"Aduh... gimana nih?.."
Aku masih kebingungan memilih dari 4 arah jalan di hadapanku. Mataku mengamati keempat jalan itu, namun semuanya tampak sama. Sebuah jalan setapak kecil beralaskan rumput yang tebal, terpisahkan oleh dinding labirin yang kokoh. Dinding setiap labirin sangat tinggi, tingginya sekitar 10 meter. Di sisi tiap dinding juga terdapat banyak tanah kasar dan tajam yang mencuat, membuat setiap orang biasa mustahil memanjatnya. Kucoba kuketuk, dindingnya juga sekeras batu, tak bisa dihancurkan dengan mudah.
Kulihat ke atas. Labirin ini tidak mempunyai atap atau sesuatu untuk menutup bagian atasnya, hingga semua orang di dalamnya masih bisa melihat langit. Gawat, sudah sore. Kalau aku tak bergerak sekarang, aku masih akan terjebak di sini saat matahari terbenam dan gagal.
Masih ada satu cara. Kurogoh saku pakaian ku, dan kuambil satu buah bungkusan. Bungkusan benih bunga matahari yang kubeli saat istirahat tadi di toko bunga di guild ini. Rencananya aku ingin menanam benih bunga ini di halaman rumahku. Kan sayang halaman dan taman rumah yang luas dibiarkan kosong dan hampa, hingga selama setahun belakangan kusempatkan diriku setelah latihan untuk menanam satu atau dua bunga. Tapi, masih tersisa cukup banyak ruang kosong hingga aku juga membeli benih ini. Tapi, sekarang mungkin benih ini bisa membantuku lulus.
Kubuka bungkusan itu dan kuambil segenggam benih. Benih ini akan kugunakan sebagai penanda jalan guna memastikan aku tidak hanya sekedar berputar-putar di labirin ini. Dengan sepenuh hati kupilih satu jalan yang terletak paling kanan. Kutaburkan benih itu di sepanjang jalan yang kulalui. Ah...ada jalan bercabang lagi. Kali ini aku memilih jalan yang di tengah. Tak lupa kutaburkan benih sepanjang jalan.
10 menit kemudian.
Sebentar...Apa itu?
Aku melihat sekilas benda yang berserakan di tanah di didepanku. Dengan hati hati, kuambil satu dan kuamati, hanya untuk meyakinkan diriku kalau ini memang benih yang kutaburkan sepanjang jalan! Sial! Sudah 10 menit aku berjalan, hanya untuk kembali ketempat awal!
Aku hanya berputar-putar di dalam labirin ini!
"Haaah..." Aku duduk dengan lemas. Kuregangkan kakiku yang pegal dan menatap langit. Langit mulai berwarna jingga, menandakan sebentar lagi akan muncul mega merah dan terbenamnya matahari.
Apa yang harus kulakukan? Aku tak bisa berjalan begitu saja dan berakhir hanya untuk berputar-putar di dalam labirin ini hingga matahari terbenam dan gagal.
Petunjuk...Ya, aku butuh petunjuk.
Tidak mungkin mereka mengadakan ujian ini tanpa petunjuk atau cara untuk menyelesaikannya. Tapi....Selama aku berjalan, aku sama sekali tak menemukan petunjuk atau celah. Semua terlihat sama, hanya ada dinding kokoh dan hamparan tanah berumput.
Kutatap langit sore, memutar otak demi mencari cara lulus dari ujian ini. Setelah tak menemukan satupun petunjuk dari labirin ini atau dari game 'The Another World', aku merasa sedikit putus asa, hingga aku teringat kata-kata sang pengawas sebelum ujian dimulai.
( "Ujian kedua cukup mudah. Anda hanya perlu memasuki labirin ini dan berhasil keluar melalui pintu di ujung barat sana. Jika anda berhasil lolos sebelum matahari terbenam, anda berhak mengikuti ujian terakhir. Jika anda tidak berhasil keluar sampai matahari terbenam, anda di diskualifikasi dan tak bisa mengikuti ujian terakhir." )
( "Berhasil keluar melalui pintu di ujung barat sana.")
( "Pintu keluar di ujung barat sana.")
Mataku melebar.
Ternyata mereka memang telah memberikan petunjuk. Kenapa aku bisa baru sadar sekarang?
Jelas jelas sang pengawas telah memberikan petunjuk dengan mengatakan pintu keluarnya di ujung barat.
Aku bangkit dengan semangat baru. Memang aku tak punya kompas atau petunjuk arah, tapi masih ada cara lain. Kulihat lagi langit sore dan kuangkat tanganku, melihat arah darimana sinar matahari datang.
