Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 28 - Kejahatan Kak Ana Di Depan

Chapter 28 - Kejahatan Kak Ana Di Depan

"Aneska nomor baru kamu berapa? Biar bisa kakak save nomernya sekarang."

"Sekarang banget apa?"

"Aneska..." Panggil Mamah Aneska dengan nada gemas karena Abighail selalu menjawabi semua perkataan kakak iparnya.

"0813********."

"Oke, aku save ya Bi."

"Yoi."

Tidak lama setelah kak Ana meminta nomor kepada Aneska, tiba-tiba saja Aneska mendapatkan pesan yang tidak dia kenal.

"Ke belakang sekarang. Gua tunggu. Pura-pura ngapain kek."

"Mah, Mas, semuanya. Aku mau ke kamar mandi dulu ya."

"Oh, iya Na."

Tidak lama kak Ana pergi, Aneska pun ikut izin untuk ke belakang kepada Mamah dan kak Faras.

"Mah, aku ke dapur dulu ya. Mau cuci tangan. Masih bau ternyata."

"Kamu si ga bersih cuci tangannya. Yaudah sana."

Akhirnya kini kak Ana dan Aneska pun berhasil pergi ke belakangan dengan alasan-alasan yang di buat oleh mereka.

"Ngapain lagi si lu?"

"Eh gua ga terima ya kalo lu itu punya handphone baru."

"Ga terima gimana? Gua ini kan anaknya Mamah. Wajar dong kalo gua di beliin handphone sama Mamah gua sendiri. Makanya lu minta sana sama Mamah lu, haha."

Perkataan Aneska barusan membuat kak Ana marah. Dan akhirnya kak Ana langsung mengambil pisau yang ada di rak dapur. Sepertinya kak Ana kini kembali murka. Padahal di sini sekarang sedang ada Mamahnya Aneska. Namun tanpa rasa takut kak Ana marah begitu saja kepada Aneska.

"Aw."

"Aneska. Kenapa?" Ternyata Mamah Aneska mendengar teriakan Aneska barusan. Kak Ana yang menyadari suara Mamah Aneska itu langsung menyembunyika pisaunya dan berpura-pura panik kepada Aneska.

"Kamu kenapa de? Ya ampun?"

"Kenapa? Kenapa ini Aneska Na?" Tanya Mamah Aneska yang sangat panik karena melihat darah yang ada di telinganya.

"Aku juga ga tau Mah. Tadi aku lagi di kamar mandi terus tiba-tiba dengar teriakannya Aneska."

"Kenapa bisa berdarah gitu si nak?"

"Tadi lagi jalan tiba-tiba telinga aku kegores sama paku yang ada di tembok itu Mah. Biasa kok."

"Tembok mana?"

"Itu," ucap Aneska sambil menunjuk arah paku tersebut. Ternyata paku tersebut benaran ada di atas dinding dengan posisinya yang bengkok.

"Ya ampun nak. Lain kali kamu hati-hati. Yaudah sini Mamah obatin dulu luka kamu ya."

"Gua yakin pasti ini adalah perbuatannya si Ana," ucap kak Faras di dalam hatinya.

"Kamu kenapa liatin aku kaya gitu Mas?"

"Lu kan yang udah buat telinga adik gua luka? Pasti lu. Gua yakin."

"Engag Mas. Sumpah."

"Gua benar-benar ga habis pikir sama jalan pikiran lu. Lu bisa-bisanya siska adik gua ketika gua dan Mamahnya ada di sini. Lu ga takut? Emang jiwa jahat lu itu udah kelewatan."

Kemudian kak Faras meninggalkan kak Ana begitu saja untuk melihat keadaan adik kandungnya itu.

"Lu ga apa-apa Bi?"

"Engga elah. Cuma luka kecil gini doang mah yaelah. Udah biasa, haha."

"Jangan gitu nak. Kamu jangan mengampangkan luka apa lagi sampai berdarah kaya gini. Kalo kamu ga segera obatin nanti lama-lama takutnya bisa infeksi."

"Infeksi bisa bikin mati ga Mah?"

"Hus. Kamu nih aneh-aneh aja pertanyaan ya."

"Yehh, orang nanya juga, haha."

Setelah luka Aneska itu di obati, akhirnya mereka semua pun masuk ke kamarnya masing-masing. Malam ini Mamah Aneska akan tidur bersama Aneska di kamarnya.

