Chereads / TRIGONOMETRI / Chapter 29 - Part 27

Chapter 29 - Part 27

Suara sendok yang beradu menyapa indera pendengaran Antariksa kala ia berjalan mendekati area belakang rumahnya. Hal itu menandakan kalau mereka semua sedang melaksanakan acara makan malam, tanpa harus repot-repot untuk menunggunya kembali.

Antariksa dengan santai langsung mendudukkan dirinya tepat di sebelah Cakrawala tanpa rasa bersalah karena telah terlambat datang. Bahkan semua orang yang berkumpul disana tampak sudah hampir menghabiskan makanan mereka di atas piring.

"Dari mana saja kamu, Anta?"

Suara berat khas seorang pria tua langsung menyambut kehadiran Antariksa yang baru saja mendaratkan bokongnya di kursi kayu yang tersedia.

"Ada urusan sebentar, opa." jawabnya tanpa ragu.

Tatapan pria tua yang ia panggil dengan sebutan opa itu menyelesaikan acara makan malamnya sembari meneguk segelas air bening yang ada di gelasnya.

"Sepenting apa urusan kamu sampai ke datangan opa disini tidak menjadi prioritasmu, Anta?" sarkas opanya lagi yang bernama Bima.

Suasana acara makan malam di area taman belakang rumah pun menjadi cukup mencekam karena kehadiran Antariksa yang terlambat. Di tambah lagi memang Bima tidak menyukai keterlambatan. Apalagi diabaikan seakan-akan ia tidak lagi di hormati dan dicintai oleh keluarganya sendiri.

"Sudahlah, kita disini untuk menyambut ke datanganmu di Indonesia. Jangan membuat suasana menjadi tidak enak seperti ini, Bima." tegur oma Rita yang memang selalu menjadi penengah di saat-saat seperti ini.

"Tapi yang satu ini tidak menyambutku." kata Bima lagi yang kemudian beranjak dari duduknya dan langsung berlalu pergi.

"Lo dari mana aja sih? Lo kan tahu opa enggak suka di abaikan. Ck. Parah lo, Anta." celetuk Cakrawala sembari menatap Antariksa dengan tatapan seperti opa Bima.

"Cakrawala."

Cakrawala berdecak kesal. "Dia duluan yang mulai oma. Kita semua tahu opa baru datang ke Indonesia tahun ini setelah 2 tahun lamanya karena adanya virus menyebalkan itu, tapi malah kacau." katanya lagi tanpa memikirkan perasaan Antariksa.

Antariksa hanya bisa diam. Ia bahkan tidak berkutik sama sekali, merasa bersalah karena dirinya telah menghancurkan suasana yang seharusnya di penuhi dengan rasa bahagia dan sukacita, tapi malah kebalikannya.

"Antariksa kan sudah bilang ada urusan, kamu seharusnya tidak berkata kasar." kata oma Rita kembali membela Antariksa yang membuat Cakrawala semakin kesal.

"Tahu kok Anta cucu kesayangan oma, tapi enggak di bela juga kali. Kalau salah ya tetap salah."

"Cakra--"

"Cakrawala benar. Gue minta maaf karena udah menghancurkan suasana." ujar Antariksa pada akhirnya karena tidak ingin semakin memperburuk suasana dengan perdebatan yang terjadi di antara oma Rita dan Cakrawala.

Galaksi? Pria tampan itu lebih memilih untuk diam. Tak suka ikut campur dengan urusan yang seperti ini.

"Kalau sampai gue tahu lo terlambat hanya karena hal sepele, gue akan benar-benar marah sama lo bang." kata Cakrawala yang kemudian berlalu pergi, menyusul Bima yang sudah lebih dulu meninggalkan lokasi makan malam mereka.

Oma Rita menggelengkan kepalanya melihat tingkah cucu bontotnya itu. Cakrawala tidak biasanya seperti ini, tapi jika menyangkut keharmonisan keluarga mereka dia adalah orang pertama yang akan menjadi garda terdepan agar keluarga mereka akan tetap utuh. Jadi tidak heran lagi kalau melihat kemarahan Cakrawala disaat seperti ini. Oma Rita bisa menoleransinya, tapi ia juga tidak tega melihat ekspresi Antariksa yang merasa bersalah.

"Jangan kamu pikirkan, adikmu Cakra memang seperti itu. Lebih baik sekarang kita berkumpul di ruang tengah bersama opa kalian. Oma tunggu loh." kata Oma Rita yang juga turut pergi.

