Chereads / The Kings: Tales Of Devour Temptation / Chapter 22 - I Am Waiting ... No More

Chapter 22 - I Am Waiting ... No More

"Even though you're bad for me, I know. You're the one that I'm thinkin'. Got me feeling so incredible. Would you mind maybe linking?"

"Love me, love me, baby. Are you down? Can you let me know? Love me, thank you, leave me. Put it down, then it's time to go. Get it like you love me. But you don't, boy, it's just for show. Take it or leave it, you gotta take it or leave it, uh!"

Putri Alexander sedang melakukan rekaman untuk lagu yang sudah dipersiapkan dalam album musik terbaru miliknya. Saat tengah bernyanyi untuk mengambil suaranya, Putri tersenyum pada Jupiter yang duduk di ujung ruangan. Jupiter pun ikut tersenyum padanya.

Hari ini ia memiliki waktu dan kesempatan untuk menemani Putri. Kekasihnya masih dalam proses pemulihan dan Jupiter belakang memang mencemaskan keselamatan Putri.

Ares akan berada di klub untuk mengurus segala sesuatu mengenai transaksi dengan SRF. Ia meminta Jupiter tak membawa Putri ke sana sekedar untuk berjaga-jaga sementara waktu.

Di depan, Rei mengarahkan music enginer untuk bisa memotong, mengedit serta menambahkan beberapa adlibs pada proses rekaman. Suara Putri diambil beberapa kali sampai dirasa cocok.

Jupiter lalu memberi kode pada Putri bahwa ia akan menunggu di luar saja. Putri yang melihat mengangguk tersenyum cantik pada Jupiter yang juga berdiri dari tempat duduknya ikut tersenyum. Ia pun keluar dan duduk di ruang tunggu tepat di depan ruang rekaman.

Saat sedang memeriksa email melalui ponsel, pandangan Jupiter lalu naik ketika menyadari bahwa Venus baru saja keluar dari salah satu ruangan yang biasa dipakai untuk fitting kostum.

Seperti biasa, Venus ditemani dan diekori oleh pengawal pribadinya yang bernama Dion Juliandra. Bahkan hanya untuk sekedar mencoba pakaian yang akan ia gunakan untuk tampil misalnya, Dion akan terus mengawalnya.

Pandangan Jupiter begitu mudah melihat Venus karena ia tepat berdiri di depannya berjarak nyaris 10 meter dari tempatnya duduk. Jupiter melipat kakinya seakan menonton sebuah pertunjukan di depan dengan Venus sebagai pemeran utamanya.

Venus tampak terkekeh kecil dengan senyuman deretan gigi yang rapi dan menawan. Dion di depannya seperti tengah diminta untuk memberikan pendapat atau semacamnya. Dan Dion mengangkat tangannya, mungkin dia menyerah pada Venus yang kini menertawainya. Tapi Venus kemudian terlihat sedikit menepuk lembut lengan Dion dan ia mengangguk lalu berbalik pergi meninggalkan Venus. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi senyuman Venus membuat Jupiter ikut tersenyum.

Melihat Jupiter tengah duduk memandangnya, Venus tersenyum datang menghampiri.

"Kamu di sini ya? Tumben!" ucap Venus menyapa Jupiter dengan ramah. Jupiter ikut tersenyum dan belum sempat menjawab karena Venus berpaling ke arah ruang rekaman dan tersenyum lagi pada Jupiter.

"Kamu nemenin Putri ya?" Jupiter mengangguk masih menggantungkan senyumannya.

"Kita uda lama gak ngobrol, mau temani aku minum teh. Nanti aku pesenin kopi!" Jupiter sontak terkekeh dan mengangguk. Ia berdiri dan Venus langsung menjulurkan tangan untuk menggandeng tangan Jupiter yang berjalan bersamanya. Mereka kini berjalan ke sebuah coffee shop yang ada di lingkungan perkantoran Skylar.

Jupiter lalu memesan teh hijau untuk Venus dan kopi dengan cream untuk dirinya. Setelah membayar, Jupiter membawa dan memberikan pesanan Venus. Mereka duduk di salah satu balkon tempat bersantai di depan cafe itu.

"Terima kasih, Pit. Harusnya aku yang traktir, kan aku yang ngajak!" ujar Venus tersenyum. Jupiter ikut tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Sejak kapan kamu boleh membayar, Ven. Sangat tidak gentleman!" Venus tergelak dengan perkataan Jupiter yang mengutip pernyataan ayahnya Arjoona dulu. Ia memberi nasehat pada semua anak laki-laki sahabatnya agar selalu menjadi pria sejati dengan membayar semua kebutuhan wanita terlebih untuk makan dan minum.

"Apa kabar kamu? Aku juga uda lama gak ketemu Ares," ucap Venus lagi. Jupiter tersenyum dan mengangguk.

"Kami sedikit sibuk belakangan ini. Selebihnya ya seperti biasa. Gak ada yang spesial," jawab Jupiter sambil memandang lurus ke depan.

"Masa sih gak ada yang spesial? Bukannya seorang Jupiter selalu spesial," sahut Venus dengan senyuman dan kedua alisnya naik. Jupiter menoleh dan tersenyum. Ia masih menyimpan kekaguman itu. Kagum pada Venus yang cantik dan berhati seperti malaikat.

"Aku dengar kamu mau menikah sama Putri ya?" tanya Venus lagi masih bicara akrab dengan Jupiter.

