Chereads / TERDAMPAR DI LEMURIA / Chapter 8 - Pelatih Naga

Chapter 8 - Pelatih Naga

Babaji tidak langsung menjawab pertanyaan R'wheyna, tetapi memberikan isyarat agar ia mengambil Ashfara yang masih diam tak bergerak.

Amma segera mendatangi anaknya, kemudian mengusap kepalanya. Seketika anak itu tersadar dan memeluknya erat. "Dingin, Amma ..." ucapnya lemah.

Amma memeluk dan menggendongnya. "Tidak apa-apa, Ra. Sini Amma peluk biar hangat lagi."

Baba mendatangi Amma dan Ashfara, kemudian tersenyum pada mereka.

"Kalian memang seperti kembar. Kekuatan semesta yang mengalir padamu turun pada anak perempuanmu," ucapnya.

Amma berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Ya kini aku mengerti, Ashfara akan memiliki kemampuan dan kekuatan sepertiku. Bukankah begitu, Baba?" tanyanya.

"Iya, Amma. Anak ini nanti dapat membantu sekaligus meneruskan tugasmu melayani dunia ini,"

Amma menengok pada para tetua dan kembali bertanya, "Benarkah begitu yang mulia sekalian?"

Serempak mereka semua membenarkan dan mengangguk-angguk.

Amma mempererat pelukannya pada putrinya. "Terima kasih, Ra,"

Ashfara sebenarnya tak mengerti, namun melihat keharuan di wajah Amma. Anak itu mengangguk dan mencium lembut pipi ibunya.

"Hatimu memang selembut rembulan, Ra …" ucap Amma. Mendengar pujian itu. Ashfara tersipu malu.

Tak berapa lama kemudian, merasa urusannya di kuil sudah selesai, Baba mengajak Amma pulang. Babaji dan para tetua masih bercakap-cakap saat pasangan itu berpamitan.

"R'wheyna, latihlah anak ini dengan ilmu meramalmu setelah usianya genap 16 tahun," Pesan Babaji pada Amma.

"Iya, Babaji. Saya akan melakukannya," Jawab Amma.

"Oh ya, tujuh hari dari sekarang, para tetua semua kelompok akan berkumpul di kota utama. Kalian juga datang ya!" tambah Babaji lagi.

"Tentu Babaji, kami akan datang," Jawab Baba. "Sekarang kami mohon pamit dulu, Ashfara tampaknya sudah ngantuk dan kelelahan,"

"Ya. Silahkan, Kannawa,"

Setelah keluar dari kuil, Ashfara melihat Daggeon sudah menunggu mereka. Sementara naga-naga lain milik para tetua terlihat terbang berseliweran di atas puncak gunung.

"Waah … Naganya ada banyak, Amma," Ucap Ashfara sambil menunjuk naga-naga itu.

"Iya, sayang. Naga-naga itu dilatih oleh Baba agar mau terbang membawa manusia seperti kita," Jawab Amma yang kemudian melompat ke punggung Daggeon.

"Sudah siap? Kita pulang sekarang?" tanya Baba yang sudah lebih dulu naik di punggung naga emas.

"Sudah. Ayo jalan," jawab Amma.

Baba segera memberi perintah pada Daggeon. Naga itu kembali meliuk-liuk dengan kencangnya.

Kali ini Ashfara tidak lagi ketakutan, dia justru senang bisa berada diatas punggung makhluk itu.

"Baba, katanya Baba seorang pelatih naga?" tanya Ashfara pada ayahnya. Dia ingin tahu, pekerjaan macam apa itu.

"Iya, Ra. Bukankah kamu sering melihat Baba melintas diatas rumah menaiki bermacam-macam naga?' tanya Baba.

"Oh iya ya. Benar benar …" Ashfara cepat-cepat mengiyakan. Ia lupa mereka belum sadar jika jiwa yang berada di dalam tubuh anak kecil ini adalah Gayatri.

"Apa mereka semuanya baik seperti Daggeon ini?" tanyanya lagi.

"Macam-macam sifatnya, sesuai dengan jenisnya," Jawab Baba.

"Oh, jadi tidak semuanya seperti Daggeon. Apa kapan-kapan Ra boleh ikut Baba?"Ashfara memberanikan diri ingin melihat tempat tinggal naga.

"Nanti tunggu kamu besar, Ra. Bukit naga ada di beberapa tempat di Lemuria ini. Nanti Baba ajak kamu ke tempat-tempat naga yang sudah jinak dan kenal sama Baba," Jawab Kannawa dengan bangga.

