Chereads / Single Father / Chapter 21 - Janji makan malam.

Chapter 21 - Janji makan malam.

KEDIAMAN CLAUDE CAVERO ORION.

Sore yang tidak seperti biasa bagi seorang anak seumuran Reynand Sky yang sekarang tengah duduk di beranda halaman samping dengan senyuman cerah di wajahnya. Menatap jejeran pohon Flamboyan yang dedaunanya melambai tertiup angin sore, kembangnya yang berterbangan sudah menjadi salah satu pemandangan yang di sukai oleh Raynand Sky, bahkan saat ibu masih hidup. Dengan kaki yang tidak berhenti mengayun di udara tidak hentinya ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, berharap waktu akan cepat beranjak malam. Dan dua jam serasa sangat lama baginya yang sudah mempersiapkan diri sejak dua jam yang lalu.

"Apa yang Rey lakukan di sini? Uncle sudah mencarimu sejak tadi." Tanya Kenzo Aristide yang entah sejak kapan sudah berdiri di sana dengan mulut yang tengah mengunyah, dengan sebuah apel di tangannya, menatap kemenakannya penuh curiga.

"Menunggu Daddy," Jawab Reynand Sky tersenyum lebar menatap wajah Kenzo Aristide yang kembali menggigit apel di tangannya.

"Dengan berpenampilan seperti ini?" Tanya Kenzo Aristide lagi menatap Raynand Sky dari atas rambut sampai ujung kaki.

"Ada apa? Apa penampilan Rey buruk?" Tanya Reynand Sky ikut melihat penampilannya yang menggunakan jaket denim berkera dan celana jeans lengkap dengan sepatu sneakersnya lewat pantulan kaca.

"Bagus. Dan, bukankah terlalu dini? Kan tau sendiri kalau Daddy Cleo selalu pulang larut malam akhir-akhir ini." Ucap Kenzo Aristide melangkah duduk di samping Reynand Sky.

"Tapi kali ini Daddy akan pulang cepat Uncle, sebab kita akan makan malam bersama." Jawab Reynand Sky.

"Makan malam? Bersama? Siapa?" Tanya Kenzo Aristide menyipit, kenapa tidak ada yang memberitahunya jika akan ada makan malam bersama, entah itu dengan siapa, Kenzo Aristide tidak begitu peduli.

"Kakak Malaikat," Jawab Reynand Sky dengan senyum berbinarnya.

"What? Siapa? Gadis aneh itu?" Tanya Kenzo Aristide sekali lagi.

"Kakak Malaikat Uncle, bukan gadis aneh," Ulang Reynand Sky membenarkan, sedang Kenzo Aristide hanya mengedikkan bahunya.

"Iya, tapi dia itu gadis aneh. Lagi pula kenapa mesti mengadakan acara makan malam segala? Ada hal penting apa? Dan Daddy Rey, kenapa ia mesti ikut untuk makan malam bersama? Dan... "

Kenapa aku tidak di undang ataupun di beri tahu? Batin Kenzo Aristide sedikit kesal. Bahkan langsung memberodongi Reynand Sky dengan segala macam pertanyaan yang membuat Reynand Sky kebingungan harus menjawab apa.

"Kenapa diam saja? Bisakah Rey menjawab Uncle?" Tanya Kenzo Aristide menunggu.

"Rey harus jawab pertanyaan Uncle Ken yang mana dulu? Pertanyaan Uncle terlalu banyak." Jawab Reynand Sky.

"Semuanya,"

"Kita akan makan malam bersama karena kakak malaikat yang akan menjadi pengasuh Rey nanti," Jawab Reynand Sky yang membuat Kenzo Aristide terkejut.

"Ha? Tidak salah? Pengasuh?" Tanya Kenzo Aristide dengan rasa keterkejutan yang belum hilang.

"Iya Uncle, dan Daddy mengundang Kakak malaikat untuk makan malam bersama sebab, Daddy ingin berteri makasih kepada kakak malaikat sebab sudah menolong Rey waktu itu," Balas Reynand Sky.

