Sinar matahari pagi membangunak ku, seperti pagi hari biasanya aku menatap langi-langit kamar sambil merencanakan kegiatanku seharian.
Setelah beberapa saat aku ingin beranjak aku menemukan tanganku terbebani sesuatu, aku menoleh untuk melihat apa itu namun aku langsung mengalihakan pandanganku.
Aku lupa tentang kejadian semalam!
Sambil larut dalam pemikiran ku sendiri dan memikirkan hal-hal ribet setelah ini. Putrianna menatap ku sambil tersenyum licik, itu cukup manis dan … menyeramkan.
" hai, selamat pagi putri cantik " sambil mengelus rambutnya aku berusaha untuk membuat dia tidak memikirkan kejadian semalam agar aku setidaknya dapat bernafas hari ini.
" aku kira kau akan terus latihan mati dan meninggalkan pertanggungjawaban mu " dia menikmati memandangku dengan pikiran-pikiran liarnya untuk menyiksaku, itu terpancar dari sorot mata nya yang tenang namun serius.
" aku minta mafssss… " dia menempelkan jari nya yang lembut ke mulutku.
Dia lagi-lagi naik dan duduk di atas ku, " diam kau kalau masih ingin hidup dengan nyaman dan jangan membahas itu lagi ! "
" semalam adalah bentuk permintaan maaf mu, jika kau melakuakn kesalahan lagi akan aku pastikan tidak akan ada wanita lain di dunia ini yang mendekati mu selain aku. "
" aku akan menaruh label besar di keningmu bahwa kau milikku, sehingga takada satu wanitapun mau mendekatimu bahakan saat kau dekati mereka " dia menyeriangai nakal padaku.
" oke, baik, kau menang " sambil menghela nafas aku menyerah dan mengangat tangan ku.
" apa yang kau mau ? "
" aku ingin kau menemaniku hari ini, SEHARIAN PENUH ! " sambil mengambil kucir rambut di meja lalu mengikat rambutnya, adegan yang bagus untuk memulai pagi ini. Aku berucap dalam hati untuk menghibur diri untuk siksan hari ini.
" Dan aku ingin kau bergabung ke guild ku, agar aku bias mengawasi tindakan mu menipu para gadis polos diluar sana dengan segala tipu muslihat yang menyestkan " dia berkata sambil membelai wajahku, terdapat jejak acaman dalam suaranya.
Aku mengerutkan kening dan menjatuhkan tubuh putrianna lalu menindihnya dengan kedua tangan ku menyangga badan agar tetap menjaga jarak dari mukanya.
" tidak semudah itu menjinakan serigala yang kesepian ini putri, butuh lebih dari sekedar daging segar yang legit itu " aku menekankan lutut ku yang terletak di antara kakinya.
Putriana memerah karena malu, dan ia menyerah pada gagsan untuk memasukan ku dalam kandang peliharaan yang ia sebut guild. Kami mengakhiri percakapan ranjang pagi dan segera mandi, selesai dengan urusan pribadi kami masing-masing lalu memasak dan makan bersama.
Pagi ini dia memintaku untuk mengantarnya berbelanja dan bersenang-senang seperti sepasang kekasih. Iya kekasih, sebuah hubungan yang absurd menurutku namun karena aku mencintai kehidupan damai ku maka aku menurut.
Setelah hari menunjukakan siang hari kami makan disebuah restoran, aku sudah lelah, bukan secara fisik namun secara mental.
" hari ini menyenuagkan sekali, aku merasa seperti tuan putri yang sedang di kawal pangeran nya. Indah sekali kalau hari seperti ini terjadi setiap hari " sambil menyendok es krim yang ia pesan bicara seperti dia yang paling benar.
Aku menyandarkan diriku pada sofa, terlentang seperti mayat yang mati karena kelelahan.
" kau memang putri, kau lupa ? tapi aku minta maaf putri aku buka pangeran dalam peran khayalan mu, aku lebih mirip anjing peliharaan yang malas namun di paksa jalan-jalan oleh majikan nya. Diseret kemanapun majikannya melihat tanda diskon di setiap toko! " aku menngupat karena lelah, namun aku takut makin terikat dalam lingkaran setan yang dibuat iblis betina bernama Putrianna.
" oh jadi kau tidak menikmati kencan kita. "
" kau ingin jadwal juga besok ? " dia memainkan alis nya sambil menatapku main-main.
" tolong, hamba mohon, hamba tidak kuat lagi tuan putri. Ampuni hidup hamba yang tidak berguna ini " aku sudah membayangkan jiwaku terbang dari tubuhku kalau terjadi hal seperti ini berulang kali.
" mengenai WOT, kau berada di camp mana ? "
" Crack Town "
" apakah kau telah membentuk kelompok dengan pemain baru ? "
" belum, aku masih mempelajari dan membiasakan diri dengan game karena memang aku tak pernah bermain game VR sebelumnya "
" aku menyarankan agar kau membentuk grub, agar memudahkan banyak hal "
" aku bukan tak mau, hanya aku mungkin hanya membebani orang lain karena ketidak mampuan ku "
" tepat itu juga salah satu fungsi grub "
Putrianna menimpali, ia menjelaskan teknis-teknis lainnya hingga kami selesai makan.