Kini hanya tertinggal Antariksa dan Galaksi di tempat itu. Keduanya memilih untuk tetap diam, terutama Galaksi yang memang tidak bersuara sejak ke datangan Antariksa. Hingga pada akhirnya, suara Galaksi membuat Antariksa terpaksa harus menoleh pada abang tertuanya itu.

"Gue tahu alasan lo terlambat."

Antariksa tetap memilih diam dengan tatapan mata yang saling beradu dengan milik Galaksi.

"Jangan sampai Cakra tahu alasannya."

Antariksa menghelakan napas kasar seperginya Galaksi menyusul yang lainnya.

"Shit."

***

Galaksi menatap langit-langit kamarnya dengan tenang. Sebenarnya tidak ada yang dilihat di atas sana. Hanya bermodalkan cat tembok yang bewarna biru gelap pekat, seperti akan turun hujan dari atas sana. Galaksi memang lebih menyukai warna yang gelap, tidak suka warna terang yang sangat di sukai oleh adik bungsunya Cakrawala. Sedangkan Antariksa sendiri juga memiliki selera yang sama dengan Galaksi. Mereka berdua memang tidak beda jauh, bagai pinang di belah dua.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Sedari tadi Galaksi tak henti-hentinya memikirkan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. Ia juga tidak ingin mengingatnya, tapi kejadian itu kembali terngiang-ngiang di dalam pikirannya saat ini. Bagaikan kaset rusak yang terus berputar membuatnya mau tidak mau kembali memikirkannya.

"Kenapa harus secepat ini?" gumamnya yang masih setia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Galaksi tidak habis pikir dengan apa yang di lihatnya di area rumah sakit ketika ia baru saja selesai menjenguk ibunya Caramel. Disaat Galaksi berpamitan pada Caramel, ia tidak sengaja melihat Antariksa yang berjalan di koridor rumah sakit mencari keberadaan Caramel. Hingga akhirnya Antariksa menemukan Caramel dan percakapan pun terjadi di antara keduanya. Namun anehnya, Galaksi dapat mengartikan tatapan yang di pancarkan oleh Antariksa. Tatapan khawatir dan cemas terlihat dengan sangat jelas. Tidak hanya itu, Caramel pun menatap Antariksa dengan tatapan seakan tidak ingin kehilangan. 

Hubungan seperti apa yang mereka berdua jalankan saat ini?

Well, Galaksi bukannya merasa cemburu akan hal itu karena Antariksa juga tidak akan menikungnya dari belakang. Namun, yang jadi pertanyaannya sekarang adalah : Apakah Galaksi memiliki rasa pada Caramel? Tidak, itu tidak mungkin. Walaupun sangat kecil, tapi ada kemungkinan rasa itu sudah mulai muncul dan membuat Galaksi menjadi tidak nyaman dengan kehadiran Antariksa di antara dirinya dan juga Caramel.

"Enggak, gue enggak mungkin suka sama tuh cewek. Jangan sampai!" tekan Galaksi pada dirinya sendiri.

Benar, Galaksi tidak boleh sampai terbawa perasaan dengan permainan yang ia buat sendiri. Seharusnya Caramel yang akan jatuh hati lebih dulu, bukan dirinya.

Galaksi pun langsung mengambil ponselnya tanpa keraguan, lalu ia menghubungi Caramel saat itu juga. Entah mengapa, hanya suara Caramel yang mampu menenangkan kegundahannya malam hari ini.

"Lo salah sambung?" sapa suara Caramel yang terdengar awkard karena sangat jarang Galaksi menghubunginya seperti ini.

Sial, Galaksi candu akan suara ini.

Galaksi berdeham kecil. "Lo di rumah?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan aneh Caramel.

"Iya, tapi mau balik ke rumah sakit lagi. Soalnya Vertur ada--"

"Alright, jangan melangkah sejengkal pun dari rumah lo. Gue udah di jalan." kata Galaksi yang langsung beranjak dari tidurnya, lalu menyambar hoodie kesayangannya di atas meja belajar.

"Jangan bercanda, Galaksi!" pekik Caramel yang merasa sangat terkejut akan sikap Galaksi yang mendadak seakan sangat posesif padanya.

"See you."

Tut.

Galaksi mematikan sambungan teleponnya secara sepihak dan segera menuruni anak tangga dengan langkah panjangnya.

"Heh, lo mau kemana malam-malam begini?" tanya Cakrawala yang memang masih menonton serial drama di ruang tengah.

"Cari angin." jawab Galaksi seadanya yang tidak berhenti sama sekali.

Cakrawala bahkan sampai menggelengkan kepalanya melihat tingkah abangnya itu.

"Punya abang gini amat."

***