Arnest Tyaga kembali menarik nafas dalam, jika mengingat kondisi mental Trixie Viviane akhir-akhir ini, hingga bayangan seorang wanita yang pernah menemani hidupnya selama beberapa tahun ini kembali terlintas di ingatannya. Wanita yang dengan emosinya yang selalu meluap-luap jika sedang merasa marah, namun akan bersikap sangat lembut jika hatinya sedang bahagia. Itulah sosok Lisandra Estela, Ibu dari Trixie Viviane. Wanita yang sudah menjadi pilihan orang tuanya sendiri. Wanita yang tidak pernah ia cintai sedikitpun, namun harus ia nikahi karena keinginan keluarga Alessio.
Bahkan Arnest Tyaga cukup memahami, jika sikap Trixie Viviane yang terkadang sangat sensitif bermula dari perceraian dirinya dengan sang istri, dengan hak asuh Trixie Viviane yang jatuh di tangannya. Bahkan demi untuk membahagiakan sang putri satu-satunya ia rela melakukan apapun untuk mengikuti semua keinginan sang putri, termasuk membiarkan Trixie Viviane untuk menjadi seorang Sekretaris di perusahaan LUCE CORPORATION. Namun ia tidak menyangka sedikitpun perubahan sikap Trixie Viviane akan sampai separah seperti sekarang, hingga saat melihat kemarahan Trixie Viviane beberapa saat lalu membuatnya tersadar jika selama ini ia terlalu memanjakan putrinya.
Kenapa aku selalu berharap, jika putriku bisa selembut dirimu. Batin Arnest Tyaga memejamkan matanya.
* * * * *
KEDIAMAN CLAUDE CAVERO ORION.
"Selamat pagi Tuan," Sapa Aksel Regan yang sudah berada di Mansion beberapa menit lalu untuk menjemput Claude Cavero.
"Selamat pagi Aks," Balas Claude Cavero melangkah menuruni anak tangga sambil merapikan dasinya.
"Maaf, Nona Briella menyampaikan pesan, jika ia meminta maaf sebab tidak mengatakan kepada anda jika ia sudah kembali, dan terimakasih karena sudah mengizinkannya untuk menginap semalam," Ucap Aksel Regan saat Claude Cavero sudah duduk di sofa.
"Hm," Balas Claude Cavero singkat seperti kebiasaannya.
"Dan... Besok Nona Briella akan mulai bekerja di sini, dia juga menyampaikan salam kepada Tuan muda Ray juga permintaan maaf," Sambung Aksel Regan yang hanya di balas anggukan pelan oleh Claude Cavero yang nampak fokus pada notebooknya.
"Satu lagi Tuan, Ini... Silahkan di periksa dulu." Ucap Aksel Regan yang langsung meletakan sebuah map yang berisi kontrak kerja untuk Briella Amora.
Dengan perlahan Claude Cavero meletakkan notebooknya dan meraih map tersebut, menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa dan mulai membuka map tersebut, memeriksa dan membaca poin-poin penting yang berada di dalam isi kontrak tersebut, hingga akhirnya ia terlihat mengangguk dan kembali menutup map tersebut dan meletakkannya di atas meja.
"Bagus, kau bisa memberikan kontrak ini kepadanya untuk di tandatangani." Ucap Claude Cavero lagi.
"Baik Tuan." Balas Aksel Regan mengangguk pelan dan kembali meraih map tersebut untuk di simpannya.
"Bagaimana dengan Keanu?" Tanya Claude Cavero beranjak dari duduknya sambil melangkah keluar.
"Belum ada respon Tuan, malam itu Tuan Keanu mabuk, dan mungkin ia sudah melupakan semua pertemuan kita, jika saya benar. Dan mungkin juga tidak semuanya," Balas Aksel Regan membuka pintu mobil.