Matahari telah turun, lampu jalan mulai menyala aku di menyetir ke sebuah bukit di pinggir kota. Ketika kami sampai hari sudah malam, aku diminta untuk menepi disebuah tanah lapang tepat di atas tebing yang menyuguhkan pemandanangan kaki bukit di ikuti gemerlap kota yang jauh.
Dia mengajak ku untuk keluar dari mobil dan menikmati udara di luar yang sejuk, kami pun berdiri didekat pembatas sambil memandangi kota. Terjadi keheningan sesaat antara kami, mungkin karena kami sama-sama lelah dengan urusan kami masing-masing.
Setelah keheningan sesaat putrianna mendekatiku, dia mengenggam tanganku dan meletakan di pipinya.
" hangat seperti biasanya " sambil bermanja-manja dengan tanganku,
" inilah kenapa aku berjuang untukmu slammet, bahkan kalau dunia ini dingin namun kau tetap hangat untukku "
" aku tau keegoisan ku sudah sangat banyak padamu."
" tapi bolehkah aku bersikap egois lagi kali ini ? "
dia melepaskan tanganku lalu meletakan wajahnya ke dadaku.
" aku ingin kau jadi milikku "
dia berbicara dengan keras agar suaranya tidak kalah dengan suara deru angin.
" … " aku diam sesaat dan ingin memastikan sesuatu.
" bukankah saat ini aku milikmu ? atau kau ingin putaran kedua kencan kita ? " aku memeluk dan mengusap rambutnya yang lembut.
" tidak " dia melepaskan pelukan ku dan menggeleng.
" kau memang berada tepat di depan ku, namun hatimu tidak demikian " dengan tatapan memohon dan berharap.
" aku ingin dirimu, semua tentangmu, sedih mu, bahagiamu, marah mu, perhatianmu, perasaanmu, bahkan beban dihatimu "
" aku ingin kau menganggap ku lebih dari sekedar sahabatmu "
Aku jadi diam, lebih diam dari batu. Aku bukan ingin menolaknya karena aku tidak suka, aku suka itu tapi lebih dari rasa suka ku ada rasa takut.
Takut untuk membuatnya bersedih, takut untuk mengecewakan harapan besar nya, takut untuk melukainya dengan semua sikap ku yang cenderung penghianat.
Aku tak mau satu-satunya orang yang bias aku percaya pergi dariku.
" aku mau, tapi aku tak bisa " menatapnya hangat aku mengelus pipinya.
" sejujurnya aku mencintaimu lebih dari yang kau bayangkan, tapi aku tak bisa menunjukan nya "
" aku takut hanya kekecewaan yang menunggu mu " aku berusaha membuatnya tetap tenang dan menjelaskannya secara perlahan.
( PLAK )
Dia menamparku bahkan sebelum aku menabahkan hal lainya, aku bisa mengerti atas kemarahannya karena ku tolak. Aku hanya diam dan tersenyum setelah tamparan nya, dan aku akan meminta maaf.
" aku muak dengan permaiana pura-pura mu slammet, aku tau semua tentangmu baik dan buruk mu. Bahkan sikap yang tidak ibumu tau ! "
" aku bersama mu sejak kita masih kecil, dan sejak dari lama aku menyimpan rasa padamu. Kau mungkin bisa menolak ku saat kita masih umur 12 tahun tapi saat ini kita sudah cukup mampu memutuskan semuanya sendiri … dan aku cukup berani menyatakannya "
" aku mengakui dan melakukan segalanya untukmu dengan aku mengetahui bagaimana kau "
" aku tau kau memiliki sikap kecenderungan untuk berkhianat atau sikap-sikap busuk mu yang lainya, tapi aku siap untuk itu. "
" bukan untuk pasrah dan meneriamu begitu saja, tapi aku siap untuk memperbaiki itu ! "
" aku tau kau demikian karena kau telah kecewa dengan banyak hal, aku tau dan tidak bisa melakukan apapun saat itu. Saat dunia mengkhianatimu dengan banyak hal "
" aku ingin memperbaiki semuanya, melihat senyum tulus bahagiamu dulu saat kita pertama bertemu. Begitu sederhana dan tanpa kewaspadaan akan apapun "
" jadi aku mohon padamu kabulkan keegoisan ku kali ini " dia kembali mendekapkan mukanya namun kaliini dengan campuran isak tangis, dia mungkin ikut merasa tertekan karena penderitaan ku.
Namun aku tak mernah mengutuk takdir yang aku miliki, kepribadian ku saat ini terbentuk dengan ratusan luka yang bisa membuat gila seseorang. Tapi disisi lain aku bertemimakasih.
Dalam kegilaan dunia ini, kejamnya kehidupan, dan kewaspadaan yang tak pernah bisa turun dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Masih ada putrianna yang menjadi tempatku untuk jujur sebagai manusia biasa yang lemah, tak merasa takut untuk di tikam dari blakang ataupun terbunuh karena persaingan bisnis orang lain.