"Asyiik … Ra mau ikut Baba lihat naga yang kecil-kecil," Ahfara berteriak kegirangan. Dia membayangkan kalau naga-naga kecil itu lucu seperti anak kucing.

"Kalau cuma mau melihat anak naga, anak-anak Daggeon saja disuruh datang ke rumah," Celetuk Amma dari arah belakang.

"Apaaa? Daggeon juga punya anak dan keluarga?!" tanya Ashfara kaget.

"Iya, Daggeon dan pasangannya punya banyak anak. Kemarin telor naga yang dierami naga betina baru menetas lagi 3 butir," terang Amma.

"Haah?!" Ashfara melongo mendengar penjelasan Amma.

"Kamu ini, Amma lihat makin banyak bicara saja beberapa hari terakhir ini," ucap Amma.

"Dia semakin mirip denganmu Amma, cerewet … hahahaa… !" Baba yang sedang mengendalikan Daggeon mengomentari perkataan Amma dengan jenaka.

"Kalau Amma tidak cerewet dan rajin bicara, nanti anak-anak kita terbiasa berkomunikasi menggunakan telepati seperti leluhurnya, sepi lagi rumah kita, Baba," Kata Amma setengah protes karena dibilang cerewet.

"Iya, iya … Baba senang kok dengar suara cerewet kalian, seperti nyanyian yang berirama cepat," kata Baba untuk menyenangkan istrinya.

Ashfara hanya diam saja mendengar obrolan Amma dan Baba, dia takut kalau identitasnya sebagai manusia dari masa depan diketahui oleh mereka.

***

Anak-anak bangsa Lemuria rupanya terlahir sebagai anak alam sejati. Sejak kecil mereka dibiasakan untuk merawat tanaman dan pepohonan. Tak sembarang pohon boleh ditebang ketika masih tumbuh subur, kalau perlu hanya ranting-ranting yang berjatuhan saja yang dipergunakan. Manusia memakan buah-buahan juga yang sudah matang dan siap dipetik.

Begitupun dengan hewan-hewan, mereka hidup harmonis dengan manusia di sekelilingnya. Tak ada istilah peternakan bagi bangsa Lemuria. Semua jenis hewan dibebaskan hidup dan berkembang biak. Hanya hewan yang sudah sakit parah atau yang melakukan banyak perusakan yang boleh dibunuh. Itupun hanya bisa dilakukan oleh para tetua.

Baba dan Amma termasuk orang yang dihormati bagi kelompoknya. Sebabnya tak lain karena Babaji sebagai ketua kelompok adalah ayah kandung Amma, sedangkan Baba dikenal sebagai pelatih naga yang handal. Profesi itu dihargai tinggi oleh kelompok mereka, karena tak semua orang punya keberanian dan kemampuan menaklukkan naga.

Sore itu Ashfara sedang duduk-duduk di depan rumahnya, memperhatikan Kaf dan Kay yang sedang bermain ketangkasan. Mereka melompat dan bergulingan seolah sedang berusaha menaklukkan lawan yang tak terlihat. Kal melintas kemudian ikut duduk di sebelahnya.

"Ra, kita tunggu Baba yuk!" ucap Kal.

"Ada apa dengan Baba?" tanya Ra sambil menoleh pada Kal. Kakak tertuanya itu jarang berbicara, jadi ketika sudah bicara, pasti ada hal penting yang disampaikan.

"Baba mau bawa anak-anak Daggeon kesini, untuk dikenalkan dengan kita," Jelasnya.

"Hah? Bayi naga?!" Mata Ashfara terbelalak. Bebarapa hari tinggal di Lemuria selalu saja ada kejutan baru.

"Iya, bayi naga. Ada tiga. Umur mereka baru 6 bulan, baru belajar terbang,"

"Sungguh? Pasti lucu sekali," Mata Ashfara berbinar membayangkan lucunya rupa anak naga.

"Hmm … kita lihat saja nanti. Kalau kamu takut jangan dekat-dekat ya!" Kal memperingatkan.

Ashfara mengangkat bahunya. "Tidak, aku tidak takut lagi sama naga,"

Benar saja, tak lama berselang, terdengar suara seperti angin ribut dari kejauhan. Semakin lama semakin dekat.

Dua ekor naga besar tampak turun dari langit. Satu naga sangat dikenali oleh Ashfara, si Daggeon dengan sisik hitam kekuningan. Baba tampak duduk diatas Daggeon, di belakangnya terlihat dua naga kecil yang berpegangan pada tubuh Daggeon. Pasti itu anaknya!

Satu naga besar lainnya belum dikenal oleh Ashfara. Sisik di seluruh tubuhnya berwarna kuning keemasan, dia tak memiliki kumis, hanya cula kecil diatas kepalanya. Wajah halus tak semenakutkan Daggeon.

