Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 19 - Awal Dari Sebuah Kebohongan

Chapter 19 - Awal Dari Sebuah Kebohongan

Tidak sabar menunggu, akhirnya kak Faras mendobrak pintu kamar Aneska. Padahal pintu itu di kunci oleh kak Ana sendiri. Setelah di dobrak, ternyata Aneska tidak ada di dalam kamar itu.

"Loh, kok dia ga ada?" tanya kak Ana di dalam hatinya sendiri.

"Kok Aneska ga ada si? Kemana? Kamu yakin tadi dia lagi tidur di kamar?" Tanya kak Faras kepada kak Ana.

"Iya kok, aku yakin. Orang aku lihat pakai mata kepalaku sendiri."

Sedangkan yang sedang di alami oleh Aneska.

"Aneska...," eriak wanita berusia 40 tahun, yaitu Mamah Aneska.

"Mamah...,"eriak Aneska yang langsung memeluk erat tubuh sang Mamah.

"Kok kamu di jalanan sendirian gini? Kak Faras, kak Ana sama Ayah kemana?"

"Ayah sama kak Faras lagi kerja."

"Ohh gitu. Yaampun Mamah kangen banget sama kamu de."

"Aneska juga Mah."

"Yaudah Semarang kita ke rumah kamu yu. Katanya kak Ana lagi mengandung ya sekarang? Mamah mau jengukin dia."

Akhirnya Aneska memutuskan untuk mengantarkan Mamahnya ke rumah. Padahal sebenarnya Aneska masih ingin berada di luar rumah dan malas untuk kembali ke rumah itu lagi jika tidak ada Ayah atau kak Faras di dalamnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam. Loh,. Aneska kok kamu bisa sama Mamah?"

"Iya nih. Tadi Mamah ga sengaja ketemu sama Aneska di luar."

"Kamu kemana aja Bi? Kakak cariin kamu. Katanya kak Ana kamu ada di kamar. Tapi malah ga ada." Tanya kak Faras.

"Iya tadi ada yang lagi mau di beli. Terus ga tau deh kalo pintunya kenapa tadi ga bisa di buka."

"Yaudah yu sekarang masuk aja. Kasihan Mamah malah diam di depan pintu kaya gini," ucap kak Ana yang sebenarnya pasti dia bermaksud untuk mengalihkan pembicaraan.

Akhirnya Mamah, Aneska, kak Faras dan kak Ana masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah mereka semua makan sambil bercerita satu sama lain. Terutama menceritakan masalah kenapa Mamah dan Ayah Aneska memutuskan untuk berpisah. Ternyata alasan Mamah Aneska untuk berpisah dari suaminya adalah karena Mamah Aneska tidak tahan dengan sikap suaminya yang masih saja bermain cewek di belakangnya. Alasannya sangat berbeda sekali dengan apa yang di ceritakan oleh Ayah Aneska. Ayah Aneska pernah bercerita alasan mereka berpisah karena Mamah Aneska yang terlalu menyombongkan diri karena bisa menghasilkan uang sendiri tanpa bantuan dari Ayah Aneska. Padahal, apapun alasannya itu tidak bisa di terima oleh Aneska. Yang Aneska inginkan adalah keluarganya bisa bersatu seperti dahulu.

"Terus Ayah kamu kemana Bi?" Tanya Mamah Aneska.

"Ayah kerja di Bogor. Pulang ke sini nya paling hanya seminggu sekali katanya."

"Oh gitu, syukur deh kalo dia udah punya pekerjaan. Oh iya, kehamilan kamu gimana Ana?"

"Iya nih Mah, aku di pesan oleh Dokter supaya tidak melakukan pekerjaan yang berat karena kehamilan aku itu lemah Mah."

"Oh gitu. Yaudah kalo gitu Mamah nginap di sini aja deh buat bantu-bantu pekerjaan ini."

"Jangan Mah. Kasihan Mamah. Aku masih bisa kok mengerjakan semua itu sendiri." Jawab kak Ana seolah-olah dia adalah seorang istri dan menantu yang sangat baik.

Namun Mamah Aneska tetap memutuskan untuk menginap di rumah itu. Katanya si hanya untuk seharian saja. Karena jika harus pulang pada hari ini juga, Mamah Aneska merasa kecapean.

Selama Mamah Aneska tinggal bersama mereka semua. Kak Ana selalu mencari perhatian yang membuat Mamah Aneska berpikir jika kak Ana itu adalah menantu yang baik dan dia tidak menyesal telah menikahkan kak Faras dengan kak Ana. Sampai pada akhirnya Mamah Aneska memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Karena Mamah Aneska juga tidak bisa lama-lama meninggalkan pekerjaannya di sana.

