Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 22 - Pekerjaan Baru

Chapter 22 - Pekerjaan Baru

Hari ini adalah hari pertama Aneska akan bekerja di salah satu salon milik Mamah Galang. Aneska kali ini menerima tawaran Galang karena Galang telah berjanji jika dia dan Mamahnya itu akan memperlakukan Aneska sama seperti dengan karyawan yang lainnya.

Hari ini juga Aneska akan di jemput oleh Galang untuk menuju ke tempat kerja barunya. Karena Aneska belum mengetahui dimana pastinya salon milik Mamah Galang tersebut. Abighail sudah bersiap-siap sejak pukul 7 pagi tadi. Aneska sudah janjian dengan Galang akan di jemput pada pukul 8 pagi. Karena waktu bekerja Aneska sama dengan tempat kerjanya yang lama. Yaitu pada pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore.

"Nes. Udah rapih aja."

"Ya kan lu janjiannya jam 8. Udah lewat nih. Gua ga mau telat ya."

"Tenang, Nes. Ayo kita berangkat. Let's go."

Kemudian Aneska dan Galang pun berangkat ke tempat salon milik Mamah Galang. Ternyata tempatnya cukup jauh dari tempat tinggal Aneska. Sepertinya Aneska akan mempertimbangkan pekerjaannya kali ini. Karena jika dia harus jalan kaki, pasti membutuhkan waktu yang lama, tetapi jika menggunakan ojek online atau ongkos pasti gaji Aneska akan habis untuk ongkos saja. Belum lagi untuk makan dan keperluan sehari-hari Aneska yang lainnya.

"Ini dia Nes, salon punya Mamah gua."

"Besar banget ya."

"Yaudah yu masuk. Gua mau kenalin lu ke Mamah gua dulu. Supaya lu bisa belajar juga di sini."

Kemudian Aneska mengikuti langkah Galang untuk menemui Mamah Galang.

"Assalamualaikum, Mah."

"Waalaikumsallam. Eh, Galang."

"Ini Mah, Aneska. Yang Galang ceritain kemarin."

"Oh ini. Cantik banget ya anaknya, hehe."

"Makasih Tante."

"Sebelumnya kamu udah pernah kerja di tempat salon seperti ini?"

"Belum Tante."

"Yaudah kalo gitu nanti Tante yang ngajarin kamu langsung ya."

"Iya, Tante. Makasih."

"Yaudah kalo gitu Galang balik dulu ya. Nes, gua balik duluan ya. Kalo nanti lu mau pulang bilang gua aja. Biar gua jemput."

"Ga usah kok, gau bisa pulang sendiri. Thanks ya."

"Okedeh. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam," jawab Aneska dan Mamah Galang bersamaan.

Akhirnya Galang pergi meninggalkan Aneska bersama dengan Mamahnya. Sementar itu, Aneska sekarang belajar dunia salon bersama dengan Mamah Galang. Mulai dari mengeramas rambut, mewarnai kuku, dan yang lainnya. Ternyata di sini itu bukan hanya salon rambut saja, tetapi juga kecantikan kuku, wajah, dan juga bagian tubuh yang lainnya. Pantas saja tempatnya sangat besar dan bagus.

"Gimana Aneska? Udah mengerti belum?"

"Udah kok Tante."

"Bagus lah kalo gitu. Untuk saat ini sih menurut Tante kamu bekerja di bagian yang ringan-ringan dulu ya. Karena kan kamu masih pemula juga. Tapi nanti kalo kamu mulai mahir di dunia salon seperti ini, kamu bisa kok memegang pekerjaan yang lainnya."

"Iya Tante. Makasih ya."

"Iya, sama-sama cantik. Silahkan kamu sudah bisa mulai bekerja sekarang. Kalau masih ada yang bingung bisa tanyakan ke karyawan yang lainnya di sini atau tanya ke Tante langsung ya."

"Yoi. Eh iya Tante."

"Tante tinggal ya. Bye Aneska."

Mamah Galang pun meninggalkan Aneska untuk bekerja. Aneska masih sedikit bingung sekarang ini dia harus apa. Maka dari itu sekarang ini selama belum ada tamu yang datang ke sini, Aneska memilih untuk membersihkan ruangan salon tersebut yang sudah mulai kotor.

Akhirnya ada juga salah seorang yang datang untuk mengeramas rambutnya.

