Ceklek!!
Elzia membuka pintu rumahnya.
"Papa?" Ucap Elzia ketika mendapati papanya yang berada di sana.
"Elzia.. bisa kita bicara sebentar nak?" Ucap Viko.
Elzia pun mengangguk.
"Di dalam aja pa.. Bunda gak ada kok.." ucap Elzia.
Viko pun mengangguk. Mereka lalu masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.
"Apa yang ingin papa bicarakan? Kenapa papa memghindari bunda?" Ucap Elzia.
Viko menghela nafasnya.
"Maafin papa, Zia.. tapi papa harus melakukan semua ini.." ucap Viko.
"Apa yang sebenarnya telah terjadi, pa?" Ucap Elzia.
"Bunda kamu tidak pernah bisa mencintai, papa.. papa tidak kuat, Zia.." ucap Viko.
Elzia mengernyitkan keningnya.
"Maksud papa apa? Bunda sangat mencintai papa.. kenapa papa berkata seperti itu?" Ucap Elzia.
"Elzia... papa telah menjalani pernikahan papa dengan bunda kamu selama belasan tahun.. dan selama itu pula, papa benar-benar sangat tersiksa dengan pernikahan ini.. jujur, papa sudah tidak sanggup lagi dengan pernikahan tanpa cinta ini.." ucap Viko.
"Maksud papa apa? Jika memang tidak ada cinta di antara kalian, lalu bagaimana bisa kalian menikah dan hadirnya aku di antara kalian?" Ucap Elzia.
Viko menghela nafasnya.
"Pernikahan kami tercipta atas dasar perjodohan dari kedua orang tua kami.. karena sejujurnya, memang tidak pernah ada cinta di antara kami.." ucap Viko.
Elzia benar-benar sangat terkejut ketika dirinya mengetahui hal tersebut. Ia menggeleng tak percaya.
Viko kembali melanjutkan ucapannya.
"Kamu hadir di antara kami atas keinginan mereka.. pernikahan yang terjadi antara papa dengan bunda adalah suatu hal yang dipaksa.. tapi kami harus melakukan itu demi memiliki keturunan keluarga hingga akhirnya bunda hamil kamu.. dan sejak kamu terlahir di dunia ini, sejak itulah kami memutuskan untuk cukup memiliki satu anak.." ucap Viko.
Elzia dibuat semakin terkejut atas pernyataan tersebut. Matanya berkaca-kaca mendengarkan kalimat yang keluar dari mulut Viko.
"Bunda dan papa sudah berkomitmen untuk tetap menjalani pernikahan ini meski tanpa adanya cinta di antara kami.. namun masing-masing dari kami berhak menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa dikekang.." ucap Viko.
"Maksudnya?" Ucap Elzia.
"Di usia kamu yang ke sepuluh tahun pada saat itu, papa dan mama memutuskan untuk berpisah.. tepatnya di saat kedua orang tua kami telah tiada.." ucap Viko.
"Jadi, selama ini papa dan bunda sudah bukan lagi suami istri?" Ucap Elzia.
Viko pun mengangguk.
"Iya Zi.. itulah sebabnya papa dan bunda jarang sekali bertemu di rumah .. karena kami juga sudah memiliki pernikahan masing-masing ... papa menikah dengan perempuan yang papa cintai.. dan bunda menikah dengan lelaki yang ia cintai juga.." ucap Viko.
Tes!!
Air mata Elzia menetes begitu saja di pipinya ketika ia mengetahui fakta tersebut.
"Selama ini, kalian sembunyikan semuanya dari aku?? Hiks.. pantas saja selama ini kalian kurang dalam memberikan perhatian untuk aku dan ternyata karena hal ini? Hiks.. kalian pergi pagi, pulang malam.. ternyata karena kalian sudah memiliki keluarga masing-masing?! Kenapa kalian sejahat itu sih sama aku?! Kenapa?!" Ucap Elzia marah.
"Sayang.. Maafin papa.. papa dan bunda hanya tidak ingin kamu sedih karena perpisahan kami.." ucap Viko yang akan memeluk Elzia namun ditepis oleh Elzia.
"Jangan sentuh aku! Kalian jahat banget ya sama aku! Jika kalian tidak pernah menginginkan pernikahan itu, kenapa kalian harus menghadirkan aku di antara kalian?! Kenapa?! Selama ini, aku berusaha untuk bisa mengerti kalian yang tidak pernah mengerti aku.. aku mengurus diri aku sendiri.. aku tidak pernah membebani kalian tapi apa? Kalian jahat banget sama aku.." ucap Elzia.