"Of course, ia sebaiknya melupakan semuanya, jika tidak ingin berakhir dengan masalah, putrinya sudah menjadi bagian dari keluarga Orion sekarang, jadi ia tidak bisa melakukan seenaknya lagi," Ucap Claude Cavero nampak serius dengan tatapan yang mengarah ke depan, saat mobil mulai melaju meninggalkan halaman mansion, keluar dari gerbang dan menuju ke jalan utama.
"Saya akan menjaga Nona Briella. Namun, jika di lihat dari tipikal Nona Briella yang berbeda dengan gadis seumurannya, sepertinya Nona Briella bukan seseorang yang harus di lindungi. Saya bisa melihat, jika Nona Briella sangat bisa menjaga dirinya sendiri, bahkan bisa menjaga tuan muda dengan sangat baik," Balas Aksel Regan mulai fokus dengan kemudinya.
"What aku relief! Jika memang demikian," Balas Claude Cavero.
"Mungkin anda tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut,"
"I know, i can count on you," Ucap Claude Cavero.
"Terima kasih Tuan," Balas Aksel Regan, hingga tidak ada obrolan lagi di sepanjang perjalanan mereka menuju LUCE CORPORATION.
* * * * *
KEDIAMAN BRIELLA AMORA ALEXIO.
"Ibu.. " Sapa Briella Amora yang terus melangkah, mendekati sang ibu yang tengah duduk di sebuah kursi kayu di teras rumah mereka, bahkan Ermelinda Kizia langsung beranjak dari duduknya saat melihat sang putri dengan nafas terengah karena kecapean.
"Brie... Dari mana saja kamu Nak? Ibu sungguh mengkhawatirkanmu, astaga lihatlah dirimu, berapa jauh kau berjalan?" Tanya Ermelinda Kizia nampak khawatir saat mendapati putrinya dengan wajah yang penuhi oleh keringat.
"Ibu, aku baik-baik saja. Maaf... Semalam aku tidak pulang menemui Ibu," Balas Briella Amora membuka tudung hoodie yang menutupi wajahnya dan ikut duduk di samping sang ibu.
"Selama kau baik-baik saja Nak, Ibu hanya takut, jika Ayahmu menemukanmu, dan kalian berdebat lagi," Ucap Ermelinda Kizia nampak khawatir sersya mengusap keringat Briella Amora yang memenuhi wajahnya.
"Memang apa lagi yang bisa ia lakukan jika bertemu denganku, selain memaki dan memukul. Aku bahkan sudah terbiasa dengan hal itu," Balas Briella Amora menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kayu.
"Brie, ibu ingin kau bisa menjaga dirimu nak, setidaknya jangan selalu membiarkan ayahmu untuk terus memukulimu," Ucap Ermelinda Kizia menatap sedih ke arah sang putri yang nampak tidak peduli, Briella Amora bahkan terlihat sedang memikirkan hal lain, dan itu terlihat sangat jelas saat ia mulai menghela nafas panjang dan kembali menatap wajah ibunya.
"Ibu," Panggil Briella Amora pelan.
"Iya nak, ada apa?" Tanya Ermelinda Kizia.
"Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepada Ibu," Ucap Briella Amora nampak ragu.
"Sesuatu? Seperti apa?"
"Ibu, mungkin... Aku akan bekerja sebagai seorang pengasuh." Jawab Briella Amora perlahan.
"Pengasuh? Seorang anak?" Tanya Ermelinda Kizia mengulangi kalimat yang baru saja di ucapkan putrinya.
"Benar, tepatnya menjadi seorang Tuan muda. Dan... " Kalimat Briella Amora mengambang, dan semakin menatap wajah ibu dalam.
"Ada apa sayang?"
"Tuan muda yang akan akan aku adalah anak dari keluarga Orion," Jawab Briella Amora.
"Apa? Orion? Brie... What are you thinkin? Apa kau akan kembali berurusan dengan keluarga Orion?" Tanya Ermelinda Kizia seketika merasa cemas.
