Zion tak henti hentinya gelisah sendiri saat dia berada di dalam mobilnya. Beberapa kali dia melirik ke arah arloji yang melingkar indah di pergelangan tangannya.
Entah kenapa dia benar benar tidak sabar supaya cepat sampai di rumahnya. Entah lah, dia sendiri tidak tau apa yang terjadi padanya, mengapa tiba tiba dia menjadi sangat tertarik untuk kembali ke rumahnya.
Bahkan tadi saat dia sedang memimpin rapat penting di kantornya, beberapa kali dia ketahuan sedang tidak fokus oleh sekretaris pribadinya.
"Kita sudah sampai pak. " Ucap laki laki yang tadi mengemudi kan mobil Zion.
Saat mendengar ucapan laki laki itu, Zion bergegas keuar dari dalam mobilnya. Zion langsung masuk ke dalam rumah. Saat berada di rumah, Zion terlihat mencari cari seseorang.
"Selamat sore tuan." Sapa bi Inah saat melihat Zion yang terlihat linglung mencari seseorang.
"Selamat sore bi Inah. Di mana gadis itu? Kenapa saya tidak melihat nya dari tadi?" Tanya Zion yang langsung membuat bi Inah tersenyum tipis. Bi Inah sudah begitu kenal dengan Zion, dia adalah asisten yang paling lama mengabdi kepada Zion. Sehingga hubungan mereka bisa terbilang lebih dekat dari pada seperti hubungan ZIon ke pada asisten nya yang lain.
"Kenapa bi Inah malah senyum senyum?" Jawab bi Inah sambil menunjuk kan senyum kecil nya.
Zion hanya mengangkat bahu nya. "Jadi di mana gadis itu?"
"Non Abi sedang ada di kamarnya tuan. Mungkin beliau sedang istirahat." Jelas bi Inah yang di balas anggukan oleh Zion.
"Hemmm. Kalau begitu bi Inah bisa lanjut kerja, saya akan naik ke atas." Pamit Zion, lalu beranjak dari tempat nya menuju lantai dua rumah nya.
Saat Zion sudah berada di lantai atas, sejenak dia melirik ke pintu putih yang ada di depan nya. Entah mengapa Zion ingin sekali masuk ke sana dan bertemu dengan gadis kecil nya, namun entah kenapa juga kaki nya seakan akan tidak ingin pergi ke sana.
Akhir nya setelah beberapa lama berpikir, akhir nya Zion memutus kan untuk melihat apa yang sedang di lakukan penghuni kamar itu di dalam sana.
Dengan perlahan tangan nya menekan gagang pintu, dan akhir nya, Ceklekkkkk..
Pintu terbuka. Zion dengan hati hati melirik ke dalam kamar. Senyum tipis Zion terukir saat melihat gadis kecil yang sejak tadi selama dia di kantor sudah menarik pikiran nya. Zion melangkah kan kaki nya perlahan agar masuk ke dalam kamar.
Zion menatap lekat wajah gadis itu. Dia mendekat kan wajah nya ke arah gadis itu, dan kembali senyuman nya tiba tiba sudah terukir di wajah nya. "Cantik." Ucap Zion pelan.
Dengan hati hati Zion beranjak ke atas ranjang. Dia melakukan semua nya dengan sangat hati hati, dia tidak mau jika gadis kecil nya terbangun.
Dia menidur kan tubuh nya di samping Abi. Saat Zion sedang mencari sisi yang paling nyaman, tiba tiba Abi bergerak dan tiba tiba memeluk tubuh Zion. Wajah mereka saat ini sangat dekat, jika sedikit saja Zion menggerak kan kepala nya dia yakin jika bibir mereka pasti akan langsung bersentuhan.
Saat Zion sudah berusaha untuk tidak menggerak kan tubuh nya, Abi malah tidak bisa tenang dan akhirnya.....
cupppp
Kini bibir mereka saling bersentuhan. Abi yang merasa ada benda kenyal yang sedang menempel di bibir nya perlahan membuka mata. Mereka saling memandang, bibir mereka masih dalam posisi yang sama.
satu detik....
dua detik..
tiga detik.... hingga lima detik berlalu
Akhir nya Zion yang mulai tersadar langsung menjauh kan tubuh nya dari arah Abi, sedang kan Abi yang masih kaget masih diam dan belum mengeluar kan kata apa pun.
"Ka... Kak Zion."
"Kak Zion ngapain disini?
"Trus apa yang ka Zion lakuin sama Abi?" Tanya Abi yang masih gugup.
