Malam itu cuaca cerah sekali, bulan menampakan dirinya, bintang-bintang membanjiri langit menghias angkasa.
Seorang ibu hamil tampak duduk di teras rumah sendirian menunggu sang suami pulang sambil bersenandung pelan membelai lembut perutnya yang besar.
"Nanananana~"
Dua wanita tetangga melintas di depan rumah ibu hamil itu, melihat tetangganya yang sedang hamil duduk di luar teras sendirian salah satu wanita itu menyapa.
"Bu, kok tidak masuk ke dalam? Sudah malam begini, lagipula cuaca cukup dingin" katanya memperingatkan.
"Oh iya, habisnya di dalam lumayan gerah dan sebentar lagi suami juga pulang kok" ujarnya membalas tetangganya itu.
"Oh begitu, tapi hati-hati ya Bu... Soalnya hamil hamil besar itu incaran mahkluk halus juga" kata tetangga itu lagi.
"Betul, di kota ini makin banyak saja hal-hal aneh seperti itu, beberapa minggu lalu ditemukan kasus serangan kepada sejumlah ibu hamil, konon dijadikan ilmu awet muda, pesugihan, atau menganut ilmu hitam" timpal tetangga lainnya.
Si Ibu Hamil hanya tersenyum mendengar pembicaraan kedua tetangganya itu. Setelah itu kedua tetangga itu pun pergi meninggalkan si ibu hamil sendirian.
Telepon genggamnya mendadak berdering, dia sedikit terkejut dan melihat itu dari si suami.
"Halo Sayang, nanti sepertinya aku pulang agak terlambat, soalnya macet banget. Kau mau apa? Nanti aku belikan sekalian mumpung masih di jalan?" tanya suara Sang Suami di telepon.
"Beli makan buat untukmu saja, iyaa... Hati-hati di jalan" jawab sang istri, suaranya memang terdengar ceria namun raut wajahnya berubah muram.
Tapi, disisi lain mendengar suara sang suami dia merasa tenang, ia tahu suaminya baik-baik saja dan kini sedang dalam perjalanan pulang. Karena udara menjadi semakin dingin, ibu hamil ini masuk ke dalam rumah, namun ketika dia menutup pintu terdengar sayup-sayup seperti orang bersenandung, angin lembut bertiup menyentuh tengkuk belakang kepalanya, membuat bulu kuduknya berdiri tegang.
"Siapa?" tanyanya bingung bercampur takut.
Suara aneh itu masih terdengar, lama kelamaan semakin jelas di telinga, dan diiringi desis tawa menyeramkan. Ibu hamil itu mulai merasa ketakutan, dia pun masuk ke dalam rumah, mengunci pintunya rapat-rapat dan buru-buru masuk ke dapur.
Dia membuka laci dapur dengan tergesa-gesa, seolah sedang mencari sesuatu, tapi benda yang dicarinya tidak ada, dia pun berjalan cepat sambil memegangi perutnya yang besar, napasnya memburu dan keringat mulai membasahi keningnya.
"Tolong, siapapun juga..."
Suara itu mendadak lenyap seperti kemunculannya, dan kemudian listrik padam.
Ibu hamil itu semakin dilanda ketakutan, dia merintih menahan sakit sambil berdoa, memohon agar suaminya segera tiba di rumah. Firasatnya benar-benar buruk saat ini.
"Haaaah...haaaaah," terdengar bunyi seperti desah napas berada tak jauh di dekatnya, lalu listrik kembali menyala dan ibu hamil itu tak melihat ada sesuatu yang mencurigakan. Namun hidungnya mencium adanya bau amis darah dan bau tak sedap seperti bau selokan, padahal tidak sedang turun hujan dan cuaca malam itu cerah.
Tangannya mencengkeram erat pinggiran meja makan, wajahnya sepucat susu karena ketakutan semakin menguasai dirinya. Badannya mendadak sakit seolah habis dipukuli, dan terasa panas.
