Chereads / Keperawanan Sari Terenggut / Chapter 17 - Target Baru

Chapter 17 - Target Baru

Kita biarin dulu ya si Sari menikmati hubungannya yang penuh rasa manis beberapa bulan ini, sebelum hantaman ombak menyakiti hati Sari.

Kita baca  dulu kisah-kisah temannya yang gak kalah seru ini ya gaess.

Gadis bertubuh langsing dan berkulit putih itu meninggalkan sepasang kekasih yang asyik bercumbu di tepi taman remang-remang, hal itu tak asing baginya yang sudah terbiasa menjalin hubungan dengan banyak lelaki.

Dia Anisa, gadis keturunan jawa yang cantik dan menarik, Ica ia biasa dipanggil oleh teman-teman di kampung maupun teman kerjanya.

Ternyata dia primadona di kampungnya, karena kasus percobaan pemerkosaan di desa memaksanya melarikan diri ke sudut kota ini, bagaimana tidak.. ia gemar berpakaian sexy, ditambah bentuk tubuhnya yang aduhai, dan sifat centil dan agresif bawaan lahirnya yang menjadi daya pikatnya.

Dulu ia menjalin hubungan dengan anak juragan di desanya, bisa dibilang orang terkaya di kampungnya namun siapa sangka bukan hanya anaknya tetapi juga bapaknya yang tidak lain si juragan yang tergoda akan keindahan tubuhnya.

Tubuhnya hampir saja dijamah oleh laki-laki yang lebih pantas menjadi ayahnya, namun kejadian itu cepat diketahui oleh Juan yang tak lain kekasih Ica anak si juragan. Meskipun Juan telah sering melakukan hubungan badan dengan Ica, ia begitu murka akan kelakuan ayahnya.

Tetapi karena ayah Juan memiliki banyak uang dan mengenal semua orang penting di desa itu, dengan mudah kasus itu diselesaikan tanpa diketahui orang lain.

Ia menginginkan Ica menjadi istri mudanya, namun Ica tak menerimanya begitupun Juan tak menerima, akhirnya Ica terusir dari kampung dengan tuduhan ia yang hendak menghancurkan masa depan Juan  anak si Juragan.

Yang membuat Ica kesal, Juan kekasihnya tak melakukan pembelaan sedikitpun padanya, mungkin karena ia takut akan kehilangan warisan kekayaan ayahnya. Oleh karena itu Ica memutuskan pergi ke kota dan tak ingin kembali lagi ke desa itu.

Siapa sangka luka masa lalu membuat Ica menjadi pribadi yang makin berani, dan membuat dirinya seperti perempuan yang kehausan seks saat melihat pria yang menaikkan hasratnya.

Begitupun saat ia melihat Abra adik bosnya yang sekarang menjadi kekasih temannya si Sari, khayalan nakal akan bercumbu bersama Abra menari-nari di kepalanya, cepat atau lambat ia harus mewujudkan keinginannya.

Kesempatan pertama telah ia raih saat ia berhasil mengecup bibir seksi Abra di dalam mobil di tepi pantai, namun sayang itu belum memenuhi kebutuhan hasratnya.

Ia selalu mencari celah agar bisa dekat dan menggoda Abra, terlebih saat dia tahu kalau temannya Sari juga menjalin kedekatan dengan Abra, pria yang menjadi target fantasinya saat ini.

Bagi Ica hubungan yang serius hanya membuang waktu, sama seperti dulu ia menjalin kasih bersama Juan sudah lima tahun lamanya namun semua sia-sia, bahkan Juan tak memperjuangkannya.

Kini Ica menganggap lelaki hanya sebatas pemuas hasrat, ia bisa menemui dan meninggalkan laki-laki manapun yang ia butuhkan. Tak ubahnya Abra, hanya sebatas rasa penasaran akan hasrat bercintanya.

Namun kali ini Ica, belum berhasil memenuhi keinginannya, lelaki yang sangat ingin ia cumbui selangkah lagi, tetapi mengacuhkannya dan itu membuat hatinya merasa kesal.

Kecewa lama-lama tak ada dalam kamusnya, baginya hilang satu tumbuh seribu, ia bisa dengan mudah mencari laki-laki lain yang bisa memenuhi keinginannya, seperti malam ini.

Brukkk…

Sepertinya seseorang menabraknya dan membuat ia terjatuh, "aduh.. jalan pake mata dong!" Ucap Ica kesal.

Orang itu segera membantu dirinya untuk bangun, "maaf gak sengaja," ucapnya sopan.

Ica tak menggubrisnya ia terus membersihkan telapak tangan dan lututnya yang terkena sedikit kotoran tanah.

"Maafin ya mbak, saya benar-benar gak sengaja," ucap orang itu menyodorkan tangan kanannya.

