Chereads / Single Father / Chapter 3 - Mimpi buruk di tiap malam.

Chapter 3 - Mimpi buruk di tiap malam.

"Kau terlalu berlebihan, kau bahkan pantas mendapatkannya, mungkin kali ini kau cukup beruntung sebab tidak mendapatkan pukulan dari Briella,"

"Heii Apa maksudmu, kenapa kau jadi membelanya, All jangan bilang jika kau masih berharap pada gadis aneh itu.. " Tuduh Kenzo Aristide melotot.

"Memang apa masalahnya," Jawab Galen Ray dengan wajah polosnya.

"Apa? Kau benar-benar masih menyukainya? Bahkan dia sudah menolakmu hingga berkali-kali,"

"Aku tidak peduli," Balas Galen Ray masih dengan wajah polosnya.

"Ternyata kalian memang sama saja," Gumam Kenzo Aristide menggeleng prustrasi.

"Benarkah?"

"Yah, sama gilanya." Balas Kenzo Aristide yang langsung beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.

"Heii.. Bukankah kau ke sini untuk makan?" Tanya Galen Ray yang langsung beranjak, mengejar Kenzo Aristide yang semakin mempercepat langkahnya.

"Nafsu makanku sudah hilang!"

"Apa? Kenapa tiba-tiba?" Tanya Galen Ray yang masih belum mengerti situasi.

"Tentu saja karena melihat kebodohanmu, aku mendadak merasa kenyang,"

"Aish... Sialan.. Kau bisa mengatakan itu karena kau tidak pernah mencintai seseorang ataupun jatuh cinta kepada seseorang," Balas Galen Ray saat sudah menjejeri langsung kaki Kenzo Aristide.

"Siapa bilang aku tidak pernah jatuh cinta pada seseorang," Sanggah Kenzo Aristide yang merasa tidak terima dengan asumsi Galen Ray barusan.

"Ha? Jadi kau.. "

"Lupakan.. Aku mau ke kelas," Putus Kenzo Aristide nampak bersemangat.

"Bukankah Dosen masuk masih sekitar 15 menit lagi? Biasanya kau selalu terlambat untuk masuk kelas," Tanya Galen Ray keheranan.

"Hari ini aku mau masuk lebih awal untuk mencekik seseorang," Jawab Kenzo yang semakin mempercepat langkah kakinya. Sedang Galen Ray hanya melongo sambil mengikuti langkah lebar Kenzo Aristide.

* * * * *

"Saya mohon.. Tolong selamatkan anak saya.. Bawah dia pergi dari sini.. Tolong.. Hubungi nomor ini.."

"ARRGGHHHH... "

Teriakkan Briella Amora terdengar memenuhi ruangan kamarnya yang sempit, dengan tubuh yang sudah di penuhi keringat, Briella Amora beringsut turun dari tempat tidurnya sambil melangkah pelan ke arah pantry untuk mengambil segelas air mineral dari dalam kulkas mini untuk di minumnya.

"Bahkan ini sudah satu tahun berlalu, kenapa aku masih saja merasa takut." Keluh Briella Amora prustrasi sambil mencengkram kuat rambutnya yang terlihat berantakan.

Briella Amora menyandarkan tubuhnya di dinding, bahkan tubuhnya tiba-tiba merasa lemas seolah tidak mempunyai tenaga lagi, mimpi buruk yang selalu menghantuinya tiap malam sungguh membuatnya sangat tersiksa. Meskipun Briella Amora sudah meninggalkan kota tersebut, meninggalkan Ibunya juga sekolahnya, namun tetap saja, semua kejadian satu tahun yang lalu masih saja menghantuinya, seperti sebuah bayangan hitam yang selalu menempel di tubuhnya, bayangan yang tidak akan pernah hilang sampai kapanpun, dan Briella Amora sangat tersiksa saat ini sebab masih saja terus mengingatkannya tentang kota yang telah merubahnya menjadi seorang pembunuh.

Insiden kecelakan yang pernah Briella Amora alami menimbulkan trauma yang berkepanjangan. Seringnya Briella Amora bermimpi buruk membuatnya cukup menderita selama ini, akibat rasa bersalah karena kelalaiannya yang sudah mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Bahkan insiden itu telah merubah hidupnya, Briella Amora yang sudah tidak memiliki keberanian lagi mengendarai sebuah mobil, ataupun menumpangi mobil jenis apapun kecuali dalam keadaan mendesak, membuat semua orang yang berada di sekitarnya merasa heran, bahkan sering bertanya-tanya sebenarnya apa yang salah dengannya, dan tentu saja pertanyaan tersebut timbul kepada setiap orang yang tidak mengetahui masa lalunya, masa lalu yang selalu ia sembunyikan, dan ia kubur dalam- dalam.

