Ketika Aneska sedang belajar di kamarnya, tiba-tiba kak Ana masuk ke dalam kamar Aneska.
"Enak ya Bi jadi kamu."
"Enak kenapa kak?"
"Ya enak. Kerjanya cuma belajar, belajar dan belajar. Nyuci baju aja ga di bolehin. Sedangkan gua? Gua harus kerja, beresin rumah, ngurusin lu. Di kira gua ga cape?"
"Ga enak kok kak jadi Aneska. Punya Mamah sama Ayah tapi terasa kaya ga punya. Bersyukur aku masih punya kakak seperti kak Faras."
"Pokoknya gua ga mau ya ngerjain semua pekerjaan ini lagi. Gua benci sekarang sama lu. Pokoknya mulai sekarang lu yang kerjain semua pekerjaan ini, tapi jangan sampai kakak lu tau. Dan lu ga boleh ngadu-ngadu ke kakak lu. Awas aja kalo lu ngadu."
"Tapi kak, Aneska harus belajar kak."
"Emang lu kira belajar doang bisa bikin kaya? Bisa bikin semua kerjaan rumah selesai gitu? Engga. Dan nanti ketika lu lulus, lu harus kerja. Bantuin semua keuangan keluarga ini. Enak aja lu kerjaannya cuma enak-enakan. Kerja lah, gantian."
Aneska hanya mendengarkan semua ocehan kak Ana tanpa membalas perkataannya satupun. Karena Aneska tahu, jika dia menjawabinya, pasti semua masalah ini bukannya selesai, justru semakin ribet dan panjang urusannya.
Aneska yang sedang belajar harus memberhentikan belajarnya itu. Dia di suruh oleh kak Ana untuk mencuci baju dan piring yang sudah menumpuk dari tadi pagi. Aneska harus melakukan semua pekerjaan itu sebelum kak Faras pulang ke rumah.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam. Eh Mas, udah pulang?"
"Iya nih. Aneska mana? Lagi belajar dia?"
"Kayanya si. Dia lagi ada di kamarnua tuh."
"Oh yaudah biarin aja. Udah malam juga biarin dia istirahat."
"Apa-apa Aneska. Apa-apa Abighail. Baru pulang kerja seharusnya istrinya yang di tanyain, ini malah Aneska. Awas lu ya Aneska, ga terima gua di perlakukan kaya gini sama suami sendiri gara-gara lu."
*****
Keesokan harinya.
"Aneska berangkat sekolah bareng kakak yu."
"Sama amu aja Mas. Aku kan udah ga kerja, bosan gitu pengen keluar rumah sebentar. Yaa nganterin Aneska sekolah aja."
"Ohh, iya boleh. Kalo gitu aku berangkat kerja dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
"Eh Nes, hari ini lu ga usah sekolah dulu."
"Loh, kenapa kak? Hari ini aku banyak ujian loh di sekolah."
"Gua ga peduli. Kemarin kan gua kerja, pekerjaan di rumah itu udah numpuk banget. Masa gua lagi yang harus kerjain itu semua? Gantian lah, sekarang lu yang kerja. Gua mau jalan-jalan dulu sama teman-teman gua."
"Tapi kak..."
"Ga ada tapi-tapian. Besok lu kalo mau sekolah ya sekolah aja. Beresin kerjaan yang sekarang dulu. Dan jangan lupa setiap pulang sekolah, sebelum kakak lu pulang, lu harus kerjain semua kerjaan di rumah ini. Ngerti!"
Kemudian kak Ana meninggalkan Aneska begitu saja untuk bertemu dengan teman-temannya dan meninggalkan banyak pekerjaan rumah untuk Aneska. Terpaksa hari ini Aneska harus bolos sekolah karena ulah kakak iparnya itu.
Mulai dari menyapu, ngepel, cuci baju, cuci piring, menyetrika pakaian sampai membersihkan debu-debu yang ada di rumah semuanya di lakukan oleh Aneska. Dari pagi hari hingga sore Aneska tidak bisa diam. Sedangkan kak Ana sedang bersenang-senang di luar sana bersama teman-temannya.
Kak Ana pulang pada pukul 5 sore.
"Bi... Bi..."
"Iya kenapa kak?"