Kini Aneska dan Mamahnya tertidur dengan saling berpelukan. Tidak seperti waktu malam itu ketika Mamah Aneska marah akibat perkataan Aneska. Lagi pula kali ini Aneska benar-benar sedang merindukan sosok seorang Ayah dan Mamahnya. Karena sudah terlalu menderita Aneska selama ini tinghal bersama kakak iparnya yang sangat kejam kepadanya.

"Kamu kenapa nangis nak?" Mamah Aneska yang sudah tidur tiba-tiba terbangun pas ketika Aneska sedang menangis.

"Ga apa-apa. Aku ngantuk tapi main handphone makanya keluar air mata."

"Yaudah tidur makanya nak."

"Iya iya."

"Sini Mamah peluk."

Akhirnya Aneska bisa tidur juga dengan pelukan hangat dari Mamahnya.

*****

"Pagi sayang..." Sambut Mamah Aneska kepada Aneska.

"Banyak banget sarapannya."

"Engga ah. Cuma bubur ayam doang kok. Kan sekarang juga hari sepesial kamu karena kamu udah mau sekolah lagi."

"Aku canggung Mah sekarang mau sekolah."

"Di biasain lagi makamya nak."

"Makanya Mamah tinggal sama aku supaya aku semangat sekolah."

"Kan di sini udah ada Ayah kamu, kak Faras sama kak Ana."

"Beda Mah. Aku butuh sosok Ibu."

Mendengar perkataan anaknya barusan membuat Mamah Aneska meneteskan air mata.

"Mamah jangan nangis dong. Ah cengeng banget."

"Yaudah yu kita sarapan sekarang."

Lagi-lagi kali ini Aneska merasa sangat bahagia karena bisa makan bersama kembali dengan keluarganya. Dan sepertinya ini adalah makan bersama terakhir karena hari ini Mamah Aneska akan pulang ke rumahnya kembali.

"Kamu kenapa si nak? Kok kayanya lagi banyak banget pikiran gitu?"

"Karena Aneska mau tinggal sama Mamah. Gimana kalo Mamah tinggal di sekitar sini aja? Ngontrak yang dekat dari sini. Supaya bisa dekat ke sekolah Aneska nya."

"Kan Mamah harus kerja nak."

"Mamah ga usah kerja. Biar aku aja yang kerja. Insyaallah aku bisa menuhi kebutuhan kehidupan kita sehari-hari."

"Benar loh Mas kata Mamah. Mamah kan dapetin kerjaannya itu susah. Masa mau ninggalin pekerjaannya gitu aja si. Ya ga Mah?"

"Gua tau kak kenapa lu bicara kaya gitu. Pasti karenau ga rela kan liat gua bahagia dan lu juga ga rela kalo Mamah ga kasih uang lagi ke lu," ucap Aneska di dalam hatinya.

"Iya nanti Mamah pikir-pikir lagi deh. Yaudah sekarang kita berangkat sekolah dulu yu. Yu semuanya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam. Hati-hati ya Bi, Mah."

"Iya..."

Mamah Aneska mengantar anaknya tersebut dengan menggunakan taksi. Padahal sebenarnya naik angkot sekali saja juga sudah bisa mengantarkan Aneska ke sekolah.

"Aku sekolah dulu ya Mah."

"Mau Mamah antar ke dalam ga? Hehe."

"Ga usah lah mah. Malu-maluin aja."

"Aneska...," teriak teman-teman Aneska memanggil dirinya. Dia adalah Galang, Rio, dan yang lainnya.

"Eh ada Tante. Assalamualaikum Tante."

"Waalaikumsallam."

"Yaudah kalo gitu Mamah langsung pulang ya."

"Pulang ke rumah Mamah?"

"Iya."

"Ga mau nunggu aku pulang sekolah dulu gitu?"

"Mamah ada kerjaan nak siang ini. Lagian kalo nungguin kamu sekolah, nanti kamu mau ikut Mamah lagi deh, hehe."

Aneska tidak menjawabnya, dia hanya terdiam saja.

"Jangan sesih. Di sini kan juga banyak orang-orang yang sayang sama kamu. Titip Aneska ya semuanya."

"Iya Tante. Pasti bakalan kita jagain kok."

"Yaudah Mamah pamit dulu ya nak. Semuanya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Akhirnya Mamah Aneska pun pergi meninggalkan Aneska tanpa menunggunya pulang sekolah terlebih dahulu.

-TBC-