"Eh! Lo yang namanya Nerta?"
Suara itu membuat langkah kaki Ebi terhenti.
"Iya, kenapa ya?" tanya Ebi bingung menatap tiga gadis yang tak di kenalnya.
"Ini Stella, pacar alzam. Gue minta lo jauhin alzam, selagi stella gak marah sama lo," jelas gadis berponi itu.
Ebi menatap gadis bernama Stella itu. Terlihat jelas jika gadis itu sangat angkuh, merasa dirinya yang lebih cantik dari orang yang lebih cantik lagi. Namun, menurut Ebi gadis itu memanglah cantik, bahkan sangat cantik dari dirinya.
"Lo denger gak sih apa yang gue bilang?" tanya gadis berponi itu lagi.
"Udah deh Mel, dia pasti paham kok," sahut Stella sinis.
Amel menghela, menatap Ebi dengan tatapan sinis.
"Aku paham kok," ucap Ebi pelan.
"Paham apa Ta?"
Suara berat itu membuat Stella, dan Ebi menoleh bersamaan. Menatap Alzam yang sedang berjalan mendekati Ebi. Merangkul bahu kecil itu dengan erat sambil menatap Stella bersama antek-anteknya dengan sinis.
"Alzam, kamu ngapain rangkul dia? Mendingan kamu rangkul aku, terus kita pergi ke kantin!" ucap Stella tidak suka.
"Apaan sih Stel? Lo gak jelas banget deh, mendingan lo urus tuh si naufal! Gak usah ngurusin idup gue lagi!"
"Alzam, kamu kok gitu sih?"
"Gitu apa sih? Udah jelas banget kemarin yang selingkuh elu, kenapa sekarang masih ngejar-ngejar gue lagi sih?"
"Alzam, Stella itu masih cinta sama lo, kenapa lo malah kaya gini sih?" tanya Amel dengan nada tidak suka.
"Lo diem deh Mel, jangan ikut campur urusan gue sama Stella!" titah Alzam kesal.
"Alzam, gue kurang apa sih sampai lo lebih pilih dia?" tanya Stella dengan nada tinggi.
Alzam berdecih kecil, ia mulai menggenggam tangan kecil milik Ebi dengan begitu erat.
"Jujur lo lebih cantik emang, lo lebih paham soal perawatan diri, tapi lo masih gak ngergi gimana caranya buat setia Stell. Lo masih gak bisa ngehargain pasangan lo sendiri," jelas Alzam panjang lebar.
Stella menatap Alzam dengan perasaan kecewanya. Perlakuan Alzam hari ini membuatnya kesal, hatinya terasa sangat sakit, dan hancur. Padahal gadis yang di lindungi Alzam itu tidak memiliki wajah cantik, wajahnya kusam, dengan jerawat yang ada di mana-mana.
"Gue benci sama lo!" teriak Stella sebelum melenggang pergi.
"Stella?" panggil Amel sebelum pergi berlari dengan Sandra yang mengikutinya dari belakang.
Alzam menghela panjang, ia mulai menoleh ke arah Ebi. Menggengam kedua pundak Ebi dengan lembut sambil memberikan senyuman manisnya.
"Kamu gapapa kan Ta?" tanyanya lembut.
"Ha? Gapapa kok Al, tapi... mereka tadi... aku bingung gimana ngasih tahunya."
"Lupain aja Ta! Mereka itu aneh, terutama stella. Kalau mereka ngajak kamu pergi jangan mau, kalau misalnya maksa teriak aja!"
"Tapi Al?"
"Tapi kenapa Ta? Jangan takut, nanti aku yang jagain kamu dari mereka semua."
"Bukan itu Al, aku gak enak karena stella itu masih suka sama kamu," ucap Ebi tak enak hati.
"Cuman mantan Ta, gak lebih. Perasaanku juga udah biasa aja kok sama dia."
"Beneran Al?" tanya Ebi.
Alzam mengangguk, "Jangn di pikirin lagi Ta, mendingan kamu pikirin soal aku!"
"Soal apa?"
"Soal bagaimana caranya membalas perasaanku ke kamu."
****
Alzam menggandeng lengan kanan Ebi menuju ruang basket. Mereka berdua mulai duduk di salah sati kursi penonton paling atas. Memperhatikan permainan basket dengan keheningan.
Suara bising yang timbul, beserta suara teriakan cowok-cowok tinggi itu membuat Ebi tak nyaman. Ia tidak suka berdiam diri sambil menonton, rasanya tidak seru.
Sementara Alzam, sejak tadi memperhatikan Ebi secara diam-diam. Sesekali ia tersenyum tipis sambil melirik sekilas.
