Chereads / The Last Memories / Chapter 21 - Pelangi di Ujung Hitam

Chapter 21 - Pelangi di Ujung Hitam

Dua remaja itu memasuki toko aksesoris. Alzam mendekati rak topi, memilih topi cantik berwarna hitam, dan putih di rak paling atas. Ia segera memanggil Ebi, memakaikan gadis itu topi berwarna hitam pilihannya yang ternyata sangat pas, dan cocok di pakai Ebi.

Gadis itu terlihat lebih cantik, apa lagi sweater nerwarna hitan dengan goresan berwarna pink semakin terlihat cantik.

"Cantik Ta," ucap Alzam.

Ebi menatap Alzam sekilas, dan kemudian memperhatikan dirinya menggunakan cermin besar yang tergantung pada dinding dekat rak topi. Kedua sudut bibirnya terangkat sebelah, cantik sekali wajahnya.

"Beli ya Ta," ucap Alzam.

Gadis itu segera melepas topi yang di pakai, melihat hargs yang terpajang di bagian dalam topi dengan mata yang sedikit membulat.

"Al, ini mahal."

"Gapapa, aku yang beli."

"Alzam, aku gak enak sama kamu," ucap Ebi yang kali ini menatap lawan bicaranya.

"Udah gapapa, aku suka beliin kamu barang," sahut Alzam sebelum mengambil alih topi milik Ebi.

Cowok itu berjalan menuju kasir, membayar dua buah topi itu menggunakan kartu ATM miliknya.

"Gak usah di kasih plastik Mba, langsung di pake soalnya," ucap Alzam.

Pegawai wanita itu tersenyum, kemudian memberikan belanjaan Alzam, "Terima kasih."

"Terima kasih kembali," sahut Alzam.

Cowok itu menarik lengan kanan Ebi, kemudian berdiri di depan pintu toko sambil memakaikan topi milik Ebi, dan miliknya.

"Kita  mau kemana?" tanya Ebi.

"Lantai atas, atau mau makan dulu Ta?"

"Aku nanya loh Al, kenapa kamu malah tanya balik sih?"

"Aku bingung sih, mendingan kamu yang pilih opsinya Ta!" sahut Alzam enteng.

"Kamu aja ih yang pilih, aku ngikut aja deh Al."

"Beneran?"

Ebi mengangguk sebagai jawabannya.

"Makan dulu yuk Ta! Aku laper, pengen makan sesuatu terus makan makanan penutupnya," ucap Alzam sambil mengusap perutnya dengan pelan.

Cowok itu segera menggandeng lengan Ebi, mengajaknya pergi menuju KFC yang tak jauh dari tempatnya duduk. Ia segera mencari meja, duduk di salah satu meja yang dekat dengan jendela.

Alzam mulai duduk bersamaan dengan Ebi, menatap gadis yang sedang sibuk memperhatikan pemandangan luar yang cantik. Meskipun sinar matahari mengenai kulit wajah Ebi, gadis itu tetap terlihat cantik.

"Ta, mau pesen apa?" tanya Alzam setelah diam beberapa saat.

"Apa aja deh Al, samain sama kamu juga gapapa," sahut Ebi tanpa menatap lawan bicaranya.

"Minumnya?"

"Terserah juga."

"Mau ice cream vanilla?"

Kali ini Ebi menoleh dengan senyum tipisnya, "Boleh kok."

"Oke, aku pergi dulu buat pesen, kamu jangan pergi kemana-mana ya!" titah Alzam.

Ebi mengangguk dengan pelan, dan Alzam segera beranjak menuju kasir yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Ia segera memesan dua burger, dua ice cream vanilla, dan dua pepsi. Hanya lima lima menit waktu yang di butuhkan untuk menunggu, semua pesanannya datang dengan cepat.

Cowok itu segera menghampiri Ebi. Meletakkan nampan makanannya dengan perlahan, dan membaginya dengan Ebi.

"Berapa Al?"

Alzam duduk sambil membuka pembungkus burger, "Gak usah, aku yang beliin."

"Al, aku jadi gak enak tahu!" sahut Ebi kesal.

"Udah deh Ta, nurut aja sama aku! Hari ini aku yang keluarin uang, mama ngasih uang jajan lebih, jadi aku bagi sama kamu," jelas Alzam tanpa menatap Ebi.

Ebi hanya menghela samar sebelum akhirnya membuka kertas pembungkus burger, "Lain kali jangan gini dong Al!"

"Lain kali kamu jangan nolak ya Ta!"

"Alzam!"

"Iya Nerta, kenapa?" sahut Alzam yang kali ini menatap lawan bicaranya dengan kekehan kecil, "Udah ah Ta, ayo makan!"

Gadis itu terdiam sejenak, dan kemudian memakan burgernya dengan lahap.

"Oh iya Ta, nanti kamu kerja?" tanya Alzam.

"Engga, hari ini lagi libur."

"Libur kenapa?" kening Alzam bertaut dalam.

Ebi hanya mengangkat bahunya acuh karena benar-benar tidak tahu.

"Kok aneh ya Ta, soalnya aku gak pernah tahu kafe mama tutup tiba-tiba atau kalau gak ada acara penting apa gitu, kaya cuti bersama," jelas Alzam bingung.

