"Apa maksudmu? Apa maksud dari perkataanmu barusan itu? Tentu saja itu tida mungkin terjadi lah! Ngaco banget sih kamu ini!" Ucap Ajeng kepadaku.
"Loh? Kan kamu sendiri tadi yang bilang jikalau lawan duel di dalam ujian seleksi terakhir ini akan dipilih secara acak oleh para juri?" Tanyaku.
"Yah... Itu memang benar sih. Tapi...."
"Kalau sistemnya random seperti itu mah apa saja bisa terjadi, Jeng! Semua orang mempunyai kesempatan yang sama besar untuk menjadi musuh duel di dalam ujian seleksi yang terakhir ini, tidak terkecuali aku dan dirimu!"
"...."
Ajeng hanya diam, tidak mengeluarkan suara sedikitpun bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaanku itu. Suasana di dalam kereta kuda ini pun sekarang berubah menjadi hening dan begitu canggung.