"Baiklah jika kau meminta seperti itu. Aku akan mengabulkan permitaan mu." Ucap Zion sambil menggerakkan jarinya secara perlahan untuk menarik pelatuk pistol yang masih tetap ada di dahi Abi.
"Selamat tinggal ayah bunda, Abi sayang ayah bun..."
Dorrr.... dorrr...
Bersamaan dengan suara tembakan itu. Tubuh Abi langsung oleng dan terjatuh tepat ke pelukan Zion. Zion mengeluarkan senyumannya yang begitu menyeramkan sambil terus memperhatikan kondisi Abi yang sudah terkapar lemah di pelukannya.
Dia tau bahwa sebenarnya gadis kecil ini sudah takut sejak tadi, namun akibat dari keras kepalanya mengakibat kan salah satu anak buah Zion harus tewas saat itu juga.
"Tuan, saya akan membawa gadis ini ke kamarnya." Ucap Angga- asisten sekaligus orang kepercayaan Zion.
"Lebih baik kamu urus anjing anjing itu. Aku yang akan mengurus gadis kecil ini."
"Baik Tuan."
"Seperti biasa, lakukan semuanya dengan rapi. Jangan ada cela sedikit pun." Titah Zion yang di balas anggukan oleh Angga. Zion langsung menggendong tubuh Abi dan membawanya masuk ke dalam kamar pribadinya.
Dia meletakkan tubuh Abi perlahan ke atas kasur king sizenya. Setelah merasa Abi sudah berada dalam posisi yang nyaman, Zion menyelimuti setengah tubuh Abi dengan selimut.
Zion menatap Abi sejenak. Laki laki itu mengamati setiap lekuk wajah Abi.
'Cantik' Satu kata itu berhasil keluar dari dalam bibir Zion.
Zion ikut membaring kan tubuhnya di samping Abi. Dia menarik tubuh kecil Abi ke dalam dekapannya.
***
Abi mengerjapkan matanya berulang kali. Kepalanya terasa pusing. Tapi... tunggu.. aroma apa ini? mengapa aromanya wangi sekali? Abi nyaman sekali saat mencium aroma ini.
Abi membuka matanya perlahan, dan betapa terkejutnya dia saat dada telanjang seseorang sudah berada di hadapannya saat ini. Dengan perlahan Abi menggerak kan kepalanya ke atas untuk melihat siapa orang yang ada di depannya saat ini.
Aaaaaaa....
Abi langsung terlonjak kaget saat menyadari bahwa orang yang ada di hadapannya saat ini adalah Zion. Zion langsung terbangun, saat mendengar teriakan seseorang di depannya. Zion menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Kenapa Abi bisa di sini? Dan kenapa kakak tidur di samping Abi? Bukannya tadi kakak mau tembak Abi?" Tanya Abi panjang lebar namun di acuh kan begitu saja oleh Zion.
Zion malah menarik Abi agar kembali ke dalam dekapannya. "Lepasin Abi." Ucap Abi sambil berusaha melepaskan pelukan Zion, namun tidak berhasil karena Zion makin mengeratkan pelukannya.
"Diam, dan ikuti saja apa yang aku katakan, atau aku akan mencium mu sekarang juga." Abi langsung terdiam begitu mendengar ancaman yang di ucap kan Zion.
Abi kini pasrah, dia berada dalam dekapan tubuh Zion. Namun jika bisa berkata jujur, Abi merasa nyaman saat berada dalam dekapan tubuh Zion, aroma tubuh Zion begitu nyaman saat mengenai indra penciuman Abi.
Sudah lebih dari lima belas menit, mereka masih nyaman dengan posisi masing- masing. Zion yang masih terus memeluk tubuh mungil Abi, dan Abi yang masih nyaman mencium aroma tubuh Zion. Belum ada pembicaraan sama sekali, hingga akhirnya Abi memberanikan diri untuk memulai pembicaraan mereka.
"Mmmmm ka? Abi boleh minta sesuatu ngak?" Ucap Abi pelan, yang membuat Zion melepaskan pelukan nya dan memberikan jarak di antara mereka.
"Apa?" Jawabnya singkat.
"Abi mohon, jangan sakitin ayah sama bunda Abi ya? Kalau kak Zion marah, lampiasin aja sama Abi tapi jangan sakitin ayah sama bunda. Abi sayang banget sama ayah dan bunda. Abi cuman punya mereka, Abi ngak mau mereka kenapa napa. hiksssss" Ucapnya lalu berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapan nya.