"Lu ga masak?"
"Engga."
"Kok engga? Nanti kita makan pake apa?"
"Harus Aneska juga yang masak?"
"Iya lah. Enak aja lu tinggal makan doang."
Aneska segera pergi ke dapur untuk memasak. Kelakuan kakak iparnya itu sebenarnya sudah kelewat batas. Melebihi seorang Ibu tiri. Namun Aneska tidak bisa berbuat apa-apa. Jika dirinya mengadu kepada kakak kandungnya, pasti dia akan di perlakukan lebih buruk lagi.
Seperti biasa, ketika kak Faras sudah pulang ke rumah, sikap kak Ana sangat manis sekali kepada Aneska.
"Kamu mau makan pake apa Nes? Ini mau?" Tanyanya sambil menunjuk ke lauk tersebut dan mengambilkannya untuk Aneska.
"Aku bersyukur punya istri kaya kamu. Bisa berbuat sangat baik kepada adeku seperti kamu memperlakukan anak sendiri. Semoga kita cepat di keruniai seorang anak ya."
"Aamiin. Iya Mas. Kan ade kamu udah aku anggap sebagai ade aku juga."
"Andai kak Faras tau semua kelakuan kak Ana yang sebenarnya di belakang kakak," ucap Aneska di dalam hati.
Kemudian makan malam di lanjutkan kembali. Kali ini yang mencuci semua piring sehabis makan adalah kak Ana. Karena kak Ana tidak mau di bilang sebagai istri yang malas di depan suaminya. Sedangkan Aneska sekarang harus belajar, karena besok dia harus menyusul ulangan harian yang tidak sempat dia ikutin kemarin.
*****
"Aneska, kenapa nilai ulangan kamu turun drastis?" Hari ini sudah pengumuman hasil ujian susulannya. Ternyata hasilnya sangat turun drastis. Sangat berbeda sekali seperti sebelum-sebelumnya. Pasti semua ini karena perlakuan kakak iparnya yang membuat Aneska jadi susah belajar di rumah. Bahkan di sekolah pun dia jadi tidak fokus untuk belajar.
"Kok diam aja Nes? Kamu kenapa?" Tanya guru itu lagi.
"Ga apa-apa kok Bu. Mungkin saya kemarin ga begitu paham sama pelajaran itu Bu."
"Oh gitu. Kan kamu bisa tanya ke saya langsung. Ga biasanya kamu seperti ini."
"Iya Bu, maaf."
"Yasudah. Besok kamu ikut ujian remedial yah dengan teman-teman kamu yang lainnya di ruangan Ibu."
"Iya Bu."
Dari situlah Aneska merasa tidak sanggup lagi untuk belajar di sekolah ataupun di rumah. Begitu banyak beban pikiran dan pekerjaan yang di berikan oleh kakak iparnya. Semenjak itu juga Abighail berpikir untuk bagaimana caranya dia bisa keluar dari keterpurukan itu semua. Bagaimana caranya dia bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari kakak iparnya maupun kakak kandungnya sendiri. Sehingga dia tidak fokus lagi dengan sekolahnya. Dan semenjak itu, Aneska bukan lah Aneska yang dahulu. Aneska yang selalu rajin belajar dan mendapatkan nilai yang bagus di sekolah.
Apalagi semenjak kabar buruk yang di sampaikan oleh kak Faras. Bahwa mulai sekarang, Ayah dan Mamahnya sudah resmi berpisah. Mereka semua sudah bercerai. Dan Ayah Aneska di usir oleh Mamahnya karena rumah yang berada di kampung halamannya itu adalah miling Mamah Aneska. Maka dari itu Ayah Aneska memilih untuk tinggal bersama kak Ana dan kak Faras di Jakarta. Bersama dengan anaknya juga, Aneska.
Aneska semakin kepikiran dengan semua itu. Dia tidak menyangka jika kedua orangtuanya itu akhirnya memutuskan untuk bercerai. Dan sekarang Aneska tidak bisa bertemu dengan Mamahnya untuk saat ini. Karena sang Mamah masih berada di kampung halamannya. Padahal Aneska sangat merindukan Mamahnya. Apalagi selama ini orang yang paling dekat dengannya adalah Mamahnya sendiri.
-TBC-