Ica meraihnya, dan melihat wajah orang itu, sosok laki-laki dengan kemeja rapinya, ia terlihat berumur 40 tahun, namun masih tetap tampan dengan gaya rambut yang kekinian.

Ica tertegun 'hem.. target baru ni,' desis Ica.

"Kamu maafin saya kan?" ucapnya dengan senyum ramah.

"Oh.. iya...iya.. saya maafin ," sahut Ica.

"Ngomong-ngomong habis dari mana?"

"Oh.. itu.. saya habis anterin teman saya tadi ketemu pacarnya, tapi mereka sudah jalan jadi saya pulang sendiri," Ica mengarang cerita.

"Wah kasihan sekali ya, datang barengan pulangnya sendiri," ledek lelaki itu dengan senyum bersahajanya.

"Iya gapapa udah biasa kok," jawab Ica.

"Lho memang pacarnya kamu kemana," tanya nya.

"Sa..saya gak punya pacar om eh.. mas," sahut Ica malu-malu.

Laki-laki itu hanya diam, dia mengamati penampilan Ica yang memakai kaos hitam dan rok jeans pendek pertengahan paha, dan terlihat cantik dengan rambutnya yang dicepol.

"Ah.. masa cantik begini gak punya pacar?" Lelaki itu kembali bertanya.

Ica hanya diam, ia paham betul kalau lelaki dewasa di depannya ini mulai tertarik akan dirinya, dan ia pun tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Oh ya, kenalin Saya Herman," lelaki itu menepis kediaman Ica.

"Ica." 

"Saya antar pulang ya?" Pinta lelaki itu.

Kini Ica terlihat berjalan berdampingan dengan lelaki itu, dan ia pun memasuki mobil mewah milik laki-laki yang baru dikenalnya ini, ia begitu merasa nyaman dan percaya diri di dalam mobil yang elegan ini.

"Mas.. maaf.. boleh mampir disana?" Ica menunjuk warung makan pinggir jalan.

"Lho kamu belum makan?" Tanya Herma khawatir.

"Iya mas, soalnya td gak masak," imbuh Ica malu-malu.

"Yaudah kalau gitu saya ajak makan direstoran ya, jangan di sana, karena belum tentu higienis."

Ica mengangguk tanda setuju, kini ia semakin yakin kalau laki-laki di sampingnya ini bukan orang biasa, terlihat dari jam tangan, sepatu dan mobil yang digunakan bermerk dan mahal semua.

'kesempatan emas ini,' Gumam Ica sambil menarik sudut bibirnya tanda kemenangannya akan didapat.

"Kamu usia berapa dan kerja dimana?" Tanya herman.

"Saya usia 20, saya kerja di salon mas," jawab Ica.

"Ohh pantas cantik, rupanya kerja disalon ya, pandai merawat diri," pujinya tersenyum.

"Ah mas bisa aja, gak cuma merawat diri, merawat orang lain juga pandai kok," Ica meluncurkan godaannya.

"Oh..ya.." lelaki itu tersenyum penuh arti.

"Iya dong, kan yang datang ke salon orang-orang semua mas, jadinya harus pandai merawat orang lain juga kan," Ica terkekeh .

"Ah iya benar.. kalo gitu saya juga mau donk dirawat sama kamu," Herman membalas godaan Ica.

"Ntar ada yang marah gak nih, kalo saya rawat mas nya hihi?" Ica tersipu.

"Ehem… kalau gak tahu kan gak akan marah?" Sahut Herman.

"Oh jadi mau main kucing-kucingan ni mas?" Goda Ica lagi.

"Kan yang sembunyi-sembunyi lebih seru," Herman melirik Ica nakal.

"Aku suka mas yang sembunyi-sembunyi, asyik.." ica berbisik ke telinga Herman.

Sepertinya Ica menemukan lawannya yang pas, ia sangat suka suatu hal yang menantang apalagi kalau ia mendapat keuntungan dari lawannya ini.

'gak boleh aku sia-siain, ini ladang emas buat aku,' desah Ica dalam hati sambil memandang panas ke arah lelaki yang fokus menyetir di sampingnya ini, dan lelaki itu tampak melirik ke arahnya dengan tatapan tak sabar ingin menerkam gadis muda ini.

"Kalau hari libur hubungi saya ya," sambung lelaki itu.

"Oke.. hubungi aja, gak mau ketemu mas?" Tanya Ica.

"Jangankan ketemu lebih dari itu pun saya bersedia" ucap Herman semakin nakal.

Ica tersenyum dan mengubah gaya duduk nya, meletakkan satu kaki di atas kaki satunya dan semakin memperlihatkan pahanya yang seksi ke arah Herman, agar lelaki itu semakin terpancing dan penasaran akan dirinya.