"Ibu, Calm down, aku sangat mengerti dengan apa yang Ibu khawatirkan. But, aku punya alasan sendiri untuk menerima tawaran tersebut." Jawab Briella Amora berusaha menenangkan perasaan Ibunya yang mendadak gelisah.
"Alasan? Apa Brie? Apa karena uang Nak?" Tanya Ermelinda Kizia perlahan.
"Tidak sama sekali ibu,"
"Lalu apa nak? Katakan,"
"Mungkin, dengan menjadi pengasuh tuan muda Reynand, aku bisa memenuhi janjiku kepada nyonya Arana, Ibunya." Jawab Briella Amora perlahan, meraih dan menggenggam jemari ibunya.
"Tapi Nak.. "
"Ibu, aku mengerti dengan perasaan Ibu, sesungguhnya aku juga merasa cemas dan takut, tapi... Ibu bisa lihat sendiri kan? Meskipun aku sudah pergi dan menghindar sejauh mungkin, tapi tetap saja, takdir membawaku ke kekeluaga itu lagi. Bahkan tanpa di sengaja, aku sudah menginjakkan kaki di rumah itu, dan yang lebih membuatku merasa terikat dengan keluarga itu, sebab Tuan Claude pernah menolongku. Apa ini hanya suatu kebetulan saja?" Balas Briella Amora.
"Tapi tetap saja, Ibu sungguh khawatir padamu nak," Balas Ermelinda Kizia yang masih sulit untuk menerima jika putrinya akan kembali berurusan dengan keluarga Orion yang seharusnya ia hindari.
"Sepertinya aku tidak punya pilihan lain Ibu, jika dengan jadi pengasuh tuan muda Reynand aku bisa sedikit saja melupakan rasa bersalahku dan juga rasa takutku, aku akan melakukannya. Meski tanpa bayaran apapun." Balas Briella Amora berharap.
"Brie, apa kau sungguh akan melakukannya Nak? Apa kau tidak memikirkan, dampak terburuknya nanti?" Tanya Ermelinda Kizia menatap sendu sang putri, bahkan nyaris menangis.
"Sampai detik ini pun aku masih selalu memikirkannya Ibu, tapi untuk saat ini, ijinkan aku membuat anak itu bahagia,"
"Briella!?"
Dengan perlahan Ermelinda Kizia meraih tubuh Briella Amora untuk di peluknya erat. Entah mengapa, saat memeluk putrinya saat ini, kenangan dulu kembali terlintas di pikiran Ermelinda Kizia, ia bahkan masih bisa merasakan bagaimana ketakutan Briella Amora saat itu, bagaimana tersiksanya sang putri saat merasakan perasaan bersalah hingga membuat putrinya mengambil satu keputusan untuk pergi sejauh mungkin guna melupakan semuanya. Bahkan masih teringat dengan jelas saat pertama kali mendapati Briella Amora menangis ketakutan di sudut kamar yang gelap dengan tubuh yang bergetar dan di penuhi darah.
FLASHBACK.
"Brie sayang.... Nak, apa yang kau lakukan disana?" Tanya Ermelinda Kizia saat mendengar suara tangis Briella Amora yang tengah duduk di sudut ruangan kamarnya sambil memeluk kedua lutut dengan wajah yang ia benamkan di antara kedua lututnya yang bergetar.
Tubuhnya terlihat bergetar dengan baju yang masih di penuhi darah, bahkan kepalanya yang terbalut perban kini mulai mengeluarkan darah akibat Briella Amora yang sengaja membenturkan kepalanya sendiri untuk melupakan semua kejadian yang baru saja ia alami beberapa jam lalu.
"Brie.. Sayang, berhentilah menagis, sayang... Dengar Ibu Nak, apa yang sudah terjadi? Darah.. ini darah siapa Nak?" Tanya Ermelinda Kizia yang sudah duduk di depan sang putri, menangkup wajah pucat pasih yang penuh air mata tersebut dengan perasaan panik.