"Aku juga gak tahu sih Al, gak di kasih penjelasan sama pihak manager. Pokoknya besok aku kerja lagi, bapaknya bilang kaya gitu."

Penjelasan Ebi membuat Alzam mengangguk-anggukan kepalanya paham, "Kalau ada apa-apa bilang sama aku ya Ta!"

"Kenapa gitu?"

"Biar aku bisa ngelindungin kamu."

***

"Ayo, Al lagi Al!" teriak Ebi dengan begitu kegirangan.

Alzam begitu semangat memasukkan bola basketnya ke dalam ring, skornya semakin banyak, dan tiket yang keluar juga semakin banyak.

"Yah! Selesai Ta, kita main yang lain yuk!" ajak Alzam sebelum mengambil tiket miliknya.

"Main apa?"

"Itu, aku ambilin boneka dari mesin itu." Alzam segera berlari menuju mesin capit boneka, tanpa lupa menggandeng lengan kanan Ebi dengan erat, "Koinnya masih ada Ta?"

"Masih," sahut Ebi, memberikan beberapa koin kepada Alzam.

Cowok itu segera memasukkan koinnya, mencoba untuk mengambil boneka beruang berwarna pink itu, tapi gagal. Ia kembali mencoba untuk mengambil boneka berbentuk buaya, dan lagi-lagi gagal.

Koinnya tinggal satu, dan ini adalah kesempatan terakhir Alzam sebelum membeli koin baru di kasir. Ia mulai fokus, memasukkan koinnya dengan mengatakan bismillah, dan kembali mencoba.

"Wow! Keren, berhasil Al!" pekik Ebi senang, ia segera mengambil boneka beruang berwarna pink itu.

"Bagus Ta?" tanya Alzam.

Ebi mengangguk senang, "Lucu banget."

"Simpen ya, jangan di buang!"

"Ih! Emang ada ya yang mau buang boneka selucu ini?"

"Ada kalau orangnya benci sama yang ngasih boneka," jelas Alzam.

"Ih! Mana boleh kaya gitu, kamu jangan gitu Al! Itu gak boleh, gak baik," ucap Ebi mengingatkan.

Alzam terkekeh kecil, mengacak rambut Ebi pelan, dan berkata, "Mau main apa lagi Ta?"

"Hm, ini jam berapa Al?"

Alzam segera mengecek jam tangannya, "Jam tujuh lebih Ta, emang kenapa?"

"Pulang yuk Al! Udah malem, ada banyak pekerjaan rumah yang nungguin aku."

***

"Al, kamu kenapa gak pernah bawa motor lagi?" tanya Ebi penasaran.

"Hm, gak tahu juga sih Ta. Aku ngerasa asik aja gitu jalan kaki, apa lagi sambil jalan bareng kamu," sahut Alzam sambil tersenyum jahil.

Gadis itu tertawa kecil, membiarkan tangan Alzam mengelus rambut pendeknya.

"Istirahat ya Ta, jangan buat kamu capek!"

Ebi mengangguk dengan senyum manisnya, "Kamu hati-hati ya, jangan buru-buru buat pulang, biar selamat!"

"Besok jangan lupa ya Ta!" ucap Alzam mengingatkan.

Kening Ebi bertaut dalam, "Soal apa Al?"

Cowok itu tersenyum, kemudian menggelengkan kepalanya, "Engga, gak ada kok Ta. Sekarang kamu masuk ya!"

Alzam memutar tubuh kecil itu, mendorong Ebi agar segera masuk ke dalam rumahnya.

Gadis itu masih terdiam membelakangi Alzam, kemudian menoleh ke belakang, "Hati-hati ya Al!"

"Iya."

"Aku masuk dulu."

"Aku pamit Ta."

"Eh, Al?" panggil Ebi sebelum membalikkan badannya.

Alzam menoleh dengan kening bertautnya, menatap gadis di depannya ini yang bersikap aneh, seakan-akan ada hal penting yang di dengar melalui suara itu.

"Sweaternya," ucap Ebi.

Cowok itu terkekeh pelan, "Buat kamu Ta, itu aku beli buat kamu. Jangan di kembaliin ya!"

"Tapi Al-"

"Buat kamu Nerta, gak mungkin kan kalau kamu kembaliin ke aku terus aku pakai sweater itu. Masa aku pakai sweater perempuan sih Ta?"

"Oh, gitu, makasih ya Al."

"Sama-sama, udah sana masuk, udah malam ini. Waktunya buat tidur, istirahat, jangan lupa mimpiin aku ya!"

Ebi tersenyum, kemudian berjalan masuk, dan mengunci pintu rumahnya tanpa menunggu Alzam pergi terlebih dahulu.

Gadis itu menghela samar, memperhatikan sekitarnya yang mulai kotor, dan berantakan. Tanpa basa-basi, Ebi segera menyapu, dan mengepel lantai seluruh rumah. Mencuci pakaian kotor yang hanya ada sedikit, dan mencuci setumpuk piring kotor di dapur.

Ebi kembali mengambil napas panjang, memperhatikan sekitarnya yang mulai bersih dengan kedua sudut bibir yang tertarik ke atas.

***