"Ah, seperti itu? Memang apa yang sudah di lakukan gadis aneh itu?" Tanya Kenzo Aristide sedikit penasaran.

"Kakak malaikat yang sudah membawa Rey di rumah sakit saat terjadi kecelakaan mobil waktu itu," Jawab Reynand Sky yang membuat Kenzo Aristide kembali terdiam untuk sesaat. Selama ini mereka tidak pernah tau, siapa yang sudah membawa Reynand Sky di rumah sakit waktu itu. Bahkan mereka tidak pernah mencari tahu. Sebab fokus mereka sepenuhnya tertuju kepada Ibu Reynand Sky yang menjadi satu-satunya korban yang kehilangan nyawa pada saat itu.

"Uncle bahkan tidak pernah mendengar hal itu," Gumam Kenzo Aristide. "Baiklah." Seru Kenzo Aristide yang langsung beranjak dari duduknya dengan penuh semangat dengan senyum miring di wajah, bahkan langsung merapikan rambut blondenya yang sedikit acak-acakan.

"Ada apa Paman?" Tanya Reynand Sky sedikit terkejut saat melihat reaksi tidak biasa dari Kenzo Aristide yang langsung menguncir rambutnya keatas.

"Tentu saja akan bersiap." Jawab Kenzo Aristide dengan tidak tahu dirinya.

"Tapi bukankah Uncle tidak di ajak Daddy?" Tanya Reynand Sky yang seketika mematahkan semangat Kenzo Aristide yang langsung menurunkan bahunya, menatap kearah Reynand Sky yang masih duduk menatapnya.

"Hei, apa maksudnya? Kenapa Uncle tidak di ajak?" Tanya Kenzo dengan ekspresi kesalnya.

"Tidak seperti itu, mungkin Daddy takut jika Uncle akan membuat onar lagi," Jawab Reynand Sky dengan wajah polosnya.

"Hei, apa wajah Uncle ini terlihat seperti orang pembuat onar?" Tanya Kenzo Aristide sambil menunjuk wajahnya sendiri.

"Hm," Jawab Reynand Sky mengangguk cepat.

"Hei... uncle bukan orang seperti itu, uncle..."

"Pria pembuat masalah yang keras kepala." Sambung Claude Cavero yang tiba-tiba datang dan langsung duduk di samping sang putra.

"Kak, ayolah... Jangan semakin memperburuk anggapan kemenakanku terhadapku. Dan... Kenapa kakak tidak mengajakku untuk ikut serta?" Protes Kenzo Aristide masih terlihat kesal.

"Kenapa kau harus ikut? Jika nanti akan memperburuk keadaan?" Tanya Claude Cavero, alih-alih menjawab pertanyaan Kenzo Aristide yang semakin kesal namun seketika menunjukkan wajah manisnya di hadapan sang kakak.

"Ayolah Kak, aku akan bersikap baik." Rayu Kenzo Aristide memohon.

"Kenapa kau begitu bersikukuh untuk ikut? Bukankah kau tidak begitu menyukai gadis itu? Apa lagi yang kau rencanakan kali ini bocah brandal?" Tanya Claude Cavero menyipit dengan tatapan penuh kecurigaan kepada sang adik.

"Yah, aku ikut bukan berarti aku menyukai gadis aneh itu. Aku hanya merasa bosan Kak, sudah beberapa hari aku tidak keluar Mansion karena hukuman kakak, aku sungguh bosan, aku bahkan bukan anak gadis yang mesti di kurung seperti ini." Jawab Kenzo Aristide.

"Maka jaga sikapmu dan berhenti melanggar peraturan yang sudah kakak buat. Itu mudah." Balas Claude Cavero tegas.

"Baiklah... Baiklah... Aku janji." Ucap Kenzo Aristide dengan senyum lebar dan dua jari yang ia angkat di depan wajahnya.

"Daddy, apakah kita akan berangkat sekarang?" Tanya Reynand sky yang sudah terlihat tidak sabar.

"Tentu saja, sambil menunggu Paman Aksel." Jawab Claude Cavero menydahi perdebatan mereka.