"Mah, Aneska mau ikut Mamah aja."

"Jangan dong sayang. Kamu kan sebentar lagi lulus SMP. Tanggung kalo kamu pindah sekolah, sayang-sayang juga biayanya lagi. Kalo kamu mau ikut Mamah, nanti aja ya, setelah kamu lulus dari SMP."

"Janji ya Mah?"

"Iya sayang. Makanya kamu sekarang belajar yang rajin ya, supaya nanti bisa lulus dengan nilai yang bagus dan bisa membuat Mamah bangga sama kamu."

"Iya Mah."

"Yaudah kalo gitu Mamah pamit ya. Titip Anesja ya Ana, Faras."

"Iya Mah, tenang aja. Di sini Aneska kan ada aku sama Mas Faras."

"Makasih banyak ya sayang. Mamah permisi dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

"Pokoknya Aneska ga boleh tinggal bersama Mamahnya. Gimana pun itu caranya. Masa iya gua kerjain pekerjaan rumah sendirian, enak aja," ucap kak Ana di dalam hati.

"Kamu kenapa sayang? Sakit lagi perutnya?" Tanya kak Faras yang melihat kak Ana sedang memikirkan sesuatu.

"Ah, engga kok. Ga kenapa-kenapa. Hehe."

****

"Assalamualaikum. Mamah." Kali ini kak Ana sedang menelpon Mamah Aneska. Dia memang memanggil mertuanya itu dengan sebutan Mamah juga.

"Iya kenapa sayang?"

"Mah. Sebenarnya ada yang sedang aku pikirin selama ini."

"Ada apa sayang? Cerita aja semuanya sama Mamah. Jangan sungkan-sungkan. Kali aja Mamah bisa bantu kamu. Dan jangan banyak pikiran, kamu kan lagi mengandung cucu pertama Mamah."

"Ini sebenarnya tentang Aneska si Mah."

"Aneska? Kenapa dengan Aneska? Apa dia nakal di sana?"

"Engga kok Mah. Aneska ga nakal. Justru dia itu anak yang baik. Makanya aku kasihan sama dia."

"Kasihan kenapa?"

"Dia akhir-akhir ini udah nunggak bayaran sekolah di bandingkan dengan teman-temannya yang lain. Yaa Mamah tau sendiri kan, gaji Ayah ga seberapa untuk biayain Aneska sekolah. Mas Faras juga. Apalagi nanti setelah aku melahirkan. Pasti semakin banyak biaya yang akan di keluarkan."

"Ohh gituu. Tapi Mamah pesan sama kamu, jangan sampai Aneska putus sekolah ya. Mamah ga mau itu terjadi kepada Aneska. Apalagi Aneska sekarang hidup dengan kedua orangtuanya yang ga utuh. Dia harus sukses. Masalah biaya sekolah Aneska kamu jangan khawatir. Insyaallah Mamah bisa bantu. Emang sekarang Aneska butuh uang berapa untuk biaya sekolahnya?"

"Aduh, aku ga enak sebenarnya sama Mamah. Aku niatnya cuma mau curhat aja sama Mamah. Ga apa-apa kok, nanti aku sama Mas Faras aja yang usaha cari uang buat biaya sekolah Aneska."

"Ga apa-apa. Bilang aja ke Mamah berapa jumlah yang harus di bayar untuk keperluan Aneska?"

"Dua jutaan Mah."

"Yaudah Kebetulan Mamah ada kok uangnya. Nanti Mamah langsung transfer ya. Kalo udah Mamah transfer, nanti Mamah kabarin kamu lagi."

"Yaampun. Maaf ya Mah jadi ngerepotin Mamah. Makasih banyak Mah."

"Iya sama-sama sayang. Ini kan buat Aneska juga."

"Yaudah kalo gitu aku mau lanjut beresin rumah dulu ya Mah."

"Kamu jangan kecapean loh."

"Hehe, iya Mah. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Awal kebohongan kak Ana kepada Mamah Aneska di mulai dari sini. Dia meminta uang kepada Mamah Aneska dengan alasan untuk biaya sekolah Aneska. Padahal sekarang ini Aneska bersekolah di sekolah negeri yang tidak membutuhkan biaya apapun kecuali uang muka yang hanya di bayar sekali ketika awal masuk sekolah. Seterusnya semuanya gratis. Mulai dari seragam hingga buku. Mulai dari sini lah kak Ana terus membohongi Mamah Aneska dengan mengatas namakan untuk biaya sekolah Aneska.

-TBC-