Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 24 - Alasan Percerain Orangtua Aneska

Chapter 24 - Alasan Percerain Orangtua Aneska

"Jadi ceritanya tuh aku bosen aja Mah di rumah."

Ternyata Aneska tidak benar-benar akan menceritakan yang sebenarnya sebab dari kenapa dirinya sudah kabur dari rumah Ayahnya kepada Mamahnya. Aneska selalu saja memikirkan nasib kakak iparnya ketika semua orang yang menyayangi Aneska tahu jika kakak iparnya tersebut sudah jahat kepadanya. Padahal jelas-jelas kakak iparnya tersebut sudah sangat jahat kepadanya.

"Ihhh. Mamah udah dengerin serius-serius juga."

"Haha. Lagian Mamah serius-serius banget si."

"Kamu mau pulang ke rumah Ayah sekarang atau besok aja?"

"Besok aja lah Mah. Aku baru sampe, masa udah pergi lagi."

"Yaudah deh kalo gitu."

"Tapi aku punya satu permintaan sama Mamah."

"Boleh dong. Apa itu?" Dengan mudahnya Mamah Aneska memperbolehkan anak kesayangannya itu untuk meminta sesuatu kepadanya.

"Besok Mamah nginap di rumah Ayah ya."

"Ga bisa ah kalo itu mah."

"Please... Biasanya di tanggal muda kaya gini Ayah ada di Bogor kok, ga pulang ke Jakarta."

"Hmmm gimana ya."

"Mau ya Mah. Please..." Setelah tadi Mamahnya yang memohon kepada Aneska untuk kembali bersekolah, kini sang anak lah yang memohon kepada Mamahnya untuk bisa menginap di rumah Ayahnya. Alias mantan suami dari Mamah Aneska.

"Yaudah iya besok Mamah nginap di rumah Ayah."

"Yoi. Gitu dong."

Setelah bernegosiasi antara Mamah dan anak untuk bersekolah dan menginap di rumah Ayah, Aneska dan Mamah memutuskan untuk makan malam bersama. Kali ini Aneska dan Mamahnya tidak akan makan di dalam sebuah rumah yang terpencil itu, tetapi kali ini Aneska dan Mamahnya akan makan di sebuah tempat makan. Walaupun itu adalah tempat makan yang sederhana.

Aneska sebenarnya hanya mendapatkan uang yang tidak begitu besar dari Tante Novi tadi, tetapi Aneska tidak pernah lupa untuk berbagi dan membahagiakan Mamahnya dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Kali ini yang akan mentraktir makan malam adalah Aneska.

Aneska dan Mamah memutuskan untuk makan malam di sebuah tempat makan yang berada di pinggir jalan. Mereka memutuskan untuk makan sate Madura bersama. Dua porsi sate Madura beserta temannya, lontong. Serta dua es teh manis untuk menemani makan malam mereka kali ini.

"Mamah mau makan apa lagi?"

"Ini aja udah kenyang banget nak."

"Ga mau jajan?"

"Engga ah. Mamah mah udah tua. Kamu jajan aja kalo mau. Banyak jajanan tuh di depan."

Karena Mamahnya tidak mau jajan, akhirnya Aneska sendiri yang jajan. Aneska membeli jajanan satu porsi batagor, satu porsi tahu gejrot dan dua bungkus es kelapa muda. Kali ini Mamah Aneska mau untuk jajan es kelapa muda.

"Kamu lagi ada uang nak?"

"Yoi Mah. Sisa gajian kemarin."

"Oh gitu. Syukur deh kalo gitu. Tapi sebenarnya mah kamu ga perlu traktir Mamah kaya gini. Mending uangnya kamu simpan buat keperluan kamu yang lainnya."

"Mamah lebay deh. Aku kan juga traktir Mamah jarang banget."

"Makasih ya sayang."

"Yoi."

Setelah menghabiskan waktu bersama antara seorang anak dan Ibunya. Aneska dan Mamah memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena waktu juga sudah malam. Sudah jam 9 malam sekarang. Aneska pulang ke rumah Mamahnya itu dengan berjalan kaki. Karena kebetulan juga jarak antara rumah Mamah Aneska dan tempat makan tadi itu tidak jauh.