"Apa Kak Trixie juga akan ikut?" Tanya Kenzo Aristide penuh harap yang membuat ekspresi Reynand Sky sedikit berubah.

"Kenapa Bibi Trixie mesti ikut?" Tanya Reynand Sky dengan wajah yang sudah di tekuk.

"Tidak sayang, Daddy hanya mengajak Paman Aksel karena Daddy membutuhkan Paman Aksel di sana." Jawab Claude Cavero berusaha menenangkan perasaan sang putra.

"Baiklah... Sepertinya Paman Aksel sudah menunggu di bawah, ayo... " Lanjut Claude Cavero yang langsung meraih tangan Reynand Sky untuk di genggamnya.

Hingga 15 kemudian, Claude Cavero sudah terlihat di dalam mobil bersama sang putra yang pasti akan selalu duduk di sampingnya, juga Kenzo Aristide yang duduk di samping kemudi sambil memainkan ponselnya. Tidak ada obrolan yang terjadi di perjalanan mereka kali ini. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Begitupun dengan Reynand Sky yang sejak tadi terlihat begitu bahagia. Entah apa yang membuatnya nampak sangat bersemangat. Hingga membuat Kenzo Aristide yang tidak sengaja melihat wajah berbinar kemenakannya di kaca spion hanya bisa menggeleng pelan.

Akhirnya kemenakanku mulai terkena racun gadis ameh itu, ini tidak bisa di biarkan. Batin Kenzo Aristide kembali fokus di layar ponselnya.

"Daddy, apa Kakak Malaikat akan bersedia menjadi pengasuh Rey?" Tanya Reynand Sky lagi sambil mendongakkan kepalanya ke atas, menatap wajah sang Ayah yang terlihat nampak ragu, namun di tutupinya dengan sebuah senyum seraya mengusap rambut putranya lembut.

"Semoga saja." Jawab Claude Cavero masih belum yakin.

"Apa kak Suga benar-benar akan mempercayakan kemenakanku pada gadis aneh itu?" Tanya Kenzo Aristide mengernyit.

"Ken," Seru Claude Cavero yang lebih tepatnya seperti isyarat agar Kenzo Aristide menutup mulutnya.

"Iya Kak." Jawab Kenzo Aristide sedikit membungkuk, menurut dengan bibir terkatup dan kembali fokus dengan ponselnya.

Hingga 30 menit berlalu, mobil Claude Cavero sudah terparkir tepat di depan sebuah Restauran mewah yang di sana sudah terlihat beberapa karyawan yang mulai menyambut dengan keramahan mereka dan langsung mengantarkan ketempat yang sudah di pesan khusus.

"Silahkan Tuan Cavero," Ucap salah satu karyawan di sana mempersilahkan Claude Cavero dan yang lainnya untuk duduk.

10 menit beralu, mereka masih menunggu dengan beberapa obrolan hangat, namun belum ada tanda-tanda kehadiran Briella Amora. Nomor ponsel yang Aksel Regan hubungi pun berada di luar jangkauan. dan hal tersebut mulai membuat Aksel Regan sedikit gelisah.

"Aks, apa kau benar memberikan alamat Restoran ini?" Bisik Claude Cavero nampak khawatir saat melihat sang putra yang mulai gelisah, sebab sudah 15 menit sejak kedatangan mereka di restaurant tersebut, sedikitpun tidak ada tanda-tanda kehadiran yang mereka tunggu, bahkan bayangan Briella Amora belum juga terlihat oleh mereka. Begitupun dengan nomor ponsel sudah beberapa kali Aksel Regan coba untuk di hubungi, namun tetap saja, ia hanya mendaptkan jawaban dari operator.

"Daddy, apa Kakak malaikat akan datang?" Tanya Reynand Sky yang masih dengan gelisah, bahkan wajahnya sudah nampak cemas.

"Tentu saja. Kita tunggu sebentar lagi." Jawab Claude Cavero berusaha bersikap tenang di hadapan sang putra.

