"Gaya … bangun, Nak. Tadi katanya mau buah manis? Kok malah tidur?"
Gayatri merasa pipinya ditepuk-tepuk seseorang. Perlahan ia membuka mata. Pandangannya menyapu ke sekeliling. Dilihatnya tembok putih, perabotan kayu, tempat tidur dari kasur empuk … lalu dilihatnya Mamanya yang sedang menyodorkan sebungkus buah manisan.
"Ma ma …?" ucap Gayatri seolah tak percaya. "Benarkah ini Mama?" Gayatri cepat bangun dari tidurnya dan langsung memeluk Mamanya dengan erat sekali. Takut kalau yang dijumpainya hanyalah mimpi belaka.
"Iya, ini Mama. Gaya… kamu kenapa? Seperti baru melihat Mama saja. Tadi lho, kamu cerewet minta buah-buahan manis, Uwak Rosmi sampai harus ke kota mencarinya." Mama berbicara panjang lebar namun Gayatri tak terlalu memperhatikannya lagi.
Menangis, iya, Gayatri hanya ingin menangis di pelukan Mamanya. Akhirnya ia bisa kembali ke dunianya dan bertemu lagi dengan ibunya. Ibu kandung yang sangat disayanginya, meskipun mungkin kadang dia merasa kesal dan jengkel padanya.
"Hei, hei… kenapa sekarang malah menangis. Kemarin saja bertingkah seperti anak kecil tak pernah menagis… Ini malah menangis. Kenapa, Nak?" tanya Mama Gayatri lagi sambil menepuk-nepuk punggung anaknya.
Mama Gayatri jadi ikut terharu mendengar tangisan anaknya. Tangis anak yang merindukan ibunya. Ia sadar, mungkin selama ini anak-anaknya merasa kehilangan dirinya karena hadirnya Papa tiri.
"Maafkan Mama, Gaya … maafkan Mama yang selama ini telah membuatmu menderita. Mama yang salah, Nak. Tidak seharusnya Mama menukar cinta kalian dengan orang lain yang tak jelas … Kalianlah harta Mama yang paling berharga."
"Mama kenapa bisa ada di sini?" tanya Gayatri.
"Tentu saja Mama dikabari sama Uwak Dede, dia bilang kamu jatuh ke lembah dan jadi hilang ingatan. Mendengar itu Mama langsung berangkat kesini …"
Tangis Gayatri semakin keras, pelukannya semakin erat.
Mendengar ribut-ribut di kamar Gayatri, Uwak Dede dan Uwak Rosmi tergopoh-gopoh mendatangi mereka. Nini menyusul di belakangnya.
"Ada apa… ada apa ini?!" tanya Uwak Rosmi khawatir melihat pemandangan ibu dan anak yang menangis berpelukan.
"Sudah, sudah … yang sabar aja …" Uwak Dede ikut mencoba menenangkan mereka.
Nini berjalan mendekati Gayatri dan memegang dahinya. Matanya sejenak terpejam dan menarik nafas panjang.
"Dia sudah kembali. Tidak apa-apa …" Katanya.
Mama Gayatri melepaskan pelukannya, kemudian perhatiannya tertuju pada ucapan Nini.
"Maksud Nini, Gayatri yang asli sudah kembali ke tubuhnya?" tanyanya.
"Iya, dia sudah kembali, tanya saja, pasti berbeda dengan Gayatri yang kemarin, hehehe …" Nini menjawab terkekeh.
"Gaya, ini benar kamu, Nak? Kamu sudah sadar sekarang ada dimana? Kamu sudah mengenali kami?" tanya Mama Gayatri sambil menggoncang bahu Gayatri.
"Iya, Ma. Ini aku, anakmu. Memangnya kemarin aku kenapa, Ma?" Gayatri bertanya dengan penasaran.
"Hampir dua minggu ini kamu bertingkah seperti anak kecil, Gaya. Pokoknya persis seperti anak kecil, bahkan kamu hanya mau makan jika disuapi." Terang Mamanya.
"Benarkah? Apa Mama bertanya siapa namanya?" tanya Gaya.
"Setiap Mama tanya kamu selalu tersenyum dan mengangguk. Kamu hanya mau bercakap-cakap dengan Nini, tapi tak mau berbicara dengan orang lain."
Gayatri mengalihkan pandangannya pada Nini. Gayatri beranjak bangun dari tempatnya tidur kemudian mencium tangan Nini dan memeluknya.