Sesampainya di rumah, Aneska dan Mamahnya tidak langsung istirahat dan tidur. Mereka semua masih melanjutkan obrolan mereka. Mulai dari membahas tentang masa-masa indah ketika Aneska baru lahir hingga sebuah perceraian yang harus di lakukan oleh Mamah dan Ayah Abighail. Kali ini Mamahnya akan menceritakan itu semua kepada Aneska. Karena menurutnya, sekarang Aneska sudah dewasa dan sudah tepat waktunya untuk Aneska mengetahui apa sebenarnya alasan Mamah dan Ayahnya bercerai.

"Terus kalo bukan karena itu. Apa alasan yang benar kenapa kalian bisa cerai?"

"Sebenarnya karena kesalahan dan kurang komunikasi aja si nak. Jadi waktu itu Ayah sakit dan ga bisa kerja. Jadi Mamah kan yang seharusnya kerja. Kenapa Mamah dan Papah bisa bertengkar terus waktu itu? Karena uang hasil kerja Mamah itu selalu di pakai diam-diam oleh Ayah tanpa sepengetahuan Ibu. Ketika Mamah tanya baik-baik, jawabnya selalu nanti pasti di gantiin. Padahal bukan itu yang Mamah mau. Mamah cuma mau saling keterbukaan aja kan antara suami dan istri."

"Yoi. Terus-terus?"

"Nah itu salah satu alasan kenapa Mamah marah sama Ayah. Ayah itu orangnya ga terbuka. Jadi Mamah selalu berpikiran yang engga-engga tentang Ayah."

"Emang waktu itu Mamah mikir apa tentang Ayah?"

"Waktu itu Mamah mikir kalo Ayah itu punya selingkuhan."

"Kok Mamah bisa mikir kaya gitu si?"

"Karena kan Ayah selalu pakai uang Mamah diam-diam. Ketika di tanya buat siapa ga pernah jawab. Buat apa coba kalo bukan buat foya-foya sama teman ceweknya di luaran sana."

"Terus?" Kali ini Aneska sangat bersemangat untuk mendengarkan cerita Mamahnya. Berbagai pertanyaan di lontarkan olehnya. Wajar saja, karena Aneska ingin mengetahui ini sejak dia berusia 11 tahun.

"Yaudah gitu. Ketika Mamah celetukin kalo Ayah kamu itu punya selingkuhan, Ayah kamu malah main tangan sama Mamah. Mamah ga terima dong. Maka dari itu pertengkaran di antara Ayah dan Mamah semakin besar."

"Terus yang minta cerai duluan siapa?"

"Mamah."

"Kenapa?"

"Karena semakin lama Ayah kamu itu semakin mencurigakan dan semakin kasar sama Mamah. Mamah ga mau dong di kasarin terus sama Ayah."

"Yoi. Benar si. Tapi sekarang Mamah tau kenapa Ayah pakai uang Mamah? Buat siapa itu uangnya?"

"Tau. Ternyata uangnya itu untuk kakaknya."

"Kakaknya? Kok minta sama Ayah si?"

"Jadi ceritanya waktu dulu itu Ayah kamu tinggal sama kakaknya. Dan semua biaya kesehari-harian sama sekolah Ayah yang nanggung itu kakaknya. Karena kan Ayah kamu udah di tinggal pergi sama kedua orangtuanya waktu Ayah masih duduk di kelas 5 SD. Makanya kakaknya itu kaya minta balas budi gitu ke Ayah. Ayah kamu kemarin ga cerita gitu si. Makanya Mamah marah. Coba kalo cerita, Mamah akan bantu Ayah. Seenggaknya bantu bicara kalo ga bisa bantu materialnya."

"Parah banget si kakaknya Ayah itu."

"Andai Mamah tau, yang di alami Aneska sekarang itu sama seperti yang dulu Ayah rasakan," ucap Aneska di dalam hati.

"Iya nak. Makanya Mamah mah sekarang bilang ke kak Faras sama kak Ana kalo butuh apa-apa buat keperluan kamu, bilang sama Mamah aja. Supaya nanti kamu ga merasakan hal yang sama seperti yang di rasakan Ayah kamu. Walaupun sekarang kak Faras dan kak Ana baik banget si sama kamu. Tapi kan namanya manusia, bisa berubah dengan cepat begitu saja."

"Loh, kok kamu nangis si nak?"

"Engga Mah. Ga kenapa-kenapa. Aku cuma terharu aja sama cerita tentang Ayah dulu."

"Aneska udah merasakan itu semua Mah. Mah, tolong sadar. Bantu Aneska keluar dari zona yang membuat Abighail menderita," ucapnya di dalam hati sambil membayangkan ketika kak Ana sedang murka kepadanya.

-TBC-