Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 17 - Fitnah Seorang Kakak Ipar

Chapter 17 - Fitnah Seorang Kakak Ipar

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam. Ayah?"

"Iya nak. Ini Ayah. Kamu apa kabar?"

"Aku baik-baik aja Yah. Mamah mana?"

"Mamah kamu yang minta pisah sama Ayah nak. Mamah kamu juga udah ga peduli sama kita " Mendengar penjelasan dari Ayahnya tersebut membuat Aneska tidak percaya mendengarnya.

Dan mulai saat ini juga, Ayah Abighail ikut tinggal di Jakarta bersama Aneska, kak Faras dan kak Ana. Tadinya rumah ini adalah sebuah kontrakan yang di sewa oleh kak Faras, tetapi semenjak Ayah Aneska datang, kontrakan tersebut di beli dan langsung di bayar lunas oleh sang Ayah. Alasan Ayah Aneska membeli rumah itu karena supaya tanggungan di keluarga mereka sekarang berkurang. Sudah tidak harus memikirkan bayaran kontrakan yang harus di bayar setiap bulannya.

Kedatangan Ayah ke Jakarta membuat Aneska bahagia dan sedih. Bahagia karena akhirnya ada sang Ayah yang bisa menjaga dan membela Aneska dari kejahatan sang kakak ipar, tetapi Aneska juga sedih karena sekarang dia harus tinggal tanpa Mamahnya.

Namun Ayah Aneska juga tidak langsung mendapatkan pekerjaan begitu saja. Ayah Aneska menganggur selama kurang lebih 2 bulan. Dan selama 2 bulan itu Ayah Aneska selalu berada di rumah. Sehingga kak Ana tidak bisa memperlakukan Aneska begitu saja. Kini Aneska sebenarnya sudah bisa belajar dehfab tenang seperti dahulu lagi, tetapi sayangnya semua itu sudah terlanjur membuat Aneska malas untuk melakukannya kembali. Aneska kini tetap tidak bisa belajar dengan baik lagi, apa lagi ketika Mamahnya sudah tidak ada di sampingnya lagi.

"Kamu kok nilainya turun si?" Tanya kak Faras kepada Aneska. Namun Aneska hanya diam saja mendengar pertanyaan tersebut.

"Jangan karena Ayah dan Mamah berpisah itu membuat kamu tidak bisa berprestasi di sekolah. Kamu harus tetap semangat."

"Iya Yah."

"Ayah ada kabar baik nih buat kamu."

"Apa Yah?"

"Ayah sekarang udah dapat kerja. Insyallah Ayah akan memberikan apa saja keperluan kamu supaya kamu bisa kembali semangat bersekolah ya." Namun Aneska pun hanya tetap diam mendengar iming-iming dari Ayahnya tersebut. Karena yang di inginkan Aneska sekaranga dalah Ayah dan Mamahnya itu bisa bersatu kembali seperti dahulu, tetapi sepertinya itu semua tidak akan bisa terwujud.

"Wihh, kerja di mana Yah?" Tanya kak Ana.

"Di daerah Bogor. Nanti sepertinya Ayah cuma bisa pulang seminggu sekali ke sini. Karena kalo Ayah pulang setiap hari nanti sayang-sayang ongkos aja."

"Iya Yah, benar. Di sini kita semua juga akan baik-baik aja kok. Ayah mulai kerja kapan?"

"Besok. Besok pagi Ayah udah berangkat ke sana."

"Akhirnya gua sekarang ga harus cape-cape ngerjain semua kerjaan di rumah ini," ucap kak Ana di dalam hati.

*****

Keesokan harinya.

"Ayah berangkat dulu ya de. Kamu kalo ada apa-apa hubungi Ayah aja. Titip Aneska ya Ana, Faras."

"Iya Yah. Tenang aja. Aneska baik-baik aja kok di sini sama kita." Jawab kak Ana.

"Kok kamu mukanya sedih gitu si de?"

"Ga apa-apa Yah."

"Jangan sedih dong sayang. Kan masih ada kakak sama kak Faras di sini," ucap kak Ana yang belagak sok menjadi malaikat untuk Aneska. Aneska pun hanya terdiam mendengar perkataannya tersebut.

"Yaudah Ayah berangkat ya. Assalamualaikum." Pamit Ayah Aneska sambil mengusap ujung kepala Aneska pertanda rasa sayang sang Ayah kepadanya.

Aneska melihat kepergian Ayahnya tersebut. Semakin jauh. Rasanya Aneska ingin ikut dengan Ayahnya saja daripada tinggal bersama dengan kakak iparnya yang kejam itu.

