Chereads / Marriage with Soldier / Chapter 27 - 27. Gangguan Syaraf

Chapter 27 - 27. Gangguan Syaraf

'Menyayangi perempuan ini?'

'Lantas ada apa dengan hatiku, apakah aku mencintai Nora?'

"Ahjussi! Kenapa kau diam? Apakah kau tidak menyayangi aku?"

Pertanyaan Nora Saukilla yang kesekian kalinya membuat Kapten Sean terkejut. Lamunan buyar, dan mau tak mau ia segera menatap wajah cantik tersebut.

"Ahjussi!"

Saukilla juga menatap wajah Kapten Sean, sehingga pandang mereka saling bertubrukan. Meski, tingkah Nora Saukilla layaknya anak kecil, namun tatap di sana membuat Kapten Sean deg-degan. Bahkan, ia sampai tak berkedip.

"Kau tidak menyayangiku, Ahjussi?"

"Nora, lihat! Masakanmu gosong!"

"Tidak! Aku sudah mematikan apinya. Kau berbohong, Ahjussi!"

'Sial! Perempuan ini memang benar-benar!' batin Kapten Sean.

"Ahjussi, apakah aku tidak memiliki Ibu dan Ayah?"

"Kenapa aku selalu kesepian, Ahjussi," sambung Nora Saukilla lagi.

Kali ini tatapan matanya begitu berkaca-kaca, Nora Saukilla menangis merindukan kedua orang tuanya. Hal itu pun membuat Kapten Sean iba dan ia pun gegas memeluk Nora Saukilla dengan erat.

Mata yang berkaca-kaca, Isak yang mulai terdengar, serta terus menerus menyebut nama Ibu. Namun, sejatinya bukan hanya itu yang membuat Kapten Sean iba. Ucapan Saukilla yang mengatakan bahwa dirinya kesepian.

'Maafkan aku, aku tidak bisa sepenuhnya menolongmu.'

"Apa kau mau permen, Nora?"

"Tidak. Aku hanya menunggu jawaban Ahjussi. Apakah Ahjussi menyayangiku?"

'Jika aku tak lekas menjawabnya, pasti perempuan ini akan terus menerus seperti ini. Dan aku tak mungkin bisa segera pergi.'

"Ya, Nona. Aku me ...."

Kapten Sean seketika menghentikan kalimatnya, sebab ia teringat dengan ucapan Mayor Jenderal Hang In Kyo. Yang mana Mayjen pernah berkata jika penyakit yang diderita Nora Saukilla akan merekam semua kejadian masa ini.

Jadi, yang mana jika nanti Saukilla sudah sembuh, kemungkinan besar apa yang terjadi semasa ia terganggu sarafnya, akan tetap melekat saat dirinya sudah sembuh. Maka dari itu Kapten Sean sedikit takut jika nantinya Saukilla akan tetap mengingat hal itu.

Kapten Sean pernah berkonsultasi dengan Mayjen Hang In Kyo. Kebetulan, anak dan istrinya merupakan dokter spesialis saraf dan organ dalam. Kapten Sean banyak bercerita mengenai Nora Saukilla.

Jadi, selama Nora Saukilla berada di kampung militer hanya Mayjen dan Serdadunya saja yang tahu. Selebihnya, itu masih dirahasiakan sebab Kapten Sean tahu jika orang-orang selain Mayjen tak bisa menjaga rahasia.

Beberapa hari yang lalu, markas Tentara angkatan darat Korea Selatan.

"Jadi, dia mengalami gangguan pada syarafnya?" Tanya Mayjen Hang In Kyo seraya kembali menghampiri Kapten Sean.

"Benar, Mayjen."

Kemudian, Mayjend Hang In Kyo mendekati Kapten Sean.

"Kapten Sean, Kau harus benar-benar berhati-hati dengan penderita seperti ini. Apa yang kau katakan, perlakuanmu, dan segalanya yang terjadi pada saat ia terganggu syarafnya maka itu akan terekam. Kelak, saat ia sudah sembuh maka Ingatan itu akan datang lagi." Jelas Mayjend dengan lirih, ia menjadikan ke dua tangannya sebagai tumpuan di atas meja.

Kini, keduanya sedang berada di rungan pribadi milik Mayjend. Mereka berbicara cukup hati-hati agar tak ada yang menyadapnya. Meski pun demikian, Kapten Sean sudah memastikan bahwa tak ada alat perekam suara di ruang tersebut.

Pernah, suatu ketika saat ia dan Mayjen tengah membahas pembicaraan serius rupanya ada alat penyadap suara yany terletak di kaki kursi. Tak asing lagi bagi para abdi negara tentang alat penyadap suara.