"Nes, kamu aja ya yang ngerjain. Hitung-hitung belajar. Ga apa-apa kok," ucap salah satu karyawan yang sudah senior di salon ini.

"Yoi kak."

Aneska sangat hati-hati dan pelan sekali dalam melakukan pekerjaannya kali ini. Aneska merasa sangat kaku untuk mengeramasi rambut orang lain. Karena sebelumnya Aneska tidak pernah melakukan hal itu. Rambut miliknya sendiri aja jarang sekali di keramas. Apalagi ini, mengeramasnya sambil di pijat-pijat sesekali. Jika pijatannya tidak enak atau kekerasan, pasti orang tersebut akan komplain.

"Udah selesai Mba."

"Oh iya. Saya ketiduran. Abis pijatan Mba enak si, hehe. Makasih ya."

"Iya Mba, sama-sama."

"Oh iya, saya bisa membayarnya dimana ya?"

"Di sebelah sana Mba. Mari saya antar." Kemudian dengan senang hati Aneska mengantarkannya sampai ke tempat bayar yang dia maksud.

"Keren, Nes. Baru pertama udah bisa orang nyaman karena pijitan kamu sampai ketiduran gitu."

"Haha, kebetulan."

Dari pagi hingga siang seperti ini hanya 1 orang yang Aneska layani. Karena kebanyakan dari orang-orang yang datang ke sini itu untuk perawatan wajah dan tubuhnya. Sepertinya salon ini memang terlenal dengan perawatannya yang hasilnya bisa memuaskan banyak orang. Sayangnya Aneska belum di percaya untuk memegang pekerjaan tersebut.

"Aneska istirahat aja dulu. Udah jam satu. Nanti bisa balik lagi sekitar jam dua an ya."

"Oh, yoi kak. Gua ke luar dulu ya kalo gitu."

"Iya, Nes. Di depan sebrang salon ada tukang makanan. Kamu bisa makan di situ."

"Yoi. Thanks."

Aneska pun pergi keluar salon untuk beristirahat. Namun bukan untuk makan. Karena sekarang ini Aneska tidak memiliki uang sedikitpun. Untuk pulang kerja nanti saja Aneska masih bingung harus menggunakan apa, tetapi sepertinya dia akan jalan kaki saja. Aneska tidak ingin meminta di jemput oleh Galang. Karena sudah di berikan pekerjaan saja Aneska sudah sangat berterima kasih kepadanya.

Ternyata Aneska menemukan uang sebesar 25.000 di saku celananya.

"Kayanya cukup lah buat naik angkot nanti pulang kerja. Sekarang gua beli roti aja deh sama aqua gelas," ucap Aneska di dalam hati.

Aneska pun pergi menghampiri warung kecil yang berada di samping salon tempatnya bekerja. Aneska hanya membeli roti sehatga 2.000 dan aqua gelas seharga 1.000 rupiah. Karena Aneska harus bisa irit untuk saat ini.

Aneska memiluh untuk makan di warung itu juga. Tanpa di sengaja, ketika Aneska sedang makan di warung tersebut dan melihat ke arah jalanan, tiba-tiba Aneska melihat Mamahnya.

"Mamah."

Tanpa berpikir panjang Aneska langsung menyampari Mamahnya tersebut.

"Ya ampun Aneska..."

Mamahnya Aneska langsung memeluk anak kesayangannya itu.

"Mamah udah nyariin kamu kemana-mana tapi ga ketemu. Di telepon tapi ga di angkat. Kamu kemana aja si sebenarnya selama ini?"

"Maaf Mah. Hpku kemarin di jambret. Makanya sekarang aku ga pegang hp lagi."

"Ya ampun. Nak, sekarang Mamah mohon kamu kembali sekolah ya. Mamah mohon banget."

Mamah Aneska itu memohon sampai kedua tangannya di angkat di depan Aneska.

"Mamah sedih melihat kamu ga jelas kaya gini. Mamah mohon kamu mau ya kembali ke sekolah."

"Tapi Mah...."

"Mamah mohon nak."

Mamah Anesja terus menerus memohon kepada Aneska. Membuat Aneska tidak tega melihatnya, tetapi Aneska juga tidak ingin untuk kembali sekolah.

"Mamah jangan nangis gitu dong. Aku ga tega liatnya."

"Jadi keputusan kamu gimana? Mau kan sekolah lagi?"

-TBC-