"Sayang.. maafin papa.." ucap Viko.
Baru saja Viko akan memeluk Elzia, Elzia kembali mendorong tubuh Viko.
"Brengsek!! Selama ini kalian menyia-nyiakan aku karena kalian sudah menemukan kebahagiaan kalian! Kalian jahat banget!! Kenapa kalian gak bunuh aja aku ketika oma dan opa meninggal pada saat itu?! Kenapa?! Supaya kalian tak lagi memiliki beban dalam hidup kalian!" Ucap Elzia.
.....
Raka kini sedang bersiap-siap untuk pulang. Ketika sedang bersiap-siap, Vino menghampiri dirinya.
"Lo jadi anter surat tilang tuh pengendara ke rumahnya, Rak?" Ucap Vino.
Raka tampak berpikir sejenak.
'Apa gue anter aja ya surat tilangnya? Kasihan juga sih dia kalau sampai gak ada STNK.. ntar susah lagi mau pergi ke mana-mana.. ya udahlah gue anter aja.. ntar alamatnya bisa dicek dari STNK dia..' ucap Raka di dalam hatinya.
Raka pun mengangguk.
"Iya deh.. dari pada nanti hilang sama gue.. sekalian ajalah.." ucap Raka.
"Wisss... hati-hati aja nih bro.. awas kecantol lo sama dia wkwk.." ucap Vino.
"Sialan lo.. gak mungkinlah gue suka sama cewek sombong, jutek dan galak kayak dia.. dihh.. amit-amit.." ucap Raka.
"Hati-hati sama omongan ... ntar kemakan dah lo.." ucap Vino.
"Bacot!" Ucap Raka lalu pergi dari hadapan Vino.
"Sialan!" Umpat Vino.
Raka bergegas menuju parkiran motor. Ia lalu menaiki motornya. Sebelum dirinya melajukan motornya, ia memeriksa STNK milik Elzia terlebih dahulu untuk mengetahui alamat Elzia.
"Semoga aja alamatnya gak susah ..." gumam Raka seraya membuka dompetnya dan mengambil STNK milik Elzia.
"Ohh di sini... Huh.. ngerepotin aja tuh bocah.." monolog Raka.
Raka lalu kembali menyimpan STNK Elzia ke dalam dompetnya. Ia lalu menyalakan mesin motornya dan melajukannya meninggalkan tempat.
.....
Roy kini sedang berada di kamarnya. Tepatnya di tepi tempat tidurnya.
"Gue penasaran deh.. tadi Elzia ditilang sama polisi siapa ya??" Gumam Roy.
Drrrttt...
Ponsel Roy berdering, pertanda jika ada panggilan yang masuk di sana.
Roy lalu mengambil ponselnya dan menerima panggilan tersebut.
"Halo bang.." ucap Roy pada seseorang di seberang telepon.
"Roy, can you help me?"
"Hmm.. what's about?" Ucap Roy.
"Please check your email.."
"Oke." Ucap Roy.
Tut.
Sambungan telepon pun terputus.
Roy lalu memeriksa emailnya untuk mengetahui bantuan apa yang sedang dibutuhkan oleh orang yang baru saja menghubungi dirinya.
....
Zoya duduk di ruang televisi di rumahnya seraya menikmati cemilan yang ada di depannya.
"Elzia udah bagus belum ya mood nya?? Kasihan juga dia kalau nanti STNK nya belum juga balik ke tangannya.. bakalan ribet dia so pasti untuk ke mana-mana.." monolog Zoya seraya mengunyah kuaci.
"Gue hubungi aja kali ya?" Gumam Zoya. Zoya baru saja akan menghubungi kontak Elzia, namun ia langsung mengurungkan niatnya.
"Eh tapi ntar kalau mood dia belum baik, gimana dong? Tambah diomelin ntar gue karena mengganggu dia.. dah lah tunggu aja sampai besok atau sampai nanti dia yang lebih dulu menghubungi gue.." gumam Zoya.
....
Viko menggeleng. Ia berusaha bangkit dari posisinya yang berada di lantai akibat dorongan dari Elzia tadi.
"Zia.. tolong Maafin papa dan bunda, sayang.." ucap Viko.
.....
Only In Webnovel....