Alyosha tidak memperdulikan sosok pria bersyal krem dan jaket tebal hitam di depannya tersebut. Ia fokus memakan seafood pesanannya di restoran tersebut. Ryou pun diam saja, dia tidak ingin mengganggu acara makan wanita itu. Karena kalau ia banyak bicara lagi bisa-bisa nasib hidangan itu akan sama dengan hidangan yang ada di restoran sebelumnya. Ryou tidak ingin membuat Alyosha semakin merasa jengkel kepada dirinya.
Tapi mendiamkan Ryou seperti itu malah membuat Alyosha menjadi sedikit merasa bersalah. Ia dengan nikmatnya menyantap hidangan, sedangkan pria di depannya itu tidak diketahui sudah terisi perutnya apa belum. Jadi Alyosha berinisiatif untuk memesankan makanan untuk Ryou, sekaligus dirinya memesan hidangan kedua untuk dirinya.
Alyosha punya nafsu makan yang besar, entah apa itu akan berpengaruh pada nafsu birahinya.
Oke lupakan itu, kalimat di atas hanya pemanis belaka.
Alyosha menepuk tangannya pelan tanda memanggil pelayan restoran itu, Ryou tidak mempedulikan itu dan masih sibuk memainkan sendok yang nganggur di atas meja tersebut.
"Kau mau makan apa hah?" tanya Alyosha sembari menatap Ryou.
Ryou yang tadinya menunduk seketika langsung menatap Alyosha. Ia mengerjapkan mata pelan sembari melirik ke arah pelayan restoran yang sudah siap dengan buku catatan menu di tangannya.
"Err....Yang paling murah saja," jawab Ryou. Ya, ia tidak mengada-ada. Ryou tidak paham dengan menu restoran bintang lima seperti itu dan hanya memesan yang menurutnya paling murah saja, dia tidak ingin merepotkan siapapun termasuk Alyosha.
Mendengar itu Alyosha hampir tertawa, tapi ia berusaha tetap diam dan berwibawa. Kalau ia sampai tertawa itu bisa saja menyinggung perasaan Ryou, begitulah pikir Alyosha sekarang. Ia orang yang tahu akan etika.
Pelayan itu agak ragu menulis menu tersebut, karena lelaki yang tengah sibuk memainkan sendok itu sedang duduk satu meja bersama salah satu orang paling berpengaruh di negara itu. Sudah menjadi rahasia umum kalau Alyosha Vermigoun adalah wanita mafia yang sangat sukses. Dan melihat orang yang satu meja dengannya hanya memesan menu paling murah membuat ia menjadi ragu.
Pelayan itu lalu melirik ke arah Alyosha dengan hati-hati. Namun Alyosha hanya membalas dengan menyuruh pelayan itu untuk mendekat.
"Beri yang paling mahal," bisik Alyosha, Dan langsung dijawab dengan anggukan patuh pelayan tersebut.
"Oh iya, saya juga ingin memesan lasagnette dengan langoustines dan lemon, dan fillet daging sapi dengan bawang merah dan truffle hitam.
Si pelayan itu lalu dengan cepat menulis semua nama hidangan tersebut di buku catatannya. Alyosha tidak pernah main-main dengan porsi makannya, ia tidak peduli berapa uang yang akan ia keluarkan karena menurutnya untuk urusan perut tidak ada yang perlu ditahan-tahan. Untuk apa bekerja kalau makan masih menderita, begitulah prinsip hidup Alyosha.
Setelah hidangan kedua Alyosha datang bersama dengan hidangan Ryou. Mereka lalu makan dengan khidmat, Alyosha menjaga etika untuk makan tidak sambil berbicara. Dan Ryou pun begitu.
Kalau kalian berpikir mafia adalah orang yang tidak punya aturan dan tak beretika maka kalian salah besar. Orang Eropa terutama orang Italia hidup dalam tata Krama yang ketat, mereka secara turun-temurun selalu mengajarkan anak mereka untuk tetap sopan baik itu dalam urusan makan, berbicara, ataupun berhadapan dengan orang tua.
Jadi Alyosha punya dua sisi dalam hidupnya, sisi berwibawa dan teratur ketika ia sedang di depan umum dan bersama keluarganya. Dan sisi kasar penuh intimidasi dan kekerasan ketika sudah masuk dalam ranah lingkup mafianya.
