Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 30 - Kejutan Untuk Aneska

Chapter 30 - Kejutan Untuk Aneska

"Mamah?"

"Happy birthday sayang..."

Kemudian Mamah Aneska langsung memeluk anak kesayangannya itu.

"Emang aku ulang tahun ya Mah?"

"Iya. Hemm kebiasaan deh kamu. Lupa sama hari ulang tahun sendiri."

"Surprise...".

Tiba-tiba semua teman Aneskanpun keluar dari rumah Aneska.

"Eh lu semua ada di sini. Pantesan tadi buru-buru banget mau pulang."

"Hahaha. Iya lah. Happy birthday ya Bi. Semoga semakin jadi wanita yang seutuhnya deh. Aamiin. Haha."

"Haha. Sue lu."

"Tiup dong nih kuenya."

Teman-teman Aneska sudah menyiapkan kue ulang tahun untuk Aneska.

"Jangan lupa harapannya dulu."

"Gua berahap kalo gua bisa hidup sama Mamah lagi. Walaupun itu cuma berdua. Aamiin."

Doa Aneska barusan itu membuat Mamah Aneska bingung mendengarnya.

"Yehhh." Sorakan dari seluruh orang yang berada di sana setelah Aneska meniup lilin kue ulang tahun tersebut.

"Eh, eh. Jangan macam-macam lu pada."

Tiba-tiba teman-teman Aneska melemparkan telor kentah kepada Aneska.

"Awas lu ya gua balas."

Akhirnya Aneska pun berlari-larian dengan temannya karena ingin membalas perbuatan temannya itu.

Kak Ana yang tidak menyukai Aneska. Apalagi ketika Aneska merasa bahagia dan di cintai oleh banyak orang. Membuat kak Ana semakin merasa benci dengan Aneska. Entah apa yang ada di pikiran kak Ana sehingga dia tidak bisa menyayangi adik iparnya sendiri.

"Udah ah. Mau mandi dulu gua. Amis banget nih."

"Eh bentar dulu." Mamah Aneska mencegah Aneska untuk masuk ke dalam rumah.

"Apa lagi Mah?"

"Selamat ulang tahun Aneska... Maaf Ayah telat datangnya."

"Ayah?"

Ayah Aneska datang dengan membawa sepeda baru untuk dirinya.

"Nih hadiah buat kamu. Maaf ya Ayah belum bisa beliin kamu sepeda motor. Karena uang Ayah belum cukup. Ayah baru bisa beliin kamu sepeda aja."

"Gilak. Ini si keren banget Yah sepedanya. Aku suka."

"Benar kamu suka sama sepedanya?"

"Yoi. Suka banget Yah. Akhirnya aku bisa pergi pake sepeda sekarang, haha. Makasih ya Ayah."

"Syukur deh kalo kamu suka. Iya nak, sama-sama."

Setelah Ayah Aneska memberitahukan kepada Abighail tentang sepeda barunya, kemudian Aneska langsung pergi ke kamar mandi. Karena tubuhnya kali ini sudah sangat amis karena di lempari telor oleh teman-temanbya. Apalagi rambutnya yang sudah sangat bau karena rambut itu lebih gampang menyerapnya.

Setelah Aneska selesai mandi, ternyata semua temannya dan Mamah serta Ayahnya sedang makan bakso di ruang tengah.

"Wahh, makan-makan nih."

"Sorry ya Bi. Gua cuma bisa beliin lu bakso doang."

"Yailah ga apa-apa. Santai aja. Kak Faras kan udah ngurusin gua buat makan selama ini."

"Itu mah kewajiban gua sebagai kakak, Nes."

"Yoi benar. Kewajiban."

"Sial. Apa maksudnya coba si Aneska ngomong kaya gitu di depan muka gua. Awas aja ya lu. Habis sama gua," ucap kak Ana di dalam hati.

"Maafin kak Ana juga ya de belum bisa kasih kamu apa-apa. Benar kata kak Faras, cuma bisa traktir kamu bakso doang. Karena buat kebutuhan sehari-hari makan kita aja, kita kesusahan." Tiba-tiba kak Ana menangis. Sudah dapat di tebak. Tangisannya itu adalah air mata buaya.

"Lebay."

"Jangan gitu de. Kak Ana kan udah ngurusin kamu. Kamu yang sabar ya Na. Kalo Mamah ada rezeki pasti Mamah akan bantu-bantu kamu dan Faras kok."

"Iya Mah. Makasih banyak ya Mah."