"Tenanglah, dan serahkan bayi di rahimmu padaku, aku berjanji takkan membunuhmu jika kau merelakannya," ucap sebuah suara parau.
Si Ibu Hamil itu menengok ke arah suara itu dan pandangan matanya terbelalak tatkala melihat sesosok makhluk menyeramkan yang berupa muka pucat, rusak, mata semerah darah dan di bawah kepalanya yang harusnya ada leher dan tubuh lengkap, hanya terdapat organ dalam tubuhnya saja.
Hantu itu terlihat marah, ibu hamil itu cuma bisa diam dan berdoa dalam hati, dia tak tahu harus berbuat apa.
"Kalau kau tidak menyerahkannya, maka kau akan kubunuh juga!" ancam hantu itu melayang semakin mendekati si ibu hamil.
Si Ibu Hamil itu mulai panik ingin tangannya meraih apapun benda-benda yang bisa diraih dan melemparkannya ke hantu itu, namun dia tak bisa melakukannya karena tubuhnya terlalu kaku untuk digerakkan.
"Matilah!"
"Kyaaaaa.."
Mendadak seseorang memukul dari belakang hantu itu menggunakan sapu, membuatnya melayang menjauh diiringi sumpah serapah. Akhirnya lenyap entah kemana.
"Pergi! Dan jangan kembali lagi!" teriak pria itu yang ternyata adalah sang suami.
Si Ibu Hamil menangis lega melihat kedatangan sang suami, dia pun pingsan karena tak memiliki tenaga sedikit pun, beruntung sang suami menangkap tubuhnya, mengangkat, dan membaringkan tubuhnya di atas kasur.
Setelah itu cerita mulai merebak tentang kehadiran hantu ini, masyarakat sekitar mulai panik dan mereka pun sepakat untuk melakukan investigasi dan menghubungi pihak ordo exorcist untuk melakukan ritual pembersihan.
Seminggu setelah kejadian.
Gray, Helena, dan Robert duduk nyaman di dalam pesawat menuju Kota Exriver dimana kegaduhan soal hantu yang menyerang ibu-ibu hamil berada.
"Kau tak mengajak Bu Yola?" tanya Helena kepada Gray.
"Tidak, buat apa? Dia sepertinya sedang sibuk mengincar lelaki-lelaki muda untuk dijadikan budaknya" ujar Gray, lalu ia menambahkan setelah melihat ekspresi aneh di wajah Helena. "Jangan khawatir dia sudah berjanji padaku untuk tidak membunuh mereka, kalau tidak begitu dia akan susah bertanggungjawab kepada Asmodeus di neraka"
"Kau memiliki belas kasihan pada iblis rupanya" tukas Helena nyengir.
"Aku hanya memikirkan untuk tidak membunuh membabi buta layaknya kaum iblis, sepanjang mereka tidak membunuh atau menyiksa manusia, karena aku sendiri tidak ingin seperti iblis berwujud manusia" balas Gray muram, menatap ke luar jendela.
Helena terdiam mendengar itu, dia merasa Gray menyembunyikan sesuatu hal besar pada dirinya. Lalu dia berpaling kepada Robert yang sedang asyik menyeruput darah di tempat minumnya.
"Kau tidak bisa menahan hasrat untuk minum darah secara berlebih ya?" tanya Helena heran.
"Aku vampir, wajar bukan, lagi pula ini segar sekali," tukas Robert membela diri. "Kau mau coba?"
"Aku jadi takut padamu,"
"Tenang saja, dia akan kukenalkan pada dukun kenalanku sesampainya di Exriver nanti," sambar Gray.
"Aku takkan mau," tolak Robert mendengus.
"Tenang saja, kau akan menyukainya nanti," setelah itu Gray menguap lebar-lebar dan tertidur, kepalanya terkulai ke samping menyandar di bahu Helena.
Hal ini membuat Helena sedikit tak nyaman, tersipu malu, namun di sisi lain entah kenapa dia merasa senang, sehingga dia tak melakukan apa-apa pada kepala Gray.
