukannya membantah, Antariksa malah melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Caramel semakin berpikir bahwa hal itu benar adanya.
Caramel menoleh pada Antariksa yang juga sedang menatapnya saat ini.
"Hubungan kita cuman sebatas simbiosis mutualisme, enggak lebih." Kata Antariksa menegaskan.
Antariksa bukan hanya menegaskan pada Caramel saja, melainkan juga pada hatinya yang beberapa hari belakangan ini merasa aneh. Antariksa tahu hal itu sama sekali tidak mungkin mengingat Caramel yang memang menyukai abangnya Galaksi, sehingga ia memilih untuk mencari aman saja.
Dirinya dan Caramel hanya sebatas teman, tidak lebih.
Caramel tersenyum tipis, sangat tipis. "Gue tahu, sorry kalau gue mikirnya kejauhan. Habisnya kita berdua juga cukup dekat. Gue cuman enggak mau di cap sebagai perusak hubungan orang." Kata Caramel menjelaskan yang mendapat balasan anggukan kepala dari Antariksa.
"Lo tenang aja. Gue enggak bakal ngerusak nama lo, lagi pula disini kita berdua saling menguntungkan." Kata Antariksa menambahi.
"Lo mau tetap disini apa jenguk mama gue?" Tanya Caramel untuk mencairkan suasana yang tampak cukup canggung bagi mereka berdua sebelumnya.
Antariksa kembali menganggukkan kepalanya pelan. "Gue udah bawa buah tangan ini. Masa mau di bawa balik?" Kata Antariksa yang membuat Caramel tersenyum simpul.
"Yaudah, ayo!"
Caramel pun langsung beranjak dari duduknya dan diikuti oleh Antariksa yang mulai mensejajarkan langkahnya dengan miliknya.
"Sejak kapan mama lo masuk rumah sakit?" Tanya Antariksa di sela perjalanan mereka menuju ke ruangan rawat inap ibunya Caramel.
"Kemarin siang."
"Sekarang udah baikan, kan?"
"Syukurnya udah, kata papa cuman kecapean aja. Mama juga enggak mau di bilangi tahu." Kata Caramel terdengar ketus di akhir kalimatnya.
"Heh, mama lo sendiri itu."
"Habisnya udah dari lama papa bilang untuk pakai jasa pembantu rumah tangga, tapi mama enggak mau." Celetuknya lagi.
"Mama lo pasti punya alasan tersendiri."
Mungkin, pikir Caramel.
Setelah percakapan santai yang terjadi di antara mereka berdua, akhirnya keduanya sampai di depan ruangan rawat inap ibunya Caramel.
"Siapa nih yang datang?"
Suara Cyntia langsung menyambut kedatangan Antariksa dan Caramel yang baru saja memasuki ruangannya dengan buah tangan yang di bawa oleh Antariksa di gendongannya.
Caramel tersenyum tulus melihat sang ibu yang tampak sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Kenalin ma, Antariksa."
"Calon mantu mama?"
Glek.
Antariksa bahkan sampai tercekat mendengar perkataan yang keluar dari bibirnya Cyntia, ibu Caramel.
"Bukan ma, Antariksa temen Caramel."
"Calon mantu mama si Galaksi." Sela Vertur yang entah sejak kapan sudah berada di sofa ruangan rawat inap ibu mereka sambil memakan cemilannya.
Cyntia tertawa renyah melihat putri sulungnya melemparkan tatapan kilatnya pada putra bungsunya yang tampak santai tanpa merasa bersalah karena telah menggoda kakaknya sendiri.
"Apa lo? Gue bener juga." Sambung Vertur lagi.
"Vertur." Tegur Cyntia karena Vertur tampak tidak sopan pada Caramel.
Begitulah yang terjadi kalau Caramel dan Vertur berbicara santai di depan kedua orang tua mereka. Keduanya boleh berbicara santai satu dengan yang lainnya, tapi jika di hadapan Sander dan Cyntia hal seperti itu tidak boleh terjadi.
"Jadi ini Antariksa ya?" Kata Cyntia untuk mencairkan suasana di dalam ruangan.
Biasa, pertengkaran anak remaja.
Antariksa tersenyum penuh, lalu berjalan menghampiri Cyntia yang masih terbaring di brankar rumah sakit.
"Iya tante." Jawabnya sembari meletakkan sebuah keranjang buah yang ia taruh di atas nakas.
"Sekelas sama Caramel?"
"Enggak tan, saya beda kelas."
"Jelas beda, Anta anaknya pintar di IPA 1." Celetuk Vertur dengan santainya.
"Jadi lo ngeremehin Galaksi yang di IPA 2, gitu?" Balas Caramel tidak mau kalah.
Enak saja adiknya itu ingin menjelekkan namanya di depan sang ibu yang sedang butuh penghiburan ini. Pasalnya, Galaksi yang notabene sang juara umum di BIHS berada di kelas yang sama dengannya. Walaupun IPA 2, tetap saja isinya tidak boleh di remehkan.
Sebenarnya di BIHS sendiri juga tidak ada orang-orang yang tidak mampu dalam berpikir karena semua ada di tempatnya masing-masing. Jadi tidak ada hubungannya dengan kelas.
