Chereads / Black Hole Cavalry / Chapter 50 - Mencari Jejak Pesawat Luar Angkasa

Chapter 50 - Mencari Jejak Pesawat Luar Angkasa

Jopardi kini kembali bertemu dengan Tania. Jopardi yang kembali lagi ke masa di tahun 2418 kembali di hadapkan dengan laba-laba bermata merah. Beruntungnya saat itu dia memiliki granat sehingga dia tidak di buru oleh laba-laba tersebut. Kembalinya Jopardi ke tahun itu membuat perasaan Tani tiba-tiba saja bergetar ketika dia melihat Jopardi yang menurutnya semakin tampan.

Jopardi saat itu berpikir bahwa Sepertinya dia bisa ke markas Cavalry yang ada di Papua. Akan tetapi, ketika dia bertanya kepada Tania apakah dia bisa pergi ke sana, Tania justru tidak mengetahui apa itu Papua. Jopardi berpikir apakah dunia benar-benar telah hancur sebelum Tania lahir? Kemudian Jopardi mencoba untuk mencari tahu lebih dalam lagi tentang dunia yang telah hancur itu.

Sementara itu, kapten Santoso terus memonitor dimana keberadaan Jopardi. Ketika dia mencoba melacak keberadaan nya secara akurat, layar monitor menunjukkan bahwa Jopardi saat ini berada di masa depan, tepatnya di tahun 2418. Kapten bertanya-tanya mengapa Jopardi tidak kembali ke masa lalu melainkan masa depan.

Cepat periksa mesin portal nya! Jika ada masalah, katakan kepada ku! Teriak kapten Santoso kepada anak buah nya yang saat itu tengah bekerja. Kapten Santoso tidak bisa bertanya kepada Sohee lantaran dia belum juga tiba di markas yang ada di Jakarta. Kapten mulai meneliti kembali dan terus memikirkan mengapa Jopardi bisa sampai kembali ke masa depan.

Aku dan Tania mulai menjelajah, Tania mulai menunjukkan kepada ku tempat dimana dia biasa bertemu makhluk laba-laba besar itu. Aku dan Tania pun berjalan dengan di temani dua orang anak buah nya yaitu Alex dan Teo. Tania mengatakan kepada ku bahwa dia sering menerima serangan dari makhluk laba-laba bermata merah.

Dimana kau menetap selama ini? Apakah kalian semua selalu berpindah-pindah? Tanya ku kepada Tania dan pengikutnya. Tidak juga, jika situasi nya memburuk barulah kami pergi, Jawab Tania. Setelah mendengar jawaban dari Tania, aku berpikir bahwa Sepertinya tempat ini memang benar-benar telah hancur karena sebuah serangan yang luar biasa.

Tania, apakah musuh saat ini hanyalah seekor laba-laba? Tanya ku lagi kepada Tania. Sejauh ini hanya itu yang ku temui. Namun aku juga melihat ada sebuah pesawat yang selalu bolak-balik di udara. Terang Tania lagi. Apakah pesawatnya berbentuk seperti capung dan tidak bersuara sama sekali? Tanya ku memastikan nya. Ya, benar. Bagaimana kau mengetahuinya? Ucap Tania lagi kepada ku.

Aku sempat terdiam mendengar penyataan dari Tania. Apa yang dia lihat sama betul dengan apa yang ku lihat ketika aku berada di Papua. Mengapa aku tidak bisa kembali ke masa depan? Bukankah Juni mengatakan kepada ku bahwa percobaan kali ini akan membawa ku ke masa lalu? Apakah mungkin hal itu tidak akan terjadi karena aku melakukan nya dari sini? Pikir ku dalam benak ku.

Aku akhirnya di bawa ke camp yang telah di bangun oleh Tania, di tempat ini, cukup banyak pengikut Tania. Rata-rata para pengikut Tania adalah para korban perang dan juga yang tidak mempunyai tempat berlindung. Sehingga Tania akan merangkulnya bahkan melatihnya hingga mereka pandai berlatih. Aku cukup terkesima dengan kebaikan Tania. Dia seorang wanita namun dia begitu kuat dan juga berani. Meskipun dia tebilang masih muda, namun aku salut karena dia berhasil membentuk koloni.

Kemudian aku menghabiskan waktu kurang lebih dua hari di sana. Aku di temani oleh Tania untuk mengelilingi wilayah itu. bahkan aku melihat reruntuhan gedung asrama ku yang masih terlihat sama seperti waktu itu.