* * * *

CONCORDIA UNIVERSITY

Dengan hoodie hitam yang membungkus tubuh juga tudung yang menutupi kepala hingga separuh wajahnya, Briella Amora melangkah perlahan dengan sepatu boot tinggi di atas mata kaki dan jenggings fit warna senada dengan beberapa sobekan di lutut, gadis itu menuju kursi kelasnya, mendudukkan dirinya di kursi dan langsung menempelkan pipinya di atas meja dengan kedua tangan  yang ia lipat di atas pahanya.

Pagi ini perasaan Briella Amora tiba-tiba berubah gelisah saat baru saja mendapatkan panggilan telfon dari Ibunya, yang memintanya untuk pulang ke rumah. Ibunya yang memiliki kondisi kurang sehat akhir-akhir ini sangat menginginkan Briella Amora untuk berada di sisinya, disebabkan Ayah Briella Amora yang selalu sibuk dengan pekerjaan membuat Ibunya selalu sendiri di rumah. Sedang Briella Amora dan masa lalunya yang buruk sebenarnya sudah enggan menginjakkan kaki lagi di kota tersebut. Sampai saat ia kembali mendengar permohonan Ibunya pagi tadi, dan hal itu cukup membuat Briella Amora menjadi luluh meskipun perasaannya masih menolak.

"ARRGGHH.... "

Teriak Briella Amora dengan sangat keras, hingga suara jeritannya memenuhi ruangan kelas tersebut dan suskes membuat suasana kelas yang tadinya gaduh seketika hening karena terkejut. Bahkan semua mata yang berada di dalam ruangan tersebut menatapnya dengan berbagai macam ekspresi yang berbeda, meskipun di antara banyak mata dengan tatapan aneh dan marah, ada satu sosok dengan tatapan penuh cinta mengarah ke padanya. Sedang sang pelaku yang sudah merasa sangat malu hanya bisa terdiam dan langsung menarik tudung hoodienya kedepan hingga menutupi wajahnya, sambil menikmati beberapa umpatan dari mereka yang sedikitpun tidak di pedulikannya.

"YAAKK... GADIS ANEH... KAU GILA?" Bentak Kenzo Aristide dengan wajah pucatnya. Baru sedetik yang lalu ia terbangun dari tidurnya karena terkejut saat mendengar suara teriakan keras Briella Amora.

"Bukankah dia sangat menggemaskan?" Gumam Galen Ray tanpa berniat mengalihkan pandangannya dari wajah Briella Amora.

"Yaakk.. Hentikan.. Dia sama sekali tidak menggemaskan, dia mengerikan.. " Pekik Kenzo Aristide sewot yang dengan reflek langsung menepuk kepala Galen Ray dengan perasaan kesal.

"Hei, ada apa denganmu?" Tanya Galen Ray sambil mengusap kepalanya.

Sedang Kenzo Aristide dengan mata yang masih nampak memerah karena ngantuk berusaha untuk mengumpulkan nyawanya sambil memasang tatapan horor ke arah Briella Amora yang bahkan terlihat puas sebab sudah membuatnya terkejut dan terbangun dari tidurnya. Dan hal itu berhasil membuat Kenzo Aristide semakin merasa geram saat melihat satu sudut bibir merah muda Briella Amora melengkung ke atas membentuk sebuah senyum smirk.

Hingga sedetik kemudian, Briella Amora nampak terkejut dan langsung memundurkan kursinya ke belakang saat dengan tiba-tiba Kenzo Aristide menghampiri dan langsung berdiri tepat di hadapannya. Dengan keras menggeprak meja dan mencondongkan tubuhnya ke arah Briella Amora hingga hanya menyisahkan jarak beberapa centi meter saja, bahkan tatapan Kenzo Aristide semakin dalam menatap Briella Amora yang tengah mendongak, terdiam menatap sambil menahan nafas dalam.

"Apa?" Tanya Briella Amora yang masih menatap wajah kesal Kenzo Aristide.

"Kau, gadis aneh, tidak bisa kah kau bertingkah normal dalam sehari saja? Bahkan ini masih pagi, kau sudah berani mengganggu tidurku," Balas Kenzo Aristide dengan nafas naik turun menahan emosi.

"Apa? Normal? Yang aku lihat kau juga tidak pernah bertingkah normal selama ini, orang macam apa yang selalu tidur di ruangan kelas bahkan.....

"Itu bukan urusanmu!" Sela Kenzo Aristide semakin geram. "Mau aku tidur di manapun itu tidak masalah, dan itu sama sekali bukan urusan kamu," Lanjut Kenzo Aristide.

"Jadi maksudmu tidur di dalam mobil yang kau kendarai pun itu tidak masalah? Meskipun kau hampir membunuh orang karena kecerobohanmu itu?" Tanya Briella Amora yang tiba-tiba merasa kesal, bahkan semakin tajam manatap Kenzo Aristide yang masih tetap dalam posisinya.