"Kalian berdua ini kerjanya bertengkar saja ya. Mama pusing ini." Kata Cyntia yang memang sedang tidak ingin melihat pertengkaran dan perdebatan yang terjadi di antara kedua anaknya itu.
"Vertur tuh ma."
"Kok gue?"
"Biasa tante, saya juga sering begitu kok sama saudara saya." Kata Antariksa untuk membuat suasana menjadi nyaman kembali.
"Kamu sama yang lainnya juga begitu ya? Tante pikir mereka berdua saja yang suka bertengkar." Kata Cyntia sembari tersenyum.
Antariksa mengangguk sopan. "Bahkan terkadang sampai saling ngadu ke oma." Kata Antariksa yang kembali membuat Cyntia tertawa.
"Kalian ini sudah pada remaja ya. Tante jadi kangen juga sama kalian bertiga. Udah lama juga enggak lihat yang lainnya."
"Ma?"
Cyntia melihat ke arah Vertur sekilas, lalu kembali menatap pada Antariksa.
"Ah, tante lupa. Mungkin kamu enggak ingat ya? Soalnya memang udah lama banget. Caramel aja masih pada pake pampers dulu." Kata Cyntia bercerita yang langsung membuat Caramel menatapnya kesal.
"Harus banget ya mama perjelas?" Katanya terkesan malu.
"Kenyataan, kak."
"Lo juga masih pake kolor!"
"Kok lo suka banget sih sewot ke gue?!"
Vertur yang tak terima di beri umpan balik malah ikut terpancing.
"Astaga kalian berdua ini ya!"
Antariksa menghelakan napasnya kasar, lalu ia pun memilih untuk mengatasi suasana seperti ini. Antariksa langsung berpamitan pada Cyntia dan mengamit lengan Caramel agar wanita itu tidak berdebat dan bertengkar lebih lanjut pada Vertur.
"Maaf banget nih tante, saya ada acara malam ini jadi saya harus segera pulang." Pamit Antariksa.
"Oh gitu ya? Sebelum kamu pulang, tante boleh minta bantuan kamu?" Tanya Cyntia pada Antariksa yang tentu saja langsung di setujui olehnya.
"Tante mau minta tolong antarin Caramel pulang."
"Kenapa harus dia? Aku juga bisa." Sewot Vertur yang memang selalu posesif pada Caramel, sekesal-kesalnya ia pada kakaknya itu.
"Terus mama sendirian gitu?" Kata Cyntia yang mwmbuat Vertur terdiam, tak bisa membantah.
"Nanti Caramel balik lagi." Kata Caramel yang tidak tega meninggalkan ibunya sendirian di rumah sakit, walaupun masih ada Vertur.
"Iya, sekarang pulang sama Antariksa ya. Tante percaya sama kamu."
Vertur berdecak pelan mendengar kata-kata sang ibu. Ia pun melayangkan tatapannya pada Antariksa.
"Hati-hati lo." Kata Vertur terdengar mengancam sembari melayangkan tatapan tajamnya pada Antariksa.
Antariksa hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Gue enggak takut sama ancaman lo." Ujar Antariksa yang kemudian pergi meninggalkan kamar rawat inap ibunya Caramel, diikuti Caramel di belakangnya.
"Lo beneran ada acara?" Tanya Caramel di tengah perjalanan mereka menuju ke rumahnya Caramel.
Antariksa akan mengantarkan Caramel pulang, sesuai dengan perintah Cyntia ibunya Caramel padanya.
Antariksa mengangguk sekali. "Opa balik hari ini. Gue juga yakin yang lain udah pada siap." Katanya menjawab.
Caramel terdiam sejenak, kemudian ia kembali mengeluarkan suaranya.
"Itu berarti lo udah terlambat." Katanya merasa tidak enak.
Hanya karena Antariksa mengantarkannya pulang, pria itu akan terlambat menghadiri acara makan malam bersama keluarganya. Apalagi seperti yang Antariksa katakan, opa mereka sedang berkunjung ke Indonesia. Caramel jadi merasa tidak enakan berada di situasi seperti ini.
"Enggak masalah."
Benar, pria itu pasti terlambat.
"Lo enggak harus ngantar gue sampai rumah. Gue bisa naik taksi di depan sana." Kata Caramel meminta di turunkan di depan lampu lalu lintas yang akan mereka lintasi sebentar lagi.
Antariksa mencengkram kuat stir kemudianya. "Lo pikir gue cowok apaan? Ninggalin anak gadis orang di pinggir jalan? Gue udah janji sama nyokap lo." Katanya menegaskan agar Caramel tidak mengatakan hal seperti itu lagi.
"Kalau lo ngantar gue sampai rumah, yang ada elo bakal ngelewatin acaranya Anta!"
Caramel refleks menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Caramel bahkan sampai merasa sangat terkejut karena Antariksa yang mendadak mengikuti apa yang dikatakan oleh Caramel sebelumnya.
Apa Antariksa akan benar-benar menurunkannya? Karena jujur, Caramel ingin pria itu mengantarkannya sampai rumah.
"Takut? Kalau gitu, lo duduk tenang disitu. Apa pun yang lo katakan, gue enggak akan nuruni elo di pinggir jalan. Paham?" Kata Antariksa kembali menegaskan.
Caramel tak mampu berkata-kata. Ia pun hanya bisa mengangguk patuh.
***