Kebanyakan, mereka menggunakan alat tersebut untuk memastikan bahwa tidak ada yang namanya musuh dalam selimut atau sering berbulu domba.

"Lantas, saya harus berbuat apa, Mayjen? Saya tidak mungkin bisa mengantar perempuan itu pulang, sebab saya tidak tahu di mana ia tinggal."

Kapten Sean beranjak dari duduknya. Ia melangkah pelan menuju jendela yang di luarnya tampak diberi pelindung besi. Markas tersebut berada tak begitu jauh dari kediaman Kapten Sean. Mungkin hanya berjarak beberapa kilo meter saja.

Terlihat, di luar sana banyak sekali ibu-ibu yang mengenakan pakaian muslim dingin tengah menggiring anak-anaknya. Mungkin, saat itu para Ibu sangat khawatir jika anaknya mati kedinginan di bawah salju.

Kapten Sean pun kembali menghampiri Mayjen dan duduk di sampingnya.

"Jika dilihat-lihat, sepertinya perempuan itu merupakan keturunan Belanda Indonesia, Mayjen. Wajahnya perpaduan, dan itulah yang membuat saya sulit mengembalikan dia ke negaranya. Jelas tidak mungkin jika saya membuat koran dan menyebar luaskan info orang hilang. Jika Jenderal Besar tahu, ia akan menghukum mati perempuan itu serta akan memberhentikan pekerjaanku." Kapten Sean berkata seraya mengusap kasar wajahnya, ia terlihat begitu gusar.

"Apalagi, Kau tahu sendiri kan, kalau Sersan Dal Mi serta sekutunya sangat membenciku. Mereka begitu ingin menyingkirkan diriku, Mayjen," katanya lagi.

Mayor Jenderal Hang In Kyo pun manggut-manggut seraya melepaskan topi kebanggaannya. Ia tampaknya juga begitu bingung dengan kasus yang tengah menimpa Kapten Sean. Mayor Jenderal Hang In Kyo bisa memahami jika apa yang dilakukan oleh Kapten Sean sudah begitu benar.

Ia mendukung akan hal itu. Sejatinya tugas abdi negara bukan hanya sekadar untuk menjaga wilayah serta kedaulatan bangsa. Namun, juga melindungi sesuatu yang perlu untuk dilindungi. Seperti Nora Saukilla misalnya.

Bukan keinginan Kapten Sean untuk berada pada titik tersebut. Namun, Tuhan dan semesta menepatkan dirinya pada hal itu. Hingga Kapten Sean pun harus menerimanya, toh lagi pula itu juga salah satu amanat yang pernah ia ikrarkan saat sumpah janji tentara.

"Saya paham dengan apa yang tengah bersemayam di kepalamu, Kapten Sean. Apa yang kau lakukan sudahlah benar, saya akan berusaha membantumu." Ujar Mayor Jenderal Hang In Kyo seraya menepuk pundak Sean.

"Yang jelas, saat ini tetap lakukan apa yang menurutmu benar, jangan berlaku atau pun berucap berlebihan pada perempuan itu. Penderita ini memang akan sangat manja, ia akan tunduk pada orang yang baginya tidak berbahaya. Namun, menurut studi yang dikatakan oleh putra saya, ingatkan yang terjadi saat syarafnya tengah terganggu akan terekam jelas di kemudian hari. Saya takutnya, saat kamu menuruti segalanya yang ia mau, maka nanti ia akan menagihnya."

"Benar, Mayjend. Perempuan tersebut juga seperti ini. Ia begitu tunduk padaku, dan ya ... layaknya seperti itulah. Saya benar-benar kasihan dengan perempuan itu, saya akan merawatnya sampai ia sembuh, Mayjen." Dalih Kapten Sean, itu memang hal yang sudah ia putuskan jauh-jauh hari.

"Perempuan siapa, Kapten Sean? Apakah kau memiliki perempuan di kediamanmu?"

Keduanya pun tercengang manakala mendengar suara Jenderal Besar yang tiba-tiba saja masuk dan menyela ucapan Sean. Rupanya, Jenderal Besar tidak sendirian, ia bersama Sersan Dal Mi. Kapten Sean merasa gugup, namun tak lama kemudian Mayor Jenderal Hang In Kyo menjawab.

"Ya, benar, Jenderal Besar!"

Kapten Sean pun menoleh ke arah Mayor Jenderal Hang In Kyo, ia tak menyangka orang yang ia percaya rupanya sama saja.

_Bersambung _