Chereads / ALONE WITHOUT PARENTS / Chapter 18 - Berita Bahagia

Chapter 18 - Berita Bahagia

"Kamu sebenarnya ada apa de?" Tanya kak Faras secara baik-baik kepada adik kandungnya itu. Aneska hanya terdiam tanpa membalas satu katapun.

"Kok kamu diam aja?"

"Kok malah nangis?"

"Ga tau kak. Aku cape."

"Cape kenapa? Mana sekarang nilai pelajaran kamu di sekolah udah menurun drastis ga sebegus dulu."

"Ya itu semua karena istri kakak."

"Kak Ana? Kak Ana kenapa?"

"Kak Ana itu ga sebaik apa yang kakak kira. Dia itu selalu menganggu waktu aku buat belajar."

"Contohnya?"

"Dia selalu menyuruh aku apapun untuk dirinya. Semua pekerjaan rumah aku yang ngerjain selama ini."

"Kamu jangan asal bicara ya. Dia itu kan baik banget sama kamu."

"Iya, kalo di depan kak Faras doang."

"Aaa...." Tiba-tiba ada suara teriakan yang berasal dari ruangan kak Ana di rawat.

"Ana... Ana yaampun. Dokter. Suster. Tolong istri saya pingsan lagi." Tidak lama kemudia Dokter dan suster mengampiri mereka dan segera memeriksa keadaaan kak Ana.

"Gimana Dok keadaan istri saya?"

"Kehamilan Ibu Ana sangat lemah. Mungkin dia sering pingsan itu karena kecapean aja. Tolong lebih di jaga lagi dengan cara tidak melakukan aktivitas yang berat-berat."

"Baik Dok, terima kasih."

Akhirnya Dokter itu pun kembali meninggalkan mereka semua. Tidak lama sejak Dokter itu pergi, kak Ana sudah sadarkan diri.

"Kamu duduk aja sayang. Jangan banyak gerak," ucap akk Faras yang justru memanjakan kak Ana.

"Aku tadi dengar semua yang kalian bicarakan di luar. Demi Tuhan. Aku ga pernah memperlakukan Aneska seperti itu. Aku itu sangat sayang sekali dengan Aneska. Mana mungkin aku melakukan itu semua. Kamu kenapa Bi sampai berbicara seperti itu tentang kakak? Kakak ada salah? Atau kamu ga suka sama kakak? Bilang aja. Biar kakak bisa pulang kampung ke rumah orangtua kakak."

"Huss, kamu jangan ngomong gitu dong. Kamu itu lagi mengandung anak kita. Mana mungkin dalam keadaan seperti ini justru membuat kita saling berjauhan-jauhan." Lagi-lagi kak Faras membela kak Ana. Dan sepertinya kali ini akk Faras sudah mulai termakan dengan semua omongan kak Ana.

"Dan kamu Aneska. Kamu jangan memfitnah kakak ipar kamu sendiri seperti itu."

"Terserahhhh. Terserah kak Faras mau percaya sama aku, atau sama istri kakak itu." Kemudian Aneska pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Aneska kini sedang menangis di taman yang berada di sekitar rumah sakit tersebut. Kini Aneska sangat merindukan sosok Mamah di sampingnya. Andai sekarang Mamah dan Ayah masih bersatu seperti dulu. Pasti Aneska tidak akan mengalami penderitaan dan fitnah yang di berikan oleh kakak iparnya sendiri. Semua ini rasanya lebih menyakitkan karena di lakukan oleh kakak ipar sendiri. Salah satu keluarganya.

*****

Hari ini kak Ana telah keluar dari rumah sakit, tetapi Dokter berpesan kepadanya jika ia tidak di perbolehkan untuk melakukan pekerjaan yang berat dan tidak boleh memikirkan hal-hal yang membuatnya stress. Wajar saja si, karena selama 3 tahun pernikahannya tersebut, baru sekarang ini kak Ana dan kak Faras di karuniai seorang anak. Atau mungkin juga itu semua adalah karma dari kejahatan yang di lalukan oleh kak Ana sendiri.

"Aneska, kakak bukannya belain kak Ana. Kakak cuma mau pesan sama kamu supaya kamu juga mulai sekarang bisa bantuin kak Ana dalam menyelesaikan semua pekerjaan rumah ini. Paling engga seperti menyapu, mengepel dan setrika baju. Kalau cuci piring dan masak sepertinya kak Ana masih bisa melakukannya sendiri. Cuci baju biar kak Faras aja yang ngelakuinnya nanti setelah pulang kerja atau sebelum berangkat kerja. Kamu keberatan ga Bi?"