"Nini, terima kasih sudah merawat dia …" ucap Gayatri.
Nini mengelus kepala Gayatri dengan penuh pengertian.
"Iya, Neng Gaya … anak itu memang menghendaki untuk meminjam tubuhmu. Dia ingin merasakan hidup di masa depan seperti apa …" jelas Nini.
"Apakah dia lucu, Ni? " tanya Gayatri penasaran. Dia ingin tahu seperti apa tingkah Ashfara saat menjadi dirinya.
"Tentu saja lucu dan menggemaskan. Siapa namanya, Neng? Berulang kali dia ingin dipanggil Ra, nggak mau dipanggil Gayatri. Lidahnya kesulitan mengeja nama panjangmu."
"Namanya Ashfara, umurnya 3 tahun. Biasa dipanggil Ra." Gayatri menjawab sambil tersenyum.
"Iya, dia suka sekali makan buah dan bermain di tepi kali. Uwak Dede setiap hari harus mengawasimu bermain agar tidak tersesat pulang." Mamanya menambahkan penjelasan bagaimana keseharian Gayatri saat menjadi Ashfara.
"Alhamdulillah … semua sudah kembali normal lagi sekarang." Celetuk Uwak Dede.
"Berarti kemarin saya tidak normal ya, Wak? Hehehe …" Gayatri tertawa melihat Uwak Dede yang terlihat sangat lega melihat kejadian hari ini.
"Tentu saja tidak normal, Neng. Mana ada gadis seusiamu bertingkah seperti anak kecil, cerewet minta macam-macam ke Nini, manja ke Nini, kemana-mana hanya mau dengan Nini … kasihan Nini, dia kan sudah tua …"
"Ssshh ... sudah-sudah, tidak boleh Uwak Dede ngomong begitu ya. Nini justru menganggap apa yang terjadi ini sebagai berkat buat Nini. Karena Nini diberi kesempatan merawat leluhur… " Nini menghentikan protes Uwak Dede.
"Nini bilang leluhur? Ashfara itu leluhur kita?" tanya Gayatri heran. Teringat bagaimana kehidupan mereka. Memang mereka hidup di masa lampau, mungkin ribuan tahun yang lalu.
"Iya, Neng. Mereka adalah leluhur kita. Mereka hidup di masa ratusan ribu tahun yang lalu. Benar begitu yang Neng Gaya alami?" Nini balik bertanya.
Gayatri mengangguk. "Benar, Nini. Kehidupan mereka masih sangat sederhana, namun mereka memiliki kekuatan yang luar biasa. Banyak keajaiban di dunia mereka." Jelas Gayatri.
"Waduh … menarik sekali, Neng. Ayo cerita! Ceritakan semua … Uwak siap mendengarkan, sampai berhari-hari cerita Uwak juga mau dengarkan." Ujar Uwak Dede bersemnagat sambil menarik kursi dan bersiap duduk.
"Sudah, nanti saja ceritanya. Sekarang Neng Gaya makan dulu ya? Sekarang mau kan makan masakan Uwak Rosmi? Tubuh kamu jadi kurus, Neng. Sehari-hari kemarin cuma mau makan buah dan air putih." Kata Uwak Rosmi.
Gayatri mengamati tubuhnya. Benar saja, ia melihat tubuhnya lebih kurus. Namun kulitnya jadi lembut dan segar.
"Wah, iya … aku jadi lebih langsing. Jadi kemarin aku nggak mau makan selain buah dan air putih?" Gayatri seolah tak percaya.
"Iya, Neng. Kamu menolak semua makanan lain, apalagi jika melihat lauk daging atau ikan. Kamu malah marah-marah."
"Hihihi… iya, di dunia mereka memang manusia cuma boleh makan buah dan air saja. Tak boleh membunuh apalagi makan hewan." Jelas Gayatri.
"Itu serius, Neng?? Bagaimana rupa mereka? Ayo cerita sekarang … Uwak udah nggak sabar dengar cerita Neng Gaya!" Ucap Uwak Dede berusaha membujuk Gayatri agar mau bercerita.
"Sudah! Biar Neng Gaya makan dulu. Ayo, kita ke dapur dulu, Neng. Uwak masak menu kesukaanmu." Uwak Rosmi menarik tangan Gaya dan mengabaikan suaminya yang masih penasaran menunggu cerita Gayatri.
Nini dan Mama Gayatri tertawa bersama. Lega…
***