Chereads / Exorcis / Chapter 14 - Chapter 14

Chapter 14 - Chapter 14

Gray bertahan dari tembakan api yang dilepaskan Banaspati. Api itu hanya menggelitik kulitnya ketika mengenai dirinya. Gray menjaga terus konsentrasinya, walau dia merasa kekuatan Banaspati di bawahnya, kali ini giliran baginya menyerang Banaspati. Keduanya bertempur dengan hebat, saling bertukar serangan.

Helena dan Robert melihat dari kejauhan, menjaga jarak dari serangan lidah api yang menjilat liar yang ditahan Djin dengan sihirnya, agar tidak membakar pemukiman warga.

"Helena, apa Gray baik-baik saja?" Tanya Robert, dia menatap ngeri pertarungan kedua makhluk beda dunia itu.

"Dia akan baik-baik saja," tegas Helena, walau dia sedikit gelisah, di sisi lain dia berpikir kenapa Gray tidak terbakar dari api Banaspati? Bahkan, dengan jarak sejauh ini dia masih merasakan panas yang dikeluarkan Banaspati.

Gray melompat ketika kakinya hendak disambar oleh cakar tajam Banaspati, dia membalas menyabetkan pedangnya ke kedua kaki Banaspati. Setan api itu menjerit hebat, mengundang perhatian warga, mengintip dari jendela rumah, lantas tergopoh-gopoh keluar melihat apa yang terjadi.

"Astaga apa itu?!"

Banaspati?!"

Ya Tuhan, selamatkanlah kami!"

Ketua RT berteriak-teriak menyuruh warganya membunyikan alat-alat rumah tangga, konon hal ini bertujuan untuk mengusir setan atau hantu yang datang, diyakini warga lokal sejak masa lampau.

Gray melirik kesal ke arah warga yang melihat, dia tak ingin lagi memperpanjang durasi pertarungannya.

"Apa kau diperintahkan oleh orang itu?" tanyanya.

Banaspati hanya diam, sesekali dia menyemburkan lidah api yang dengan mudahnya ditangkis Gray dengan pedangnya.

"Sudahlah, kau memang hebat tapi kau bukan tandinganku, apalagi kondisimu semakin lemah" gerutu Gray kesal.

Banaspati berhenti melemparkan lidah apinya, dia terlihat bimbang, kepalanya miring ke kanan. Rambut apinya menggleser tanah, beberapa kali terpecik ketika bergesekan dengan batu.

"Kembalilah ke alammu, aku yang akan mengkhiri kontrakmu dengan dia," ujar Gray memandang mengamati tingkah laku Banaspati yang semakin aneh.

Gray mengiris telapak tangannya, darah segar keluar, menggambar simbol pentagram di atas tanah dan memercikan darahnya di atas simbol itu.

"Igne tuo daemonia regna redire," desahnya dalam bisikan tajam.

{☝Kembalilah ke alam mu iblis api☝}

Banaspati meraung, tubuhnya berdenyar menyala lebih terang, seakan akan lenyap begitu saja, tapi sebelum itu dia mengatakan, "Mecum ducam eum et duxit eum in rerum natura"

"Sinting," balas Gray menggumam.

Gray memejamkan matanya ketika Banaspati itu lenyap, meninggalkan bekas tanah yang menghitam di tempat dia menggambar simbol pentagram sebelumnya.

"Apa sudah selesai?" tanya Helena menghampiri Gray.

"Yeah, dan sekarang..."

Sebuah mobil sedan hitam tiba beberapa saat kemudian. Ardiyansah, klien Gray berjalan tergopoh-gopoh dan langsung memeluk istrinya yang berjalan susah payah ke arahnya.

"Kau baik-baik saja?"

"Tentu, mereka membuatku merasa aman" tunjuk Nyonya Gebi ke arah tiga sekawan itu, tersenyum penuh terima kasih.

Sayup-sayup terdengar jeritan kesakitan, diiringi asap membumbung tinggi tanda adanya kebakaran di salah satu rumah tak jauh dari sana, orang-orang pun mendekati sumber suara.Ternyata kebakaran terjadi di rumah sopir keluarga Ardiyansah. Orang-orang pun saling membantu berusaha memadamkan si jago merah. Sopir keluarga Ardiyansah terpukul dan hanya bisa meratapi terbakarnya rumah itu.