Acara makan itu berlangsung beberapa menit sampai sendok dan garpu diletakkan. Ryou lalu mengambil dompetnya untuk mengambil lembaran uang yang sudah ia tukar di bank nasional negara Swiss. Itu semua adalah uang yang dikirim oleh Elisio.
Alyosha yang melihat itu lalu berdehem, seketika Ryou langsung mendongak ke arah Alyosha.
"Semakin itukah diriku di mata mu sampai kau ragu kalau aku bisa membayarkan makananmu atau tidak? simpan uangmu itu, aku yang akan membayar semuanya," ujar Alyosha.
"T-tapi...."
"Tidak ada tapi-tapian," potong Alyosha cepat.
Tidak ada pilihan lain, kalaupun Ryou mengatakan kalau ia ingin membayar karena itu uang dari Elisio pasti itu akan menjadi masalah. Dan pastinya ia akan dipukul dua kali, pertama dari Elisio dan kedua dari Alyosha.
Setelah membayar, Alyosha langsung keluar dari restoran itu. Dan kembali seperti tadi, Ryou kembali mengikuti Alyosha seperti seekor anak ayam yang mengekor pada ibunya.
"Mau apalagi kau hah?" tanya Alyosha kembali emosi. Baru saja moodnya membaik dan Ryou sudah menghancurkannya kembali.
"Tentu saja aku ingin mengikuti mu. Aku tidak ingin terpisah dengan dirimu lagi, setelah kemarin kau tiba-tiba pergi ke sini dan membuat aku mencari-cari dirimu ke sana ke mari," ujar Ryou.
Alyosha mendengus kesal. Ia muak dan tidak ingin melanjutkan perdebatan itu lagi. Bukan karena ia kehabisan kata-kata, tapi ada sesuatu hal yang tiba-tiba membuat dirinya gelisah.
Tubuh Alyosha merasa panas secara tiba-tiba. Ia merasa organ vitalnya juga panas. Nafas Alyosha memburu, keringat mulai membasahi wajahnya, ia merasa sangat lapar secara tiba-tiba. Ini bukan rasa lapar yang mengarah pada makanan. Tapi ini adalah rasa lapar yang berbeda.
"Ikut aku," ujar Alyosha memerintah Ryou.
Ryou keheranan, tadi ia diusir sekarang ia malah diajak pergi. Tapi sekarang Ryou juga tidak bisa berpikir jernih. Ia langsung mengangguk dan mengikuti Alyosha.
Rolls-Royce hitam yang sudah terparkir di dekat sana telah menanti Alyosha. Sang supir membukakan pintu untuk Alyosha dan Ryou lalu masuk ke mobil tersebut.
"Kita mau ke mana Tuan?" tanya sang supir.
"Mansion milik saya," ujar Alyosha singkat. Ia semakin gelisah sekarang, bahkan untuk menjawab pertanyaan tadi saja ia hampir kesulitan.
Di saat perjalanan, sesekali Ryou mendengar Alyosha melenguh. Alyosha mulai nampak berantakan, keringat di tubuhnya mengalir membasahi kerah bajunya. Wajahnya memerah disusul matanya yang berubah menjadi sayu.
"Bisakah lebih cepat lagi?" ujar Alyosha bertanya pada supirnya.
"Beberapa menit lagi kita sampai Tuan."
Ryou sebenarnya juga merasa aneh, ia bertanya-tanya dalam hatinya apa yang terjadi sekarang ini. Ia mengira kalau perubahan pada tubuhnya itu disebabkan oleh makanan restoran mahal. Begitu polosnya pemikiran lelaki itu.
Setelah sampai di sebuah mansion besar yang mewah, Alyosha segera turun dari mobil. Namun ia tiba-tiba oleng dan langsung ditahan oleh Ryou. Untung saja ia sempat menangkap Alyosha sebelum wanita itu terjatuh.
"Aku...aku mohon...bawa aku ke kamarku sekarang juga," ucap Alyosha memohon. Ia rasanya ingin menampar wajahnya sendiri sekarang, bagaimana bisa ia memohon seperti itu. Biasanya orang-orang lah yang memohon kepadanya.
Alyosha sudah tidak sanggup lagi menahan hasrat liar yang sudah menggerayangi benak dan tubuhnya. Ia bisa merasakan kalau bagian bawahnya sudah basah dan becek.
Ryou panik, tapi tanpa banyak tanya ia langsung menggendong Alyosha dengan posisi bridal style. Dengan arahan Alyosha ia menggendong wanita itu sampai ke dalam kamar tidurnya.