"Saki aku jujur tidak selingkuh dengan Tsukasa"
"Kamu bilang tidak tapi dengan mata kepalaku sendiri, Tsukasa keluar dari apartemen ini membenarkan bajunya? Kamu kira aku bodoh bisa kamu bohongi begini Haruka kun!" teriak Saki
"Aku bersumpah atas nama tuhan ku, bahwa aku itu hanya cinta kamu!"
"Maaf Haruka kun" ucap Saki lalu pergi ke luar apartemen
"Haruskah aku kejar ataukah harus ku tahan dulu?" pikir ku binging
Hari itu di tutup dengan kebimbangan dan keresahan sebab istriku tidak kembali ke apartemen, aku mau mengunjungi apartemen mertua ku namun rasa malu ku masih melekat jikalau Saki memberitahu ibunya apa yang terjadi.
Sabtu pagi keesokan harinya.
Kuberanikan diriku untuk mengetuk pintu apartemen ibunya Saki.
Tok tok
Ibu Saki membukakan pintunya,
"Mau apa lagi kamu kemari? Bukanya sudah ku katakan untuk menjaga Saki dan membahagiakan dia!"
"Aku tau ibu, tapi kejadian kemarin hanya kecelakaan semata"
"Sudahlah sana kamu pergi saja"
"Ibu! Aku mau tanya Saki ada di mana?"
"Masih berani kamu bertanya dimana dia setelah kamu campakan dia?"
"Jujur ibu, aku tidak selingkuh"
"Lupakan!" Ibu menutup pintu dengan kasar
.
Aku sangat frustrasi sebab hubungan ku dengan Saki ada di ujung tanduk sekarang, aku coba menelepon Saki dan mengirimkan pesan sebanyak mungkin, namun tidak pernah di baca ataupun di balas.
Setelah aku mencoba berkali kali menelepon dia, sampai pada akhirnya bisa terhubung.
"Saki, kamu ada di mana?" tanya ku
"Tidak usah berlama lagi Haruka san" (Sekarang manggilnya san dulunya kun)
"Apa maksudnya Saki?"
"Ayo berpisah"
"Tidak! Dengar Saki, itu semua hanya kesalahpahaman mu saja aku bersumpah"
"Tidak apa, aku paham, aku terlanjur sakit hati padamu, jadi mari berpisah saja"
"Saki, ku mohon maafkan aku"
"Mungkin ini jalannya, terima kasih atas perhatianmu dan kebaikanmu padaku, di masa depan mungkin akan ku balas kembali"
"Aku tidak mengharap imbalan sayang, aku hanya ingin kamu kembali, aku mohon"
"Maafkan aku Haruka kun, jangan lupa senin depan ke peradilan negeri jam 9 untuk mengurus perceraian kita" ucap Saki lalu mematikan teleponnya
"Tidak Saki chan, tidak!" teriak ku frustasi
.
Dalam keterpurukan yang mendalam, hanya sebab kesalah pahaman, Saki sampai tega menceraikan Haruka.
"Ibu, maafkan anak mu ini, besok senin aku dan Saki akan bercerai" ucap ku dalam telepon pada ibuku
"Kenapa bisa begitu Sayang?"
"Ini kesalahan ku ibu, karena tidak terlalu waspada dengan wanita lain"
"Kamu selingkuh Haruka!" bentak ibuku
"Bukan ibu, aku hanya hampir"
"Astaga Haruka! Apa kamu lupa dengan janjimu"
"Aku ingat obu tapi ini sudah terlanjur terjadi, apa yang harus Aku lakukan sekarang ibu?"
"Ibu tidak mau memikirkan itu, kamu sudah memilih jalanmu dan sekarang gunakan logika mu sebagai orang dewasa sendiri" ucap Ibuku lalu mematikan telepon.
Tok tok tok
Pintu apartemen ku di ketuk.
"Siapa ya?" ucap ku
Ku lihat di depan mataku Saki yang berdiri di depannya.
Aku ingin memeluknya namun langsung di cegah olehnya.
"Maaf aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan kamu Haruka san"
"Apa yang kamu katakan Saki chan? Kita masih sepasang suami istri kan?"