"Yaudah aku juga berangkat kerja ya," ucap kak Faras.

"Iya, hati-hati ya Mas."

"Iya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Hari ini kebetulan adalah hari libur sekolah Aneska. Jadi, hari ini pekerjaan yang harus di lakukan Aneska lebih banyak dari biasanya. Aneska harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga ini. Sedangkan sang kakak ipar hanya enak-enakan berleha-leha di atas kasur seharian.

"Bi... Beliin gua bakso dong di depan."

"Aneska kan lagi nyuci."

"Berani ngelawan ya lu sama gua. Tinggal berhenti sebentar aja juga."

"Iyaa..." Akhirnya Aneska pergi membelikan bakso untuk kak Ana.

"Aaa...." Teriak kak Ana. Namun sayang tidak ada yang mendengar teriakannya tersebut karena Aneska sekarang sedang di luar untuk membelikan bakso untuk dirinya juga.

"Kak Ana.. Kak..." Panggil Aneska.

Namun tidak ada jawaban dari kak Ana. Sepertinya sekarang tidak ada kak Ana di rumah ini. Padahal tadi dia yang meminta untuk di belikan bakso.

"Ah yaudah deh, gua lanjut nyuci aja. Nanti kalo ga di lanjutin, gua salah lagi."

"Astaga... Kak Ana..." Aneska menemui kak Ana yang sedang jatub pingsan di kamar mandi. Sepertinya kak Ana terpeleset di kamar mandi tadi karena telag menginjak air-air busa bekas Aneska mencuci baju.

"Tolong... Tolong..." Teriak Aneska untuk meminta tolong kepada orang-orang yang mendengar teriakannya. Akhirnya ada juga seorang tetangganya yang membantu kak Ana untuk membawanya ke rumah sakit.

*****

"Gimana keadaan kak Ana sekarang de?" Tanya kak Faras yang terlihat sangat khawatir dengan sang istri.

"Aku juga belum tau kak. Lagi di periksa sama Dokter di dalam." Tidak lama kemudian Dokter tersebut keluar dari ruang periksa kak Ana.

"Gimana Dok keadaan istri saya?"

"Bapak itu suaminya?"

"Iya saya suaminya. Ada apa Dok?"

"Selamat ya. Istri Bapak sedang mengandung sekarang."

"Serius Dok? Alhamdulillah."

"Iya Pak, selamat ya. Kalau gitu saya permisi."

"Iya Dok, makasih banyak Dok." Kemudian Dokter tersebut pergi meninggalkan kak Faras dan Aneska. Kak Faras dan Abighail pun langsung masuk ke ruangan kak Ana untuk menjengguknya.

"Kamu ga apa-apa sayang? Hmm?"

"Aku ga apa-apa kok Mas."

"Kamu tau ga? Aku punya berita baik buat kamu."

"Apa tuh Mas?"

"Kamu sekarang lagi mengandung anak kita."

"Yang benar Mas?"

"Iya. Aku serius."

"Alhamdulillah."

"Untung anak aku ga kenapa-ke apa loh Bi. Ini semua kan gara-gara kamu." Tiba-tiba saja kak Ana menyalahi Aneska atas kejadian yang di alaminya barusan.

"Loh, kok gara-gara Aneska? Emang kenapa sama Aneska? Yang bawa kamu ke rumah sakit itu Aneska loh."

"Ya iyalah dia bawa aku ke rumah sakit. Kan dia yang buat aku jatuh."

"Maksudnya?"

"Iya. Ga tau kenapa masa tiba-tiba kok kamar aku bau banget sama bau pembersih lantai gitu. Padahal aku ga ngepel tadi. Nah aku masuk aja buat ngecek. Eh tiba-tiba aku jatuh, terus ga sadarkan diri."

"Yang benar kamu?"

"Iya. Untung anak kita ga kenapa-kenapa loh Mas."

"Abighail. Apa benar kamu yang melakukan itu semua?"

"Eng... Engga kak. Sumpah aku ga ngelakuin apa-apa."

"Mana ada penjahat ngaku Mas. Yang ada penjara penuh."

"Kamu ikut kakak sekarang." Kak Faras terbawa emosi karena perkataan istrinya yang jahat itu. Akhirnya kak Faras menyuruh Aneska untuk pergi keluar dari kamar rawat kak Ana dan mengikuti langkah dirinya. Sepertinya kali ini kak Faras benar-benar marah dengan Aneska.

-TBC-