"Yoi. Engga kok. Semuanya aku kerjain sendiri juga bisa kok." Jawab Aneska dengan agak sedikit menceletuk dan membuat kak Faras sedikit kesal.

"Kamu kok jawabinnya seperti itu? Kakak ga suka ya. Kamu masih bisa belajar kok."

"Yoi."

Setelah itu Aneska pergi masuk ke dalam kamar untuk menenangkan perasaannya yang sekarang sedang hancur karena merasa tidak ada keadilan untuk dirinya. Tidak ada yang bisa memprcayai apa yang di ucapkan olehnya. Serang Aneska lebih memilih untuk diam saja daripada bercerita tetapi tetap saja tidak di percaya oleh mereka semua.

"Bi..." Kak Faras memanggil Aneska sambil mengetuk pintu kamar Aneska.

"Iya kenapa?"

"Kakak berangkat kerja dulu ya. Tolong ingat pesan kakak tadi."

"Yoi..."

Semenjak itu Aneska selalu menjawab semua pertanyaan atau perintah dari seseorang bahkan kakaknya dengan kata-kata 'yoi.' Berawal dari dirinya yang malas menjawab pertanyaan yang seharusnya tidak dia jawab.

Seperti biasa, selama kak Faras pergi bekerja, Aneska menjadi asisten rumah tangga di rumah Ayahnya sendiri. Semua pekerjaan di lakukan oleh Aneska. Padahal pesan kak Faras adalah yang mencuci piring dan memasak itu adalah pekerjaan kak Ana. Namun bukan kak Ana namanya jika dia akan melakukan itu semua.

"Lu jangan berani-beraninya ya ngadu-ngadu kaya kemarin lagi ke kak Faras. Lu tuh punya hutang budi sama gua. Ga ingat selama ini sekolah lu, makan lu, itu dari mana kalo bukan dari gua? Seharusnya kak Faras itu tinggal ngurusin gua, istrinya dan anaknya nanti, tapi lu masih terus nyusahin dia aja. Lu harus bekerja sebagai imbalannya. Paling engga tanda terima kasih lu gitu ke gua," ucap kak Ana yang sangat panjang lebar untuk memarahi Aneska dan mengancamnya. Aneska hanya terdiam. Mulai saat itu juga rasanya Abighail tidak mau menerima bantuan dari siapapun itu. Karena bantuan dari kakak iparnya saja, yang termasuk bagian dari anggota keluarganya mengharapkan imbalan darinya. Apalagi jika bantuan itu datang dari ornag lain.

Itulah alasan Aneska sangat sulit untuk menerima bantuan dari orang lain di masa remajanya. Kenapa dia sulit menerima bantuan dari temannya sendiri. Karena dia tidak ingin suatu hari nanti perbuatan baik dari seseorang yang telah di berikan kepada Aneska itu di jadikan sebagai alat untuk mengancam Aneska supaya melakukan apapun untuk balas budi kepadanya.

Lebih tepatnya Aneska sedikit mengalami trauma mendalam yang di buat oleh salah satu anggota keluarganya sendiri.

*****

"Hah? Mas Faras pulang cepat lagi," ucap kak Ana di dalam hati.

"Bi, minggir deh. Gua aja yang cuci baju. Lu masuk ke dalam kamar sekarang juga." Tanpa basa basi kak Ana langsung menyeret Aneska ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya dari luar. Kemudian setelah itu kak Ana berpura-pura sedang mencuci pakaian.

"Assalamualaikum."

Tidak ada jawaban dari seorangpun.

"Assalamualaikum. Ini pada kemmana ya." Kemudian kak Faras mencari seseorang yang bisa dia temui di rumah itu. Sampai akhirnya kak Faras menemui kak Ana yang terlihat seperti sedang mencuci pakaian.

"Loh, kok kamu yang nyuci? Kan aku bilang biar aku aja nanti pulang kerja."

"Ga apa-apa kok. Aku bisa sendiri."

"Terus Aneska kemana?"

"Ada di kamarnya Mas. Mungkin dia kecapean tadi habis ngelel, makanya sekarang dia tidur."

"Tidur?"

"Iya."

"Bi... Aneska..." Teriak kak Faras dengan nada yang kencang memanggil nama Aneska.

"Udah lah Mas, ga apa-apa. Jangan di ganggu gitu Aneska nya."

"Di kunci lagi pintunya. Bi... Abighail. Buka ga pintunya." Kak Faras kini terlihat semakin marah kepada Aneska.

-TBC-