"Tidak masalah jika itu kau,"

"Apa? Jadi waktu itu kau sengaja melakukannya? Dasar pria brengsek!" Amuk Briella Amora yang langsung beranjak dan balas menggeprak meja dengan emosi yang semakin memuncak.

"Apa brengsek? Tsk, Tidak heran jika aku membenci gadis sepertimu," Timpal Kenzo Aristide yang kembali menggeprak meja sebelum melangkah pergi meninggalkan Briella Amora dan ruangan kelas tersebut.

"Apa? Membenciku? Memangnya apa yang sudah aku lakukan padanya, bukankah seharusnya aku yang membencinya karena hampir membunuhku, dasar pria aneh." Gerutu Briella Amora menarik nafas dalam sambil membenarkan posisi duduknya.

Sedang Galen Ray yang sejak tadi menyimak perdebatan antara Briella Amora, gadis yang sudah lama di sukainya dengan Kenzo Aristide sahabatnya cukup membuatnya stres, hingga beberapa detik berlalu ia terlihat berlari kecil untuk mengejar Kenzo Aristide yang sudah berlalu.

"Ken... Mau ke mana kau?" Tanya Galen Ray sambil memegangi pundak Kenzo Aristide yang sudah berada di atas motornya.

"Pulang," Jawab Kenzo Aristide singkat.

"Kau tidak serius kan? Bukankah ini hanya masalah kecil? Ayolah.. Bukankah Kau sudah terbiasa terkejut dan terbangun di dalam kelas saat Dosen melemparimu dengan buku," Ucap Galen Ray yang sudah sangat hafal dengan apa saja yang Kenzo Aristide lewati di dalam kelas.

"Entahlah.. Mungkin karena gadis aneh itu," Balas Kenzo Aristide yang langsung menggenakan helmnya.

"Ken.. Sebenarnya apa masalahmu dengan Briella, bahkan sejak pertama kali Briella menginjakkan kakinya di kampus ini, kau sudah nampak tidak suka padanya, setahuku dia juga tidak pernah melakukan kesalahan apapun padamu,"

"Entahlah, aku hanya tidak menyukainya, itu saja." Jawab Kenzo Aristide santai.

"Setidaknya kita juga punya alasan kan jika tidak menyukai seseorang," Balas Galen Ray.

"Entahlah.. Yang aku rasakan memang sudah seperti itu, kau saja yang bodoh karena sudah menyukai gadis aneh seperti dia." Cela Kenzo Aristide dengan tatapan prihatin yang ia tujukan kepada Galen Ray sahabatnya .

"Aku juga punya alasan kenapa bisa menyukainya, Briella memiliki banyak hal yang bisa membuat pria menyukainya," Ujar Galen Ray dengan senyumnya, senyum seorang yang tengah di mabuk cinta.

"Tsk, aku rasa dewi cinta sudah salah sasaran menancapkan anak panahnya di mata kakimu, selain sifatnya yang aneh memang apalagi yang dia punya," Tukas Kenzo Aristide yang langsung menyalakan mesin motornya dan meninggalkan kampus tersebut, meninggalkan Galen Ray yang hanya mengendikkan bahunya dengan perasaan bingung.

Sebab Galen Ray sendiri yang bahkan sudah berteman lama dengan Kenzo Aristide tidak mengetahui sedikitpun alasan pasti mengapa Kenzo Aristide sangat tidak menyukai Briella Amora. Meski Galen Ray mengakui, jika sikap Briella Amora memang sedikit aneh, sejak menginjakkan kaki di kampus mereka sebagai mahasiswa baru pindahan, Briella Amora memang tidak pernah terlihat bersama mahasiswa lainnya, Briella Amora selalu menyendiri, bahkan tidak pernah berbicara dengan siapapun, sampai akhirnya terjadi insiden di mana ia dan Kenzo Aristide nyaris menabrak Briella Amora dengan mobil yang di kendarai oleh Kenzo Aristide yang saat itu dalam kondisi mengantuk. Sejak saat itulah Kenzo Aristide dan Briella Amora menjadi saling membenci, bahkan sering berdebat.

Bahkan Galen Ray sangat bersyukur, sebab sejak insiden tersebut, ia jadi sering menyapa Briella Amora, bahkan sampai berfikir jika bukan karena insiden itu mungkin ia tidak akan mungkin bisa berbicara bebas dengan Briella Amora, gadis yang terlihat sederhana, berwajah manis dengan mata hazel, bersurai panjang kecoklatan alami dengan bibir tipis menarik. Bahkan tidak banyak orang tau jika sebenarnya Briella Amora adalah gadis yang menyenangkan dan juga memiliki senyum yang indah.

Dan yang lebih membuat semuanya menjadi kacau sebab Galen Ray diam-diam sangat menyukai Briella Amora, bahkan sengaja mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan perasaannya, meskipun ia harus mendapatkan penolakan sampai beberapa kali oleh Briella Amora.

* * * * * *

Bersambung...