Bel tanda pulang sekolah berbunyi nyaring, guru pun menutup pelajaran dan anak-anak membereskan barang-barangnya bersiap untuk pulang.
"jadi kan nonton drama?." ucap Nazla.
"aduh maaf banget gw ga bisa tiba-tiba ada urusan mendadak." ucap Putri tanpa menoleh ke Nazla dan fokus membereskan barang-barangnya.
"emm gw juga ga jadi mau jalan." ucap Tasya dengan cengiran saat menoleh ke Nazla.
Nazla menatap Tasya sedikit kesal lalu beralih ke teman sebangkunya.
"lu juga?." ucap Nazla sambil menatap Ara.
"Apa sih biasa aja natapnya, kalo lu mau nonton ya ayo gw temenin."
"emang Ara terdabest." Nazla langsung buru-buru membereskan barangnya.
"yaudah kita duluan ya." ucap Putri sambil berdiri dan diikuti oleh Tasya. Nazla dan Ara hanya mengangguk dan melambaikan tangan. tiba-tiba Nazla teringat tatapan Putri ke Ara saat di kantin.
"emm Ra lu beneran ga suka Arlan?" tanya Nazla memulai pembicaraan.
"hah? baru kenal masa udah suka, tapi Arlan baik sih ga menutup kemungkinan."
"emang kenapa sih? lu suka dia?" Ara yang sudah selesai membereskan barangnya menoleh ke Nazla dengan tatapan binggung.
"anjir ga gitu." ucap Nazla sedikit ngegas dan Ara hanya terkekeh.
"trus?"
"ga jadi udah ayo dramanya udah mau dimulai." Nazla langsung berdiri dan berjalan duluan, Ara hanya menyerit binggung dan mengikuti Nazla dari belakang.
saat tiba di pintu kelas Nazla berhenti tiba-tiba dan Ara yang kebetulan baru melihat hp menubruk punggung Nazla.
"nyari Ara ya?" ucap Nazla.
"apaan sih zla berhenti tiba-tiba sakit tau jidat gw." ucap Ara sambil mengusap jidatnya.
"maaf-maaf kaget gw tiba-tiba depan kelas kita ada penunggunya." ucap Nazla sambil berbalik menghadap Ara, Ara menyeritkan dahi bingung. Arlan terkekeh pelan dan menggeser badannya agar terlihat oleh Ara.
"ohh Arlan, ngapain?" ucapnya setelah melihat ke belakang Nazla.
"mau pulang bareng ga?"
Ara terdiam sebentar dan menatap Nazla, Nazla menggangguk pelan sambil mengedipkan matanya.
"ehh- ga bisa gw mau nonton drama sama Nazla." ucap Ara sambil tersenyum tidak enak. Nazla melotot mendengar perkataan Ara.
"gapapa kok Ra gw bisa nonton sendiri lu pulang aja." kode Nazla sambil tersenyum aneh. Ara menyeritkan dahinya tanda tak mengerti Nazla menghela nafas karena Ara yang tidak peka.
"ohh nonton drama ya, gw boleh ikut?" ucap Arlan ke Ara.
"boleh?" Ucap Ara ke Nazla. Nazla menepuk jidatnya pelan.
"bolehh bgt yuk, udah mau mulai." dia pun berjalan duluan meninggalkan Ara dan Arlan yang masih di depan pintu.
"apa sih aneh bgt dia." Ara kesal sekaligus binggung dengan sifat Nazla.
"yaudah yuk susul dia." ucap Arlan setelah terkekeh pelan.
"ohh iya kenapa lu ngajak pulang bareng? kan rumah kita lawan arah?" tanya Ara.
"emm- mau terima kasih aja sih udah dikasih bolu."
"yaampun padahal gausah santai aja, lagian kan tadi udah kasih jus."
"beda lagi itu mah, lu biasanya kalo pulang naik apa?"
"bus atau Tj tergantung sih."
"berangkat juga? emang ga takut telat?"
"kalo berangkat ga. Kadang dianter,naik ojol atau taksi."
"ga dianter Rafi?"
"kadang sih kalo dulu sering, lagian gw ga mau juga soalnya dia beda sekolah plus udah ada Gista."
"btw kenapa deh nanya-nanya?" Ara berhenti sebentar sambil menyeritkan dahi heran.