"Ta?" panggilnya setelah membiarkan keheningan menemani mereka berdua.
Gadis itu hanya berdeham sambil menoleh dengan kedua alis yang di angkat ke atas.
"Gak suka ya Ta sama olahraga basket?" tanya Alzam tak nyaman.
"Biasa aja sih Al, cuman ngerasa gak nyaman aja di sini. Soalnya kita cuman diem-dieman di sini," jelas Ebi panjang.
Alzam mendekati Ebi, kini tak ada lagi jarak di antara kedua remaja itu.
"Terus kamu maunya gimana Ta?" tanyanya bingung.
"Hm! Apa ya Al? Aku juga bingung sih, tapi Al aku agak takut sama mereka bertiga."
Kening Alzam bertaut dalam, "Mereka siapa sih Ta?"
"Yang tadi loh Al, cewek tadi itu. Stella sama dua temennya tadi."
Alzam mendesah kesal, ia tidak mengerti dengan Ebi. Gadis itu terlalu berlebihan untuk berpikir, seharusnya Ebi bisa berpikiran lebih positif tentang ketiga gadis tadi.
Gadis yang sudah tidak memiliki hubungan dengan Alzam, yang berarti Ebi tidak perlu merasa tidak nyaman. Apa lagi dengan alasan untuk menjaga perasaan Stella.
"Ta," panggil Alzam seraya menggenggam tangan kanan Ebi dengan lembut, "Kamu kenapa Ta? Mereka itu orang asing, jangan di bikin pusing!"
"Aku takut Al, aku juga gak tahu kenapa aku takut."
"Kamu takut mereka bully kamu? Kamu takut mereka usilin kamu?" tanya Alzam yang masih penasaran dengan ketakutan Ebi.
Gadis itu menggeleng pelan, wajahnya nampak begitu murung.
"Gak tahu Al, aku juga bingung sama perasaan aku," sahut Ebi bohong.
"Ta, kalau mereka usilin kamu, langsung lari ke aku ya Ta! Langsung ceritain semuanya ke aku, jangan kamu simpen sendirian."
"Memangnya kalau aku cerita, kamu mau ngapain?"
"Aku balas semua perbuatan mereka ke kamu. Aku gak mau kamu ngeluarin air mata cuman karena perbuatan kotor mereka, aku gak mau Ta," jelas Alzam.
Ebi membisu, ia semakin takut, dan khawatir. Tidak bercerita salah, dan ketika bercerita pun semuanya akan semakin menjadi salah. Ia ada di posisi paling rumit kali ini.
"Al, apa yang kamu lakuin itu salah Al. Jangan balas dendam Al, itu gak baik!"
"Terus apa yang harus aku lakuin Ta? Apa yang harus aku lakuin supaya kamu ngerasa nyaman?"
"Kita gak usah deket lagi ya Al. Jadi orang asing kaya sebelumnya, gak terlalu deket juga, cuman sebatas kenal aja. Gimana?" ajak Ebi dengan memberikan senyum tipis.
Alzam menggeleng kuat, keningnya bertaut, "Gak mau Ta! Aku maunya jadi temen kamu, aku gak mau jauhan sama kamu. Pokoknya gak mau!"
****
Gadis itu berjalan menelusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Tas ransel yang di bawanya terlalu berat, sampai-sampai ia merasa tidak nyaman pada bagian punggung yang mulai terasa sakit.
Ebi menghela panjang, langkahnya terhenti di depan pintu toilet perempuan kelas XII IPS6. Ia terdiam di sana, sampai akhirnya menoleh ke arah suara yang baru saja memanggilnya.
Di ujung sana terlihat Stella bersama Amel tengah berjalan mendekati Ebi dengan kedua tangan yang di lipat. Mereka berdua menyunggingkan senyum sinis padanya.
Ebi bingung, ia tidak tahu harus berkata apa pada mantan pacar Alzam itu. Terlihat jelas jika gadis itu tidak menyukai dirinya, apa lagi waktu tahu Alzam lebih memilih dirinya ketimbang Stella.
"Tadi lo pergi nonton anak basket latihan kan sama alzam?" tanya Stella sinis.
Ebi hanya membisu sambil menundukkan kepala takut.
"Kalau di tanya itu jawab! Lo punya mulut kan? Jangan ngebisu!" teriak Amel yang mulai kesal dengan Ebi.
"Iya," sahut Ebi pelan.
Stella tertawa sinis, tatapannya terlihat sangat tidak menyukai Ebi, "Lo suka sama alzam?"
****