"Aku menabraknya... Dan.. pengendara itu... Dia... Dia meninggal Ibu.. aku ta... kut Ibu..." Jawab Briella Amora dengan tangisnya, bahkan suaranya nampak bergetar karena ketakutan.
"Oh Tuhan Briella... tenanglah sayang, tenanglah... Semua akan baik-baik saja, tenanglah... berhenti menagis," Ucap Ermelinda Kizia yang langsung memeluk tubuh putrinya erat
Meski saat ini ia sudah terlihat sangat syok dengan pengakuan putrinya, namun dengan sekuat mungkin Ermelinda Kizia berusaha menekan perasaannya, menyembunyikan rasa terkejut dan paniknya. Demi meredakan tangis sang putri yang semakin keras.
"Brie sayang... Tenanglah... Ibu bersamamu nak, semua akan baik-baik saja. Ibu di sini sayang," Bisik Ermelinda Kizia dengan air matan yang tiba-tiba saja menetes tanpa di sadarinya.
"Ibu.. Aku... aku seorang pembunuh.. aku baru saja membunuh seseorang.. Aku... Membuat anak itu kehilangan Ibunya.. aku seorang gadis yang sangat jahat Ibu... " Ucap Briella Amora yang masih berada di dalam pelukan sang ibu, tangis Briella Amora semakin pecah, dan kembali mencengkram keras rambutnya, sambil terus mengucapkan kalimat yang sama secara berulang-ulang kali hingga membuat Ermelinda Kizia semakin sedih.
"Brie... Tenanglah... Ibu mohon, bisakah kau menceritakan semuanya kepada Ibu? Bagaimana ini bisa terjadi sayang?"
"Ibu... Aku baru saja membunuh seseorang, dia seorang Ibu, dia mempunyai seorang anak dan suami, aku... aku sudah membuat keluarga itu terpisah... Ibu.. Aku... aku seorang pembunuh... Apa yang harus aku lakukan sekarang... Aku takut Ibu... aku takut... aku sudah berusaha menghindari mobil itu, namun tidak bisa, mobil itu melaju dengan sangat kencang dan aku... aku... tidak sengaja menabrak mobil itu... aku..
benar-benar tidak sengaja ibu... aku takut..." Jawab Briella Amora tergagap dengan air mata yang terus mengalir dari sudut matanya, Briella Amora semakin kuat memeluk lututnya sambil menenggelamkan wajahnya di sela lututnya.
"Sayang... Tenanglah, kita akan mengurus semuanya, Ibu bersamamu Nak, tenanglah, Ibu di sini." Ucap Ermelinda Kizia kembali memeluk tubuh putrinya erat. Berusaha menenangkan Briella Amora yang masih menangis.
Hingga satu minggu berlalu, kondisi keluarga Alexio semakin kacau, sebab masalah ini membuat kedua orang tua Briella Amora selalu berdebat bahkan sampai bertengkar hebat. Dan hal tersebut membuat keadaan Briella Amora semakin memburuk, Briella Amora selalu mengurung diri di kamar dan tidak mau menyentuh makanan sedikitpun, bahkan ia tidak pernah memejamkan mata sedetikpun, rasa takut dan bersalah selalu menghantuinya, meskipun dari pihak berwajib sudah mengeluarkan pernyataan jika kecelakaan tersebut di akibatkan oleh blongnya rem mobil Arana Richela Orion, hingga mengakibatkan sang pengendara kehilangan keseimbangan, namun tetap saja, pernyataan tersebut tidak membuat ketakutan Briella Amora hilang ataupun berkurang, sebab yang ia tahu, mobil yang yang di kendarainya sore itu telah menabrak mobil Arana Richela dan juga putranya, hingga terbalik dan menghantam trotoar jalan.
* * * * *
Bersambung...