Sesaat aku berfikir untuk menerima pemintaannya dengan senang hati, namun hati nuraniku tidak mengijinkannya. Sifat biadabku sudah terukir dalam di jiwaku bahkan tanpa aku sadar atau tidak terkadang sikap-sikap buruk keluar begitu saja.
Namun sebelum aku menegaskan penolakan ku dia berbicara pelan di sebelah telingaku,
" aku tau ini semua mendadak, aku tau aku bukan yang terbaik untukmu, tapi setidaknya percayalah padaku. "
" aku tidak memintamu untuk berada dalam kekangan ku, aku tau kecenderungan mu memilih bebas dan suka-suka. Aku tidak akan menyangkal pilihan mu, namun setidaknya saat kau akan menjadi liar lihatlah gelang ini. Dan ingatlah bahwa aku mencintaimu dan menunggumu untuk menerima ku seutuhnya "
dia menyerahkan gelang hitam legam seperti obsidian, ia bersniar unggu saat memantulkan cahaya. Benar-benar gelang yang bagus dan mahal, dia sangat tau aku paling tidak suka memakai barang mahal.
" Menampar satu wajah dengan dua tangan, benar-benar wanita idaman ku Kejam dan efisien."
Gumam ku dalam hati.
Aku menghela nafas berat dan memandang gelang dengan pikiran dalam, akankah aku bisa berubah ? atau malah makin parah ? pikiran itu mengamuk dalam otak ku, namun dengan melihat wajah Putrianna yang sayu sehabis menanggis aku melunak, Dan memutuskan untuk menerimanya dan mengambil resiko.
" Baiklah aku mau, aku mau mencintaimu, berbagi suka dan duka denganmu, menuruti keinginan mu. "
" namun aku minta jangan terlalu berharap, karena aku tak mau di bunuh dalam apartemen ku sendiri dengan mengenaskan bahkan sebelum menghasilak keturunan yang cantik seperti ibunya " aku mengusap air matanya dan menggodanya, dengan respon wajahnya memerah dan langsung memalingkannya dia menjawab.
" terimakasih slammet, setidaknya aku punya alasn lebih kuat untuk berjuang "
" I love u so fuckin mutch " dia memainkan wajahku.
" hmmm " respon ku sebal.
" apakah yang tadi cuma kebohongan ? " dia mengertukan kening atas respon ku.
" iya-iya, I love u too " aku mengalah.
Dia hanya tersenyum riang dan mengajak ku pulang, saat di mobil ia menanyakan kembali tentang bergabung dengan guildnya namun aku tetap tak ingin terikat dan di awasi.
" Kau benar-benar tidak ingin bergabung dengan guild ku ? "
" Tidak "
" Kalau kau bergabung setidaknya kau bisa menemukan tempat dan orang-orang yang bisa kau percaya, aku bisa memastikan ketersediaan item yang kau butuhkan "
" Tetap tidak "
" Aku akan mencari dan berkembang dengan kemampuan ku sendiri "
" Aku tak ingin menambah beban pikiran mu "
Putrianna mengerutkan keningnya " aku lebih pusing saat tidak mengetahui apa sikap mu kau tau ? "
" Aku tidak ingin terjadi kasus kau menipu pemain wanita dalam grub mu dan menidurinya, memperlakukan mereka seperti boneka mu "
" Hei !. Aku tidak sebejat itu, tapi mungkin beberapa akan menjadi penghangat kasur ku " aku tersenyum bejat dan tertawa membayangkan hal tersebut, Dan dia merespon dengan mencubit ku.
" Huff, setidaknya Jagan timbulkan banyak masalah " dia menyilangkan tangan nya tanda kesal.
" Berarti aku boleh tidur dengan siapapun ? " Aku menggoda nya dan berpura-pura bidah.
" Tidak. dasar berengsek !, Aku tidak melarang bukan berarti memperbolehkan. "
" Kurangi sifat bejad mu itu dan hargai aku sebagai pacar mu " mengerutu tentang itu di sepanjang jalan. Hingga kami tiba di rumahnya, aku segera ingin pulang setelah mengantar nya namun langsung di hentikan dan mengajak ku makan bersama orang tuanya.
Saat kami makan dia mengumumkan kepada orang tua nya bahwa kami bertunangan, mereka kaget dengan pemberitahuan putrinya yang mendadak tersebut. Namun dia meyakinkan orang tua nya, aku tidak bisa bilang tidak karena keluarga ku dan miliknya telah lama kenal dan aku secara pribadi mengganggap mereka orang tua ku. Aku tak bisa mengecewakan mereka, aku hanya tersenyum bodoh dengan itu semua hingga kami selesai makan.
Saat ingin pulang ia mencegat ku di pintu masuk rumah, " sekarang kau milikku wahai pangeran " dia tertawa menghina ku
" Kau gadis kecil yang licik "
" Kau tidak pantas mengatakan nya pangeran ku, orang licik seperti mu harus di jebak agar bisa menurut "
" Jadi semangat lah untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik
sayangku " dia tersenyum manis dengan raut mengejek.
Aku sudah capek untuk berdebat dengan nya, " baik sayangku !, pacarmu ini akan berubah " sudah sangat lelah aku segera pulang dan tidur.