"Bruaaak!" Pintu rumah menjeblak terbuka, keluarlah seorang wanita yang sekujur tubuhnya terbakar api dari dalam rumah. Dia menjerit-jerit kesakitan dan bergulung di atas

tanah.

Suaminya bergegas mendekati dan berusaha menyelamatkan istrinya itu, dibantu beberapa warga. Namun apa daya, istrinya tewas mengenaskan, nyaris tak bisa dikenali lagi, setelah api berhasil dipadamkan dengan susah payah. Pak Sopir itu pun menjerit histeris memanggil-manggil nama istrinya.

Helena tak kuasa melihat pemandangan menyedihkan ini, dia pun mengalihkan pandangan, namun Gray mencegahnya.

"Jangan kau alihkan pandanganmu sedetik pun, Helena!" tegasnya.

Helena memandang Gray penuh tanda tanya.

"Kau harus belajar dari kejadian ini, dan camkan dalam-dalam di pikiran maupun hatimu," kata Gray menambahkan. "Akan selalu ada bayaran setimpal jika kau menginginkan sesuatu di luar akal sehat manusia, ini akibatnya jika orang-orang terlampau sombong dan tinggi hati seolah-olah mereka telah menundukkan seluruh alam ini."

"Gray, apa maksudmu?"tanya Helena bertambah heran.

"Istri sopir itu mengira dia telah menundukkan dan memperbudak Banaspati, tapi tidak seperti itu... Justru Banaspati lah yang memperbudak dia, wanita itu bahkan sudah terlampau jauh terjerumus, bahkan dia rela menyerahkan bayi dalam kandungannya kepada iblis hanya untuk mendapatkan cara awet muda selamanya," Gray mengepalkan erat-erat tangannya, dia tampak begitu emosional malam itu.

Helena menggelengkan kepalanya, air mata menetes, dia menutup mulutnya, melongo, ngeri.

"Ba-bagaimana mungkin itu terjadi?!" gumamnya tak percaya.

"Hati dan pikiran manusia siapa yang tahu, kita hanya bisa menerka tanpa tahu niat sebenarnya, mungkin saja niat wanita itu hanya ingin menyenangkan suaminya, namun dia terlalu jauh melangkah ke arah yang salah," Gray menengok ke arah Helena dan memandang lekat-lekat gadis itu. "Jika kau menjalin kontrak dengan iblis, bukan hanya dirimu yang terkena tapi orang terdekatmu pun akan merasakan konsekuensinya..."

Setelah itu, api padam dan menghanguskan seluruh rumah. Esok harinya istri sopir itu dimakamkan, dan untuk sementara pak sopir tinggal bersama keluarga Ardiyansah.

Keluarga Ardiyansah tak mempermasalahkan kejadian tempo lalu itu, mereka percaya kalau sopir tersebut tak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang menimpa istrinya.

Gray, Robert, dan Helena izin pulang, namun ketiganya berpisah jalan. Gray dan Helena mampir dulu ke Batavia sebelum pulang karena ada yang harus mereka lakukan, sementara Robert lebih dulu pulang ditemani Djin dalam wujud manusia, membuat Robert tampak tak nyaman.

Selang beberapa waktu setelah kejadian itu,

Gray bertelanjang dada, bersimbah keringat di apartemen miliknya, dia baru saja melakukan serangkaian latihan fisik yang melelahkan, ditemani Djin yang asyik membaca novel detektif dalam bentuk manusia.

Setelah dia cukup istirahat, Gray masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan berangkat sekolah. Namun, dia tersentak kaget ketika menemukan gurunya duduk di tepi ranjang, berpakaian lumayan seksi. Terusan putih ketat di atas lutut yang dibalut blazer warna merah. Bu Yola tampak mengamati kamar Gray.

Berkacak pinggang, wajah Gray berubah masam. "Apa yang sedang kau lakukan di sini, Succubus?" tanyanya malas.

Bu Yola memandang ke arah Gray, dia tersenyum genit tampak senang melihat tubuh telanjang Gray bagian atas yang lumayan kekar. "Aaaah... Kau tampak seksi murid ku, jadi ingin..."

"Sudahlah, cepat beritahu kedatangan mu ada apa pagi ini?"