Akhirnya pesawat mendarat di bandara udara Kota Exriver, mereka bertiga pun langsung masuk ke dalam mobil penjemput dan meluncur ke tempat orang yang meminta jasa pengusiran mereka.
"Masih muda seperti ini kok sudah jadi pengusir hantu?" tanya sopir penjemput mereka. "Apa kalian ini tidak takut?"
"Sebenarnya cuma orang yang duduk di samping bapak yang menjadi exorcist, kami berdua hanya diajak olehnya," kata Helena menjawab sambil menunjuk ke arah Gray yang melanjutkan tidurnya.
"Ooohhh... Saya kira kalian bertiga, tapi tetap saja kok berani? Apalagi ada satu hantu lagi berwujud api yang selain hantu yang menyerang ibu hamil ini," seloroh sopir itu.
"Maksudnya? Bukankah, di permintaan yang saya baca hanya hantu yang menyerang ibu hamil, kok ada hantu api?" tanya Helena lagi, dia telah melihat surat permintaan permohonan dari ordo exorcist yang diperlihatkan Gray pada dirinya dan Robert sebelum diajak ke Exriver.
"Loh saya tidak tahu menahu soal permintaan itu, mungkin surat susulannya masih di jalan ketika kalian dalam perjalanan kemari. Saya sendiri cuma sopir, dan warga biasa. Tapi ya tolong usir hantu-hantu ini, kami ingin tempat kami damai seperti sebelumnya," ujar bapak sopir itu lemah, berharap banyak.
Setelah itu semuanya diam, mobil itu melaju lumayan kencang sehingga tak berapa lama mereka sampai di tempat tujuan, Gray dibangunkan susah payah oleh Helena dan Robert, berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumah besar tempat si pemohon, sesekali dia menguap lebar-lebar.
"Selamat datang di rumah kami, silakan masuk ke dalam, anggap rumah sendiri. Saya sendiri bernama Ardiyansah" kata seorang pria berbadan tegap berwajah ramah menyambut kedatangan mereka bertiga. Gray, Helena, Robert tersenyum sopan, masuk ke dalam rumah, dan duduk di sofa.
Sementara itu seorang wanita cantik dengan perut besar berjalan susah payah dari dalam ruang belakang menyambut mereka bertiga. Tapi, raut wajahnya nampak ketakutan dan lelah.
"Kalian bertiga menginap di sini, kan?" tanya wanita itu tiba-tiba.
"Ada apa memang? Sebenarnya kami mau nginap di hotel, lagi pula masih harus menginvestigasi kasus ini terlebih dahulu" kata Gray berterus terang.
Suami istri itu saling bertukar pandang tak bisa menyembunyikan kegelisahannya.
"Maaf, ada apa?" tanya Helena penasaran.
"Jadi, hari ini saya harus keluar kota untuk masalah kerja dan ini tidak bisa ditinggalkan, istri saya masih trauma soal masalah hantu seminggu lalu seperti yang sudah saya kabarkan kepada Anda sekalian," ujar Ardiyansah.
"Begitu, baiklah saya urungkan niat untuk tinggal di hotel," kata Gray paham situasinya.
Lalu, sang istri menatap dalam-dalam ke arah Helena. "Bagaimana kalau kau tidur denganku selama suamiku tidak ada?" tanyanya setengah berharap.
Helena nampak ingin menolak tapi dia tak tega untuk berkata seperti itu, dia pun mengangguk tanpa suara.
Gray mencodongkan tubuh ke depannya, ekspresi di wajahnya berubah, tadinya santai dan mengantuk kali ini berubah serius. "Langsung saja ke intinya, aku ingin kalian memberitahuku tanpa ditutupi seperti yang ada di surat kalian, hantu jenis apa yang harus kami hadapi?" tanyanya serius.
"Kuyang" kata Ardiyansah pendek.
"Dan?"
"Kau sudah tahu ada satu lagi?"
Gray mengangguk.
Ardiyansah mendesah lalu berkata, "Banaspati"
-----
ngemis bintang💫💫💫
-----