"Masih lama. Kami belum memutuskan ..." Jupiter lalu menoleh pada Venus.

"Kamu? Aku dengar kamu dan Gareth akan bertunangan." Venus tersenyum dan menarik satu kali napasnya.

"Hhmm ... entahlah mungkin aku akan langsung menikah aja. Capek gak sih pacaran terus tanpa tau ujungnya," gumam Venus seperti sedikit menyesal.

"Apa Gareth bukan pria baik? Dia masih di Moultens kan? Aku dengar perusahaan itu sedang mengakuisisi salah satu cabang hotel di Kolombia dan Mexico. Mereka ingin memperluas bisnis di Amerika Selatan." Venus mengangguk membenarkan. Pandangannya kini pindah pada gelas teh hijau yang tengah ia minum.

"Ehm, itu sebabnya Gareth gak pernah ada waktu. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya." Jupiter mendengus tersenyum dan mengangguk.

"Kenapa gak cari pacar lain?" Venus terkekeh dan menggeleng.

"Aku bosan," ucap Venus merengek manja. Setidaknya itu berhasil membuat bulu kuduk Jupiter sedikit naik.

"Aku bosan sama hubungan yang itu-itu aja, rutinitas yang sama!"

"Maksudnya kamu pengen coba bad boy gitu?" Venus tergelak dan sontak menggeleng.

"Gak lah, aku bisa pingsan kalo pacarku kayak kamu atau Ares. No!" Jupiter mengulum senyum. That's it, ia memang tak pernah jadi pilihan bagi Venus.

"Kamu belum ngerasa pacaran sama cowok kayak aku, Ven. Kamu akan ketagihan," goda Jupiter dengan senyuman nakal dan makin membuat Venus tertawa. Baginya Jupiter akan jadi sahabat yang selalu bisa membuat moodnya lebih baik.

"Kok ketawa, aku serius lho!" Jupiter membela diri dengan tawa kecilnya.

"Emangnya kamu bisa bikin aku ketagihan apa?" tantang Venus.

"Ketagihan kafein?" Jupiter menaikkan gelas kopinya dan membuat Venus makin melebarkan senyuman cantiknya.

"Ya ketagihan cinta, kasih sayang ... kangen!" tambah Jupiter sambil menggoda dengan menaikkan kedua alisnya bersamaan. Venus makin tertawa dan memukul manja lengan Jupiter. Mereka terlihat seperti pasangan yang serasi bagi yang tak mengenal atau pertama kali bertemu.

"Apa yang salah dari kata-kataku!"

"Gak ada yang salah. Tapi playboy kayak kamu ngomong cinta itu bahaya!" Venus menunjuk tepat di hidung Jupiter dan menyentuhnya ujungnya yang mancung dengan ujung jarinya yang lentik.

"Lho, memangnya playboy gak boleh jatuh cinta? Playboy kan juga manusia!" Jupiter sampai menaikkan kerah kemejanya membela diri di depan Venus. Venus tergelak dan mulai memukul Jupiter lagi dengan gemas.

"Kak?" Jupiter yang sedang tertawa lalu berbalik dan tersenyum pada Putri yang sudah ada di belakangnya.

"Hai, Sayang. Udah selesai?" tanya Jupiter langsung merangkul pinggang Putri dan kekasihnya itu pun mengangguk tersenyum. Putri juga memberi kemudian memberi pelukan dan ciuman di pipi Venus yang tengah bersama Jupiter. Setelahnya Putri kembali bergelayut manja pada Jupiter.

"Kalian mau pergi?" Putri tersenyum mengangguk pada Venus. Dengan bersemangat Putri lantas melingkarkan sebelah tangannya di pundak Jupiter yang juga setengah memeluknya mesra.

"Nanti malam ada pertunjukan dari Kak Arion sama kru tarinya. Kak Devon yang akan jadi DJ nya. Semuanya nonton lho kak, termasuk Kak Mila pastinya." Putri menoleh pada Jupiter yang memeluk dan tersenyum penuh cinta padanya.

"Wah, bakalan seru dong!" sahut Venus dengan antusias.

"Dijamin. Kakak datang kan?" tanya Putri namun Venus mengecutkan bibirnya dan menggeleng.

"Kayaknya gak bisa, Gareth minta ditemani makan malam bisnis, jadi yah ..." Venus mengedikkan bahunya dengan kecewa. Putri juga terlihat ikut kecewa karena sepertinya hanya Venus yang tak akan hadir.

"Tapi Chloe bakalan datang!" sambung Venus kemudian. Putri tersenyum dan mengangguk. Jupiter pun berdiri dan masih merangkul Putri.

"Ayo kita pergi!" Putri mengangguk. Jupiter pun pamit pada Venus dengan mencium pipinya.

"Sampai jumpa, Ven!" Venus mengangguk melepaskan tangan Jupiter yang menggenggamnya. Jupiter langsung beralih pada Putri, ia merangkul mesra dan mencium kepala Putri sambil berjalan melewati beberapa meja dan tamu. Venus menyaksikan sahabatnya pergi dengan senyuman yang masih menggantung sampai Dion datang dan memberikan yang ia inginkan.

"Aku menyerah!" ujar Dion memberikan paper bag pada Venus yang tersenyum kemenangan padanya.

"Mas Dion tau kan hukumannya?" Dion menarik napas dan membuangnya sambil membuang muka sejenak. Venus makin mendekat dengan senyuman yang bisa membuat Dion terdiam.

"Mas Dion harus jadi teman kencanku!"