Ternyata ini alasan kenapa ujian ini diadakan saat sore hari. Pintu keluar di arah barat, berarti aku hanya perlu mengikuti arah sinar matahari sore untuk bisa keluar. Kulihat 4 jalan bercabang di hadapanku, aku memilih satu jalan yang sinar mataharinya paling jelas terpantul di telapak tanganku dan bayangannya pun jelas. Aku berjalan melalui jalan itu dengan sedikit terburu-buru. Tiap ada belokan dan jalan bercabang, aku selalu mengangkat tanganku untuk memilih jalan yang menurutku benar. Sebenarnya aku merasa kurang yakin, tapi hanya ini satu satunya cara.
Setelah 4 belokan, semua berjalan lancar. Hingga tiba-tiba aku mendengar suara orang lain.
"Hei! Kau tak percaya aku? Cepat bawa aku keluar dari sini! Atau...." Itu suara seorang anak perempuan.
"Atau apa? haaaah?????!???...." Suara seorang pria kasar juga terdengar.
Suara suara itu terdengar dari arah sebelah kiri. Kuintip sedikit dari balik dinding labirin, hanya untuk melihat seorang gadis cilik yang mungil. Rambutnya yang hitam lurus terlihat dikuncir 2 dengan anggun. Pakaiannya cukup mewah dan kedua tangannya berkacak pinggang. Gadis itu terlihat baru berusia 10 tahun. Dia berdiri dengan tegas dan matanya menatap tajam 3 pria di depannya. Ketiga pria yang terlihat berusia di atas 20 tahun itu pun menatap gadis itu dengan pandangan mengejek. Mereka hanya terkekeh melihat gadis itu terlihat kesal.
"Atau Kakak akan menghabisi kalian semua!" Gadis cilik itu mengancam.
"Oooow...Kami kagak takut tuh. Iya kan teman teman?"
"Haha...Panggil saja tuh Kakakmu. Kami akan memastikan dia babak belur."
Gadis itu terlihat semakin marah. "Beraninya kau! Kakak itu seorang pria yang kuat! Kakakku itu raja! Dia akan dengan mudah menghabisi kalian semua! Minta maaf sekarang dan bawa aku keluar dari sini!"
"Hehe....Raja? Kamu ratu dong? Kalau gitu aku ini dewa!"
"Aku Putri Kerajaan! Atas nama Kerajaan 'Flame Of Eternity' kuperintahkan kalian membawaku keluar dari tempat sialan ini!"
"Oooow...Kasihan. Pasti kebanyakan mengkhayal nih bocah."
"Aku tidak.....!"
"Tuan Putri yang agung kok ada disini sendirian sih."
"Itu bukan urusanmu orang rendahan!"
"Kamu bilang ap...."
Salah satu pria itu melirik ke arahku. Secepat kilat aku mundur dan bersembunyi di balik dinding. Agak kasihan juga melihat gadis itu, tapi itu bukan urusanku. Aku tak bisa membuang-buang waktu. Kuangkat tanganku untuk memastikan sinar matahari berasal dari jalan di sebelah kanan. Aku beranjak pergi, namun suara mereka masih terdengar.
"Ada apa? Kamu melihat apa?"
"Ah, tidak kok...Hanya perasaanku."
"Hey sampah! Kalian tunggu apa lagi?! Cepat bawa aku keluar! Sangat membosankan melihat dinding tanah gak jelas dimana-mana!"
"Bocah ini semakin membuatku kesal."
"Sepertinya harus diberi pelajaran."
"Haha benar. Toh kita tidak akan bisa keluar dari labirin sialan ini. Anggap saja ini hiburan karena kita gagal di ujian ini."
"Ya! Lagian tempat ini sangat luas. Tak akan ada yang memergoki kita."
"Yup! Bocah ini juga cukup imut. Kesempatan sekali seumur hidup ini mah!"
"Hei! Jangan pegang tubuhku, kalian sampah! Aku ini Putri!"
"Ya...ya, hehehe. Siapa nih yang mau duluan?"
"Kurang ajar! Lepas atau Kakakku akan benar benar menghabisi kalian semua!"
"Terserah dah hehehe. Toh kami akan 'menghabisi' dirimu terlebih dahulu."
"Heeeei!!!! Jangan sentuh aku! Brengs*k! Kalian semua akan mati! Kakakku pasti akan menghabisi kalian semua!"
Aku tak bisa menggerakkan kakiku. Semua tubuhku membeku. Apa....Apa yang baru saja kudengar?
Semua anggota tubuhku bergetar hebat.
Ini tak bisa dibiarkan!
Mereka.....Beraninya mereka!!!!!!!