"ga suka ya ditanya-tanya?"
"ga kok cuma aneh aja." ucap Ara acuh sambil memasuki aula lalu melihat sekeliling aula dan pandangannya tertuju ke Nazla yang ada di bagian depan lalu menghampirinya. Ara pun duduk di sebelah Nazla dan Arlan duduk di sebelah Ara. intinya Ara ada ditengah-tengah.
mereka pun menikmati drama yang ditampilkan oleh kakak kelas. saat penutupan para kakak kelas menutupnya dengan tarian salah satu boyband Korea yang lagunya sedang hits. Ara dan Nazla terpukau melihat tarian yang lumayan rumit juga musik yang enak didengar.
"Zla ini lagunya enak bgt ga sih." Ucap Ara antusias
sambil menoleh ke Nazla. pandangan Nazla yang masih terfokus pada hpnya. Ara hanya tersenyum tipis Arlan yang dari tadi fokus ke Ara ikut tersenyum walaupun tidak tau apa yang Ara senyum kan.
Drama pun selesai mereka bertiga keluar dari aula, Nazla keluar dengan wajah yang berseri-seri.
"ekhm." Ara sedikit berdehem.
"ehh iya Ra lu mau pulang bareng gw?" ucap Nazla.
"ga usah dia bareng gw aja." ucap Arlan tiba-tiba.
"ehh- gausah gw naik bis aja."
"udah sore Ra ga baik pulang sendiri, iya kan Zla."
"ehh- iya Ra ga baik pulang sendiri." Nazla menyetujui ucapan Arlan sambil mengangguk-angguk kecil. Ara menatap keduanya aneh.
"yaudahh gw duluan ya Ra." ucap Nazla dengan senyum canggung dan melesat pergi.
"Nazlaa lu utang cerita ke gw." teriak Ara. Nazla berhenti lalu berbalik dan mengacungkan jempol tanda mengerti.
"yaampun Ra gausah teriak-teriak juga kali."
"Nazla tuh suka budek kalo ga diteriakin." ucap Ara dan Arlan hanya terkekeh pelan.
"yaudah yuk balik." Ara mengangguk lalu mereka berdua berjalan menuju parkiran. saat diparkiran Arlan memakai helmnya lalu memberikan helmnya yang satunya ke Ara.
"kok lu bawa 2 helm?" tanya Ara heran.
"buat lu, kalo mau pulang bareng gw." ucap Arlan santai. Arlan memasang jaket ke pinggang Ara.
Ara terdiam. Arlan tersenyum tipis setelah itu Arlan mengulurkan tangan agar Ara mudah untuk naik.
Tanpa berpikir panjang seperti saat pertama, Ara menerima uluran dan langsung naik ke motor sport Arlan. setelah Ara naik Arlan pun menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
saat tiba di depan gerbang rumah Ara, terlihat seseorang yang familiar sedang bersandar dimobilnya. Arlan memberhentikan motornya tepat di depan orang tersebut. Ara turun dibantu oleh Arlan.
"kok dateng ga bilangan-bilang?" ucap Ara sambil mendekat ke orang tersebut. Arlan hanya memandang dalam diam.
"gw udah nelpon tapi ga diangkat." balasnya. Ara langsung mengecek hp nya di tas dan ternyata hp nya mati.
"maaf, abis batre Fi." ucap Ara sambil menunjukkan hpnya dan hanya dibalas anggukan.
"nih dari anak-anak katanya makasih, bolunya enak kaya biasanya." ucap Rafi sambil menyodorkan plastik berisi es krim. Ara mengambil plastik tersebut dengan antusias.
"tau aja kalo gw suka es krim, makasih." Ara tersenyum senang melihat isi plastik tersebut.
"yaudah sana masuk keburu meleleh tuh es." ucap Rafi dan dibalas anggukan oleh Ara.
"ohh iya, makasih Lan udah nganterin, hati-hati." Ara tersenyum dan melambaikan tangan ke Arlan dan dibalas lambaian tangan juga oleh Arlan.
"lu juga fi, hati-hati." Ara pun berlari kecil memasuki rumahnya.
"bisa ngomong bentar?" ucapan Rafi membuat Arlan yang bersiap untuk pergi jadi terdiam binggung menyeritkan dahinya.