"Yaudah sekarang mending kita lanjutkan aja makan-makannya. Sini de, duduk samping Mamah."

Kemudian Aneska duduk di samping Mamahnya dengan sangat manja. Aneska minta di suapini bakso oleh Mamah dan Ayahnya. Kini Aneska berharap, dengan cara seperti ini Mamah dan Ayahnya bisa bersatu kembali. Walaupun kemungkinannya itu sangat kecil.

Aneska merasa sangat bahagia karena bisa makan bersama orang-orang yang dia sayangi. Yaitu keluarga dan teman-temannya yang selalu ada untuknya sampai saat ini. Apalagi sekarang ini Mamah dan Ayahnya berada di satu ruangan yang sama dengan akur. Sudah lama sekali Aneska tidak merasakan kehangatan dari adanya sosok Ayah dan Mamah di rumah.

Setelah makan bakso bersama dan saling mengobrol serta bercanda bersama. Semua teman-teman Aneska memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Besok itu bukan hari libur, sehingga mereka harus segera pulang untuk mempersiapkan diri bersekolah di hari esok.

Teman-teman Aneska datang ke rumah Aneska tidak dengan tangan kosong. Mereka saling patungan untuk membelikan Aneska tas dan sepatu baru untuk Aneska. Serta hadiah bonus berupa foto-foto mereka bersama Aneska yang di bingkai dengan sangat cantik. Foto tersebut sekarang sudah di pajang di kamar Aneska.

"Kalo gitu kita balik dulu ya, Nes. Udah malam."

"Yoi kalo gitu. Thanks ya buat semuanya."

"Sama-sama. Om, Tante, kak, kita pulang dulu ya."

"Iya, hati-hati ya kalian semua. Makasih juga udah nemani anak Tante selama ini."

"Iya sama-sama Tente. Kita pamit ya."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam." Kini mereka semu telah pergi meninggalkan rumah Aneska.

"Kalo gitu Mamah juga pamit dulu ya."

"Pamit? Pulang ke rumah?"

"Iya."

"Jangan Mah. Udah malam. Mamah nginap lagi aja ya di sini. Please... Hitung-hitung buat hadian ulang tahun kali ini."

"Engga ah. Maaf ya. Mamah ga bisa. Kan kamu ada Ayah kamu sekarang. Mamah juga ga enak nanti apa kata orang kalo Mamah nginap di sini."

"Yaelah. Mamah kan nginap di rumah anaknya sendiri. Dan Ayah itu kan mantan suami Mamah. Apa salahnya Mah?" Bela kak Faras untuk Aneska supaya Mamahnya bisa menginap malam ini di rumahnya.

"Iya kamu nginap aja di sini. Nanti saya tidur di luar aja kalo kamu ngerasa ga nyaman ada saya."

"Engga. Bukan gitu Mas maksud aku. Yaudah deh iya, Mamah nginap malam ini demi kamu."

"Yoi... Gitu dong Mah."

"Tapi Mas jangan tidur di luar. Di dalam aja ga apa-apa. Nanti kamu sakit lagi tidur di luar. Dingin dan banyak nyamuk."

"Ciee Mamah perhatian sama Ayah. Haha."

"Hus. Kamu jangan bicara seperti itu."

"Yoi. Maaf."

Akhirnya Mamah Aneska kembali menginap di rumah Ayah Aneska. Mamah Aneska tidur di kamar Aneska lagi. Dan Ayah tidak jadi tidur di luar. Ayah Aneska tidur di sofa ruang tamu. Karena sekarang ini juga sedang kedatangan adik dari kak Ana yang sedang main di sini. Aneska tidak akur dengannya, sehingga dia tidak ikut tidur di kamar Aneska, tetapi dia tidur di kamar Ayah.

Entah kenapa yang biasanya Mamah Aneska tidur terlebih dahulu daripada Aneska, kini berkebalikan. Malam ini Aneska sudah tidur terlabih dahulu daripada Mamahnya.

"Aduh malam-malam haus lagi. Minum ah," batin Mamah Aneska.

Kemudian Mamah Aneska keluar kamar untuk mengambil air minum. Ketika ingin mengambil air minum, Mamah Aneska menemukan sang mantan suami yang sedang tidur di sofa ruang tamu. Sepertinya dia sedang kedinginan. Tanpa berpikir panjang Mamah Aneska langsung mengambil selimut dan menyelimutinya.

"Kamu?"

-TBC-