"Kal, siapa naga yang satunya?" tanya Ashfara sambil menyenggol lengan Kal.

"Oh, itu ibu naga. Pasangannya Daggeon." Jelas Kal.

"Apa dia juga punya nama?" tanya Ashfara lagi.

"Namanya Daeyana." Jawab Kal. "Nama yang bagus bukan?"

"Iya, bagus sekali. Sebagus warna sisiknya." Ucak Ashfara kagum.

Belum habis Ashfara mengagumi ibu naga, dari atas punggungnya melompat sesosok lelaki berjanggut putih. Babaji! Ya, Ashfaa ingat, itu Babaji. Ayah dari Amma.

Yang membuat Ashfara terkejut, Babaji terlihat seperti menggendong seekor anak naga. Meski masih terhitung kecil, Babaji tampak kerepotan karena jika dibanding ukuran tubuh manusia, anak-anak naga tetap jauh lebih besar.

"Biar aku saja yang membawa anakmu ini turun. Manja sekali dia tidak mau jalan sendiri," ucap Babaji pada ibu naga.

Babaji melompat dan membawa anak naga itu dengan hati-hati, kemudian meletakkannya di tanah agar mau berjalan sendiri.

Berbeda dengan dua saudaranya yang mulai bisa terbang meskipun masih jatuh-jatuh, anak naga manja itu hanya bisa berjalan melata setengah malas.

"Ayo cepat jalannya, bayi manja!" seru Babaji.

Anak naga itu bukannya menurut malah berhenti, ia mogok berjalan.

"Ya sudah kalau tidak mau jalan lagi, aku tinggal disini ya!" Ancam Babaji.

Anak naga itu tetap diam saja. Sekarang dia malah memejamkan mata. Entah pura-pura tidur atau mati. Babaji geleng-geleng kepala.

"Hihihi … lucu sekali bayi naga itu, Kal. Sepertinya dia jinak dan tidak berbahaya," Ucap Ashfara. "Aku mau menyapa dia!" lanjutnya.

"Jangan dekat-dekat, Ra! Semua naga bisa batuk api dari mulutnya," Pesan Kal pada Ashfara saat adiknya itu berlari mendekati si bayi manja.

Hati-hati Ashfara mendekati si bayi naga. Mata naga itu masih terpejam. Tangan Ashfara terulur, kemudian memberanikan diri untuk membelainya.

Bayi naga itu seperti menikmati elusan tangan mungil dikepalanya. Matanya yang terpejam membuka sedikit, ingin tahu siapa yang membelainya.

Saat ia melihat Ashfara di depannya, bayi naga itu kaget. Tak sengaja dia menyembur dan mengeluarkan api berwarna biru! Harrrhhh …

"Minggir, Ra!!"

Jika bukan karena gerakan Babaji yang begitu cepat menangkap Ashfara, mungkin cucu perempuannya itu sudah gosong terbakar api biru naga.

"Ada apa?!" tanya Baba yang tiba-tiba sudah muncul di belakang Babaji.

"Ashfara hampir saja tersembur api si bayi malas itu," jawab Babaji.

Baba bermaksud mendekati bayi naga manja. Ia pun kaget melihat naga kecil itu kini jadi lebih aktif. Dia mulai mengangkat sayap dan belajar terbang dengan lincah.

Baba mengamati tingkah anak naga itu.

"Babaji, tampaknya anak naga ini sudah sembuh. Sejak lahir dia memang yang paling lemah, tapi lihatlah! Sekarang dia terlihat sehat dan bersemangat mau terbang," Terang Baba.

"Benarkah?" Babaji ingin memastkan supaya tidak salah dengar.

"Benar, Babaji. Apa yang Babaji lakukan pada dia?" Baba balik bertanya.

"Hmm … aku tidak melakukan apa-apa. Tapi sepertinya kelompok kita akan mendapatkan seorang penyembuh yang ampuh," Babaji berucap seperti itu sambil tatapan matanya tak berpindah dari Ashfara.

"Apa maksud Babaji?" tanya Baba penasaran.

"Putrimu, Ashfara. Belaian tangannya mampu menyembuhkan anak naga yang sakit," Jawab Babaji sambil tersenyum.

Ashfara hanya bisa melongo mendengar semua itu. Hati kecilnya kemudian berkata sendiri.

"Aku? Menyembuhkan bayi naga? Duniaku semakin seru saja! Tapi … apakah aku bisa kembali ke dunia asalku? Sudah 7 hari aku ada disini …"

***