Chereads / Keperawanan Sari Terenggut / Chapter 28 - Wanita Simpanan om-om

Chapter 28 - Wanita Simpanan om-om

Akhirnya hari yang membosankan bagi Sari berakhir juga, kedua temannya Wati dan Ica sudah kembali ke rumah. Ya walaupun memang sudah jam 10 malam mereka baru pulang dari kencan bersama pacarnya masing-masing.

"Sari.. " sapa Wati yang langsung masuk ke kamar Sari membawa sekotak yang tampaknya berisi kue.

"Eh.. udah pulang ti?" 

"Udah donk, ni buat kamu" Wati memberikan kotak itu kepada Sari.

"Wah.. apaan ni, mau dong." Mata Sari berbinar menerima kotak dari Wati.

"Cobain dong, itu donat yang paling enak itu lho!" Seru Wati.

"Makan sama-sama yuk!' ajak Sari yang telah menggigit satu donat yang bertoping keju.

"Enak gak?" Tanya Wati.

"Enak.. enak banget tau, apalagi gratis," goda Sari.

"Bisa aja lo ri." Wati pun ikut mengambil donat yang bertoping greentea.

"Gue kayak pernah lihat cowok lo ti, tapi dimana ya?" Sari bicara sambil mengunyah.

"Emang lo pernah lihat lah, masa lo gak ingat sih!" Sahut Wati.

"Masa.. dimana?" Sari penasaran.

"Itu kan cowok yang nolongin gue waktu di diskotik." Imbuh Wati.

"Serius lo?" Teriak Sari.

"Iya.. emang lo gak ingat mukanya?" Tanya Wati lagi.

"Gue ngerasa gak asing, tapi kok beda ya.. kayak lebih berwibawa aja dia yang sekarang." 

"Masa sih.. iya sekarang dia tu lebih rapi karena gue yang minta," ucap Wati tersenyum.

"Gak nyangka lo jadian juga sama tu cowok?"

"Iya.. soalnya dia baik banget sama gue ri."

"Bagus dong, gak kayak temannya yang baju hitam tu nyebelin!' ucap Sari sinis.

"Jadi mereka tu gak terlalu akrab cuma teman-teman gitu doang, nah kebetulan aja pas malam itu cowok gue lagi suntuk ya iseng-iseng ikut mereka." Jelas Wati.

"Bagus deh.. pantesan dia beda sama yang dua itu."

"Iya, dia juga katanya baru itu juga ke tempat kayak gitu."

"Jodoh dong lo sama dia, sama-sama baru pertama ke tempat kayak gitu."

"Haa… mungkin ya ri." Wati dan Sari terlihat seru akan obrolan mereka sambil menyantap Donat yang enak itu.

"Yang makan donat gak bagi-bagi!" Celetuk Ica dari depan pintu.

"Eh ca, sini.. cobain donatnya enak banget!" Ajak Sari.

"Gue yang ini aja, biar gak terlalu manis." Ica mengambil donat tanpa topping.

"Kayak ada yang beda deh di muka lo ca?" Tanya Wati memperhatikan wajah Ica.

"Beda apaan sih ti?" Sahut Ica.

"Sari.. lo liat gak?,  ada yang beda?" Wati menyenggol bahu Sari.

"Iya sih.. tapi apaan ya?' imbuh Sari.

"Gue habis perawatan tadi," jawab Ica.

"Pantes tambah kinclong," puji Sari.

"Oh.. gue tahu!" Teriak Wati.

"Tau apaan sih?" Ica kaget.

"Lo baru sulam alis ya? Sama sulam bibir?" Tanya Wati kepo.

"Dasar kepo ya si Wati." Sahut Ica.

"Gila.. calon nyonya makin oke aja ni." Puji Wati.

"Ya namanya juga cewek simpanan, ya gue harus selalu cantik biar gak bosen tu om-om." Tukas Ica.

'what.. simpanan!' Batin Sari tersentak mendengar ucapan Ica.

"Emang dia dah ada istrinya ca?" Tanya Wati.

"Adalah say, kalau yang masih bujangan gak akan setajir dia." Cicit Ica.

"Iya juga.. rata-rata pengusaha sukses tu emang udah pada punya istri." Sahut Wati.

"Gue sih gak peduli dia udah punya istri, yang penting gue happy dan semua mau gue dia turutin," jelas Ica lagi.

"Jadi simpanan gitu enak gak sih ca?" Wati berbisik ke Ica.

"Lo liat aja gue sekarang, menurut lo?"