Bu Yola masih menatap tertarik, dia tak menghiraukan atau pura-pura tak mendengar kata-kata Gray.

"Jika kau mau, pagi ini kita bisa melakukan sedikit aksi nakal..."

Gray semakin kesal dibuatnya, dia buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, dan berganti pakaian seragam sekolah.

"Padahal kau lebih baik kalau penuh keringat..."

"Itu hanya akan mengundang syahwat mu untuk semakin menggodaku, Succubus," seloroh Gray kesal.

Succubus itu hanya mengangkat bahunya, dan melontarkan senyum manis yang membuat wajah Gray bersemu kemerahan, dia meninggalkan gurunya itu.

"Tunggu, ada pesan dari salah satu Raja Neraka untukmu,"

Gray berhenti berjalan tanpa menengok ke belakang. "Raja yang mana? Bael? Lucifer?"

"Itu tidak penting siapa dia, pastinya ayahmu mulai bergerak dan batu yang mengurungnya pelan-pelan terkikis," ujar Bu Yola singkat. "Sudah ya aku pergi dulu, aku tunggu kau di sekolah murid ku sayang,"

Kemudian dia menghilang meninggalkan bau wangi yang menggelorakan pikiran.

Gray terdiam bagai patung, dia mengepalkan tangannya, hatinya dipenuhi amarah jika mengingat ayahnya, tanpa pamit kepada Djin, dia mengambil tas dan berangkat ke sekolah.

Bel istirahat berbunyi, Gray duduk menyendiri di bawah pohon besar menikmati roti isi, matanya mengawasi arwah-arwah yang bergentayangan.

Di kejauhan tepatnya beranda lantai tiga, Helena dan Robert berdiri berdua keduanya mengamati tindak tanduk Gray.

"Apa kau tidak pernah sekali pun merasa curiga kepadanya?" Tanya Robert kepada Helena.

"Apa?"

"Bukannya aku menganggap Gray jahat, tapi ada sesuatu yang aneh pada diri anak itu"

"Maksudmu?" Helena mulai tertarik dengan arah pembicaraan Robert.

"Yah, coba kau ingat-ingat, dia mampu bertahan dari Succubus yang manusia biasa pasti jatuh dalam godaannya, mampu melawan Grim Reaper bahkan untuk standar mahkluk abadi seperti kami mendekatinya pun mustahil tanpa merasa kesakitan, lalu dia mampu bertahan dari api Banaspati" jelas Robert panjang lebar, wajah pucat nya tampak begitu serius.

Helena mengalihkan pandangannya, setelah dipikir-pikir apa yang dikatakan Robert ada benarnya, dia juga sedikit curiga tentang masa lalu Gray.

"Apa kau tahu? Ada 4 iblis tingkat tinggi yang mengincar kekosongan kekuasaan di Neraka selepas Satan menghilang"

"Lalu, apa hubungannya dengan Gray?"

"Yah, kemungkinan besar anak itu ada hubungannya dengan raja-raja setan itu, setelah mendengar kabar burung yang beredar dia tampak akrab ketika bertemu Astaroth tempo lalu..."

Helena berpikir semakin keras, sesuatu menghentak pikiran dan hatinya. Sebuah cerita lama tiba-tiba melesat ke dalam pikirannya, ada satu raja neraka yang dulunya malaikat, diceritakan dalam legenda menurunkan pengetahuan kemampuan membuat perhiasan kepada manusia, untuk mempercantik wanita manusia di dunia sehingga dia di usir dari surga. Bagaimana jika malaikat ini jatuh cinta kepada salah satu manusia fana waktu itu? Bagaimana jika salah satu alasan malaikat ini diusir karena jatuh cinta kepada manusia? Bagaimana jika...

Helena cepat-cepat turun dari gedung, berlari melintasi halaman sekolah mendekati Gray di tempat duduknya. Dia terbungkuk-bungkuk karena kelelahan. Robert mengikutinya dari belakang.

"Ada apa kalian ini?" Gray bertanya heran, melihat wajah cemas Robert dan Helena yang wajahnya memerah karena kelelahan.

"Gray..." Sapa Helena.

"Ya?"

"Apa kau anak dari Azazel, Sang Fallen Angel?"

-----

crazy up💫💫💫

-----