"Kamu ngak usah salah paham dulu. Tadi saya cuman mau tidur di sini, tapi kamu malah main nyosor aja."
"Heh, Abi ngak mungkin main nyosor nyosor aja. Pasti ka Zion yang mulai duluan."
"Maksud kamu?" Tanya Zion sambil mengangkat alis nya bingung.
"Ya gitu. Abi ngak mungkin nyium ka Zion duluan. Mending ka Zion ngaku aja deh ke Abi."
"Iya kan? Ayo ngaku. Bener kan kata Abi?" Ucap Abi beberapa kali sambil menunjuk nunjuk Zion, hingga akhir nya Zion geram dan langsung menarik tangan Abi lalu mencium nya.
Cupppp
Abi terdiam dan langsung menatap Zion. Zion melanjut kan aksi nya. Zion kembali menempel kan bibir mereka. Beberapa kali Zion memaksa untuk masuk lebih dalam ke mulut Abi namun Abi sama sekali tidak memberi jalan.
"Kamu memang tidak ingin memberi saya jalan atau kamu yang bodoh?" Tanya Zion saat dia sudah melepas kan ciuman nya namun posisi nya masih menindih tubuh Abi.
"Ma.... maksud ka Zion? Abi ngak bodoh kok, Abi pinter."
"Seriusan Abi pinter kok. Bukti nya di sekolah, Abi selalu juara."
"Maksud saya bukan itu Abi." Ucap Zion frustasi mendengar jawaban Abi tadi.
"Trus maksud ka Zion apa?" Tanya Abi bingung.
"Kenapa kamu belum bisa mengimbangi ciuman saya? dari tadi saya sudah memaksa untuk masuk kenapa kamu malah tutup mulut?." Jelas Zion yang langsung membuat wajah Abi memerah.
"Kamu memang tidak ingin memberi saya jalan atau kamu tidak tahu cara nya? Padahal kemarin kita sudah latihan bukan." Jelas Zion sambil memain kan matanya.
"A.. Abi bu..." Belum selesai Abi mengucap kan kata kata nya Zion langsung memagut bibir Abi. Dia bermain main dengan bibir Abi.
Beberapa kali Zion memagut bibir atas dan bibir bawah Abi secara bergantian. Setelah beberapa lama, akhir nya Abi mulai bisa mengikuti ritme yang di berikan oleh Zion.
Zion berusaha menyusup kan lidah nya agar bermain lebih dalam di dalam mulut Abi. Abi terlihat sangat menikmati ciuman yang di berikan oleh Zion. Kini reaksi Abi sudah terlihat seperti orang yang terbiasa melakukan ini, tidak sekaku waktu pertama tadi.
Saat kedua nya merasa bahwa pasokan oksigen yang ada pada mereka semakin menipis, Zion perlahan melepas ciuman itu.
"Bagaimana?" Tanya Zion singkat.
"Apa nya yang bagaimana?" Tanya Abi kembali.
"Seperti nya kamu sudah mulai bisa mengimbangi ritme saya. Reaksi kamu tadi seakan akan kamu sudah terbiasa melakukan nya."
"I... Itu.. A.. Apa... mak... Maksud Abi." Ucap Abi terbatah batah, dia sendiri tidak tahu apa yang akan mau dia kata kan pada Zion.
"Berarti kita bisa melaku kan nya lebih sering kan?" Tanya Zion menggoda Abi. Wajah Abi kini pasti sudah merah seperti tomat, bagaimana tidak, Abi rasa wajah nya kini sudah panas sekali bahkan untuk menggoreng telur saja pasti bisa matang.
"Sudah lah. Abi ngak mau bahas itu lagi."
"Sekarang Abi mau tanya, ka Abi kenapa masuk ke kamar Abi? Ka Zion kan punya kamar sendiri." Ucap Abi berusaha mengalih kan pembicaraan mereka
"Karena saya mau tidur." Jawab Zion singkat dan langsung memeluk tubuh Abi.
"Tapi ka Zion kan punya kamar sendiri, kenapa tidur nya di kamar Abi?"
"Karena saya akan selalu tidur sama kamu, baik itu di kamar ini atau kamar saya. Itu sama saja, asal saya bisa tidur bersama kamu."
"Maksud ka Zion?"
"Sudah lah. Saya capek mau tidur. Yang jelas kamu akan selalu menjadi bantal guling yang harus saya peluk setiap saya ingin tidur." Ucap Zion sambil memejam kan mata nya.