"Lo sekarang udah kayak seleb, makin cantik, barang-barang lo juga sekarang mahal-mahal." Jawab Wati.

"Berarti enak kan." 

"Tapi..  lo selalu ngelayanin tu om-om kalau ketemu ya ca?" Bisik Wati yang melirik ke Sari yang sibuk membersihkan meja riasnya.

"Iyalah.. lagian gue layanin dia, gue juga dapet enak, sama-sama enak kan!" Terang Ica.

"Gue mana tahu, gue sama cowok gue belum nyobain." Seru Wati.

"Payah lo, rugi lo kalo gak nyobain.. ngapain pacaran kalau gak enak-enak," Ica mengompori Sari.

"Sari.. lo udah pernah gituan belum?" Wati bertanya kepada Sari yang tengah sibuk menata kosmetiknya.

"Hah… maksud lo, gituan apaan?" Sari langsung gugup akan pertanyaan Wati.

"Ya gituan.. enak-enak." Sahut Wati.

"Enak-enak gimana, gue gak ngerti!" Sari bicara enggan menatap Wati dan Ica.

"HB lho sama doi lo." Ketus Ica.

"HB.. hubungan badan!" Teriak Sari.

"Iya Sari, lo pernah?" Wati masih penasaran.

"Gak.. gue belum pernah!" Pungkas Sari.

"Sama dong sama gue." Ucap Wati.

"Sari kan masih jomblo, kalo elo kan punya doi!" Cercah Ica.

"Iya.. tapi gue takut, katanya sakit." Ucap Wati polos.

"Sakit.. awalnya doang, kesana-sananya mah endul." Bisik Ica.

"Buruan cari cowok dong ri, biar lo juga rasain!' pinta Wati.

"Iya tar gue cari, gue mau jadi simpanan aja kayak si Ica biar duit gue juga banyak." Imbuh Sari.

"Pinter lo ri, jadi simpanan kayak gue enak banget. Duit ngalir terus." 

"Tapi gue udah sayang banget sama cowok gue, masa gue tinggalin cari om-om juga sih." Cicit Wati.

"Ya gak mesti lah, itu kan pilihan elo. Kita punya pilihan masing-masing yang bisa bikin kita senang." Terang Ica.

"Iya juga ya." 

"Gue duluan ke kamar ya, capek banget! Biasa.. habis kasih service tadi." Pamit Ica meninggalkan kamar Sari.

"Sari gue ke kamar juga ya, pengen istirahat juga." Wati ikut pamit.

"Iya ti, makasih ya donatnya." 

Sari segera membereskan sisa donat dan menyimpannya ke kulkas, dan tak lupa ia tutup pintu kamarnya.

"Gila ya.. si Ica jadi simpanan om-om sekarang," Sari bicara sendiri.

'tapi kalau di fikir-fikir mendingan kayak Ica, jadi simpanan tapi hidupnya terjamin, uang sama barang-barang selalu dikasih. Ya walaupun Ica harus muasin tu om-om. Tapi apa bedanya sama gue yang juga tidur sama mas Abra, malah gue gak pernah dikasih apa-apa sama dia, yang ada dia malah ninggalin gue. Emang brengsek!!!" Sari kembali kesal bila teringat Abra.

"Gue juga harus bisa dapetin yang kaya Ica, tajir. Jadi gue bisa kiriman emak uang yang banyak biar emak bisa beli rumah baru di kampung, tapi dimana ya gue bisa dapat om-om tajir melintir juga yang bisa kasih gue duit sama barang-barang mahal." Gumam Sari.

"Apa gue minta cariin sama Ica aja ya, ahh.. tapi gue tengsin. Tapi gue harus nyari dimana dong, gue kan gak bisa menggoda kayak si Ica, gak pede gue." Sari masih asyik berdiskusi dengan dirinya sendiri.

"Ahh.. bodo ah, ngantuk gue mikirin gituan. Ya kalo memang nasib gue bakal dapat cowok kaya raya, gue pasti bakal dapet. Kalo gue udah kaya entar, sorry gue mau kerja lagi sama si Asya, yang ada tar gue juga buka salon buat nyaingin usaha dia. Liat aja ntar, dia bakal nyesel udah ngerendahin gue yang sekarang memang cuma karyawan dia!" Gerutu Sari.

Sari pun mematikan lampu di kamarnya, dan merebahkan tubuhnya di kasur kecil itu tak lupa bantal guling setia yang menjadi teman tidurnya setiap malam dan bisa menghalau sedikit kesepiannya akan sosok Abra.