"Abi janji, Abi bakal ngelakuin apa pun yang kak Zion suruh ke Abi, tapi jangan sakitin ayah sama bunda kak. Abi mohon. hiksss.... hikss." Ucap Abi dengan air mata yang terus keluar dan membasahi bantal tidurnya.
"Kenapa tiba tiba kamu bicara seperti itu?" Tanya Zion sambil menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Abi cuman ngak mau kalo kak Zion sakitin ayah sama bunda Abi kayak yang kemarin kakak bilang. Abi mohon ya kak." Ucap Abi sambil meraih tangan Zion lalu menggenggam nya.
Zion langsung terdiam saat Abi menggengam tangannya. Dia gugup, namun dia tidak boleh terlihat gugup di hadapan Abi. Abi pasti akan menganggapnya lemah jika mengetahui dirinya sedang gugup hanya karena tangannya di sentuh.
"Kenapa kau tidak mau mereka terluka? Dan kenapa kau sampai rela memohon seperti ini kepada ku hanya untuk mereka?"
Abi terdiam sejenak. Abi menarik nafas dalam sebelum berucap. "Aku sangat menyayangi ayah dan bunda. Jangan kan hanya memohon seperti ini, mati pun Abi rela kalau itu bisa membuat ayah sama bunda selalu sehat. Abi yakin, kakak juga akan melakukan hal yang sama kalau ayah sama bunda kakak dalam bahaya."
Zion terdiam, dia menatap wajah Abi dengan intens. Apa dia juga akan melakukan hal yang sama dengan apa yang gadis kecil ini katakan, jika seandainya orang tuanya masih hidup dan dalam bahaya seperti yang tadi Abi katakan. Apa dia akan rela menggantikan nyawanya demi menyelamat kan nyawa orang tuanya?
"Kenapa diam kak....?"
"Zion. Ngak usah panggil kakak." Ucap Zion yang membuat Abi tertawa. Zion langsung terpana saat melihat Abi tertawa, ada apa ini? Perasaan apa yang sebenarnya terjadi pada Zion. Mengapa hanya dengan melihat Abi saja dia langsung terpana seperti ini. Tidak hanya itu, bahkan saat tadi tangan nya di sentuh saja, dia langsung gugup. Ahhh sudah lah, mungkin ini hanya perasaan nya saja.
"Ayah sama bunda selalu ajarin Abi supaya sopan sama orang yang lebih tua, dan kak Zion umur nya pasti lebih tua dari Abi makanya panggil kakak."
"Sok tau."
"Ihhh emang bener kok. Dari mukanya aja udah keliatan kalo kak Zion lebih tua."
"Maksud kamu, muka saya tua?" Tanya Zion dengan wajah sangarnya.
"Ngak kok, muka kak Zion ganteng. Cuman, ya begitu...." Abi sengaja menggantung ucapannya dan membuat Zion menunggu Abi melanjut kan ucapannya.
"Begitu gimana maksudnya?" Tanya Zion sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Kak Zion emang ganteng sih, tapi mukanya tetep keliatan lebih tua dibandingin sama muka Abi yang cantik." Ucap Abi penuh percaya diri.
"Iya kamu cantik."
"Apa?"
"Emmm ngak ada, ngak usah di bahas lagi. Lebih baik sekarang kamu diam, saya mau tidur lagi." Ucap Zion yang langsung menarik tubuh mungil Abi untuk masuk ke dalam pelukan nya lagi.
"Kalo kakak mau tidur, tidur aja. Kenapa harus peluk peluk Abi?" Ucap Abi sambil berusaha melepas kan pelukan Zion.
"Kalo kamu masih memaksa untuk keluar, jangan salah kan saya kalau ayah dan bund...." Ucapan Zio langsung terpotong saat Abi tiba tiba membalas pelukan nya.
"Jangan apa apain ayah sama bunda. Abi minta maaf. Kakak bisa peluk Abi lagi kok." Ucap Abi sambil mempererat pelukan nya pada Zion, sedang kan Zion tersenyum puas.
"Bagus gadis kecil. Kalau kamu menurut seperti ini, tidak akan terrjadi apa apa dengan ayah dan bunda mu."
"Iya, Abi janji."
Tidak beberapa lama, mereka larut dalam kenyamanan masing masing. Abi dan Zion tertidur dalam pelukan mereka berdua. Abi yang sangat menyukai aroma tubuh Zion membuatnya nyaman dalam pelukan tubuh Zion.
Wangi rambut Abi yang begitu menyegarkan membuat Zion juga nyaman berlama lama memeluk gadis kecil yang menjadi tawanan nya itu.