Selama aku berkeliling bersama dengan Tania, makhluk laba-laba itu tampak tidak terlihat. Padahal aku sudah menunggunya dating. Aku berpikir mungkin aku bisa menyerangnya dan bahkan mengetahui dimana sarangnya berada. Baru saja aku mengatakan hal itu, tiba-tiba saja aku di serang oleh sinar laser berwarna merah dan mengenai punggung ku.

Aku merasakan rasa sakit seperti tertebas oleh sebuah pedang samurai yang sangat tajam. Tania sangat terkejut sehingga dia segera menarik tangan ku dan membawa ku kesebuah semak-semak.

Apakah kau baik-baik saja? Tanya Tania kepada ku. Y-ya, aku baik-baik saja. Apakah aku di serang dengan makhluk itu lagi? Tanya ku dengan terbata-bata. Bukan, kau di serang oleh pesawatnya. Pesawat itu memang selalu menyerang ketika dia melihat manusia yang melintas dalam jangkauannya, jelas Tania.

Tania mulai mengobati luka di punggung ku. Luka yang ku alami saat itu seperti luka bakar namun rasanya seperti tersayat sebuah pisau. Tania mulai mengeluarkan peralatannya dan mulai mengobati luka ku bahkan memberikan perban di tubuhku. Rasa sakit yang tidak bisa kutahan saat itu membuat ku tidak bisa berkata-kata.

Apakah sudah waktunya aku kembali? Jika memang begitu aku akan pasrah saja menerima nya, kataku dalam hatiku sambil memandangi Tania yang sedang mengobati luka ku. Sepertinya aku sudah sangat merepotkan Tania saat ini. Tania mulai membantu ku berjalan kembali ke arah camp. Aku tidak bisa merepotkan Tania seperti ini terus. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali dengan cara menyayat tangan ku lagi ketika aku sudah tiba di camp.

Saat aku sudah tiba di camp, aku berada di tenda satu orang. Tania membiarkan ku untuk tidur di tempat seorangan. Karena Tania berpikir aku akan tidak nyaman ketika bergabung dengan yang lainnya. Saat aku telah berada di dalam tenda, aku meminta Tania untuk meninggalkan ku sendirian. Tania sebenarnya tidak ingin keluar namun aku memaksanya untuk keluar. Sebelum aku kembali, aku menyempatkan diri untuk menulis pesan di sebuah kertas.

" Aku akan segera kembali, jangan khawatir jika kau tidak bisa menemukan ku esok hari. " pesan ku kepada Tania lewat secarik kertas.

Setelah menuliskan pesan untuk Tania, aku mulai menyayat tangan ku dengan sebilah pisau yang selalu ku bawa. Darah mulai bercucuran dan membuat ku lemas seketika. Penglihatan ku perlahan-lahan memudar sampai akhirnya aku tergeletak dan pingsan. Tubuh ku seperti sedang di bawa oleh hembusan angin.

Kali ini aku tersadar cukup cepat. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sadar dengan cepat. Ketika aku tersadar, aku melihat sekeliling ku yang sudah berada di dalam sebuah ruangan yang cukup gelap. Aku mulai meraba-raba sekeliling ku dan mencari pijakan untuk melangkah. Sampai akhirnya tiba-tiba lampu mulai menyala dengan sangat terang sehingga membuat ku menaruh tangan ku di atas kening untuk menghalau sinar yang sangat terang mengenai kedua mata ku.

Aku melihat seorang wanita menghampiri ku dengan jubah dokter. Aku pikir itu mungkin saja Juni. Ternyata benar saja dugaan ku, ternyata yang menghampiri ku saat itu adalah Juni. Raut wajah Juni terlihat sangat cemas saat itu. Aku pun hanya tersenyum memandangi nya. Juni berlari ke arah ku lalu

memeluk ku dengan erat.

Aku sangat senang sudah bisa kembali. Aku pun langsung bergegas mencari kapten Santoso untuk melapor. Juni menemaniku menemui kapten Santoso di ruangan kendali. Saat itu kapten Santoso terlihat seperti seseorang yang sedang memikirkan sesuatu sampai dia tidak begitu menyambut kedatangan ku seperti biasanya. Aku kemudian mulai menyapanya dan dia hanya menyuruh ku untuk menunggu terlebih dahulu.