"Belum apa-apa dia sudah tidak bisa tepat waktu." Balas Kenzo Aristide dengan pandangan yang masih fokus di layar ponselnya.

"Apa mungkin Nona Briella mendapat masalah lagi, saya sedikit khawatir. Sebab Ayah Nona Briella selalu berbuat hal berbahaya jika mendapat masalah di meja judi." Bisik Aksel Regan yang sedikit banyak sudah mengetahui tentang kehidupan calon pengasuh anak dari Tuan besarnya. Bahkan Aksel Regan nampak sangat hati-hati agar pembicaraan di antara dirinya dan Claude Cavero tidak kedengeran oleh Reynand Sky yang mengalihkan perhatian kepada Kenzo Aristide untuk bermain game bersama.

"Apakah seburuk itu?" Tanya Claude Cavero.

"Yah, dan yang saya tahu, tidak jarang Nona Briella mendapat kekerasan dari sang Ayah," Jawab Aksel Regan sekali lagi yang cukup membuat Claude Cavero sempat terkejut.

"Apa?"

Jadi luka lebam di wajahnya waktu itu. Batin Claude Cavero nampak terlihat berfikir.

"Kenapa mereka tidak melaporkan hal tersebut kepada pihak berwajib?" Tanya Claude Cavero yang tetap menjaga volume suaranya.

"Saya kurang tahu Tuan, ini masalah di antara keluarga mereka. Mungkin pihak yang menjadi korban punya alasan sendiri. Kenapa mereka tidak melaporkan hal tersebut." Jawab Aksel Regan yang sungguh tidak masuk di akal Claude Cavero yang merasa harus perduli, meskipun hal tersebut sama sekali bukan urusannya. Namun sejak putranya menginginkan gadis itu untuk menjadi pengasuh di kelurga Orion, mau tidak mau Claude Cavero harus peduli dan mulai memikirkan keadaan gadis tersebut.

"Daddy, mungkin kakak Malaikat tidak akan datang." Ucap Reynand Sky yang terlihat murung. Sebab sudah hampir satu jam mereka menunggu, bahkan tanda-tanda kedatangan Briella Amora saja tidak terlihat.

"Rey, mungkin saat ini nona Briella sedang memiliki sedikit halangan, dan tidak bisa datang." Balas Claude Cavero memberi pengertian. Sebab ia sendiri juga yakin, jika gadis tersebut tidak mungkin datang. Dan bisa jadi, apa yang di katakan Aksel Regan juga benar, gadis itu tengah menghadapi masalah, entah apa, dan Claude Cavero sendiri enggan untuk tahu.

"Mungkin nona Briella sedang sibuk." Sambung Claude Cavero mengusap kepala Reynand Sky.

"Benarkah? Tapi... Bukankah Kakak Malaikat sudah setuju untuk datang, apa kakak Malaikat baik-baik saja sekarang?" Tanya Reynand Sky semakin terlihat sedihbdan khawatir. Sebab ia tahu, Briella Amora tidak akan mungkin berbohong, meskipun ia baru beberapa kali bertemu dan berbicara dengan Briella Amora, namun Reynand Sky tahu, jika Briella Amora bukanlah tipe gadis yang suka berbahaya ataupun mengingkari janji. Itulah yang Reynand Sky yakini.

"Iya, kali ini mungkin dia benar-benar tidak bisa datang." Ucap Claude Cavero memastikan.

"Baiklah... Kita pulang saja." Jawab Reynand Sky dengan nada yang penuh dengan kekecewaan.

Bahkan tanpa berkata apapun lagi, ia langsung meraih tangan Claude Cavero dan beranjak dari duduknya, melangkah pergi meninggalkan Restoran tersebut. Di susul oleh Aksel Regan yang masih mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Briella Amora dan Kenzo Aristide yang nampak cuekndan acuh, meski perasaannya sedikit kesal saat melihat kekecewaan di wajah kemenakannya. Bahkan ia sudah memikirkan sesuatu untuk mengerjai Briella Amora jika mereka bertemu di kampus nanti.

* * * * * *

Bersambung...