"Mungkin hanya status, maaf aku sudah memantapkan Hatiku untuk berpisah dengan Kamu"
"Aku tidak mengizinkannya"
"Terserah kamu Haruka, aku ke sini hanya membawa surat dari pengadilan negeri tentang kapan sidang perceraian" ucap Saki lalu menyerahkan suratnya
Aku diam.
"Ini ambil!" teriak Saki
"Kenapa kamu tega Saki chan?"
"Kamu yang tega duluan padaku Haruka!"
"Hahahaha baiklah jika itu keputusan mu, akan ku ambil suratnya, ku harap kamu jangan pernah menyesalinya" balas ku
Setelah ku ambil suratnya Saki berjalan menjauh dari belakang ku lihat biasa saja, namun jika dari depan dia sudah banyak menteskan air mata.
Haru Minggu pagi Saki dan Ibunya pindah tempat tinggal, aku tidak tau kemana mungkin ia berniat pindah untuk jauh dari aku.
Aku hendak bertanya namun egoku yang masih tinggi membuatku hanya bisa diam melihat.
Hari Senin pagi jam 9
Aku menghadiri sidang perceraian, aku tidak melakukan pembelaan sehingga hakim mengabulkan permintaan perceraiannya.
Aku menghampiri Saki untuk yang terakhir kalinya.
"Jaga dirimu baik baik Saki chan"
"Kamu juga Haruka"
"Boleh ku peluk?"
"Um"
Mungkin ini menjadi obrolan dan pelukan kami yang akan membekas.
Setelah beberapa saat aku lepaskan pelukan ku.
"Saki chan, ini ambil" ucap ku menyerahkan kedua dokumen
"Apa ini Haruka?"
"Dokumen restoran dan Gedung untuk toko pakaian kita, kamu ambil dan urus ini sebagai pekerjaan mu setelah aku tidak ada"
"Kamu juga ingin pindah?"
"Berada di sini terlalu menyakitkan untuk ku, mungkin aku akan pindah ke tempat lain atau mungkin saja aku kembali ke rumah ibuku"
Saki hendak mencegah namun sekarang dia bukan siapa siapanya lagi.
"Aku mengerti, semoga kamu bisa bahagia dengan kehidupan barumu Haruka"
"Tentu"
Aku berjalan menjauh, pada hari itu juga aku berpamitan pada Tsukasa dan Karyawan Restoran ku.
"Kalian tidak perlu menangis, aku yang pergi tapi masih ada Saki bukan? Lagian aku hanya menyumbangkan uang saja di sini tidak seperti Saki yang memberikan kontribusi agar restoran ini maju"
Sambil menangis Sayu berkata "Kenapa anda ingin berpisah Haruka san? Bukankah kamu selalu berkata padaku untuk bersikap dewasa dalam menghadapi masalah? Lalu sekarang apa ini!"
"Maafkan aku, tapi percayalah ini sebenarnya juga bukan keinginanku, aku sudah terlalu bingung dan banyak tekanan di pundak ku, maaf sekali lagi"
"Haruka san boleh ku peluk?" tanya Izumi
"Sekarang boleh Izumi san" ucap ku lalu Izumi memeluk ku lalu yang lain juga ikut memeluk ku
"Perpisahan tidak harus dengan tangisan, ku harap kamu bisa bahagia Haruka san" ucap Kyouko
"Tentu Kyouko san, tolong bantu Saki jikalau dia kesusahan dalam mengurus restoran ini"
"Jangan khawatirkan dia tapi khawatirkan dirimu sendiri"
"Aku sekarang bebas kok jadi tenang saja"
"Itulah yang aku khawatirkan, jangan sampai kesedihan dan kesepian itu membuat kamu semakin terpuruk, aku tidak mau bertanya alasanya apa kamu berpisah, bukannya aku tidak peduli atau apa tapi aku tidak ingin membuat kamu tambah sedih"
"Um, terima kasih Kyouko san, aku pergi sekarang, terimakasih"
"Hati hati di jalan"
"Oke"
Hari itu juga aku pergi ke sekolah untuk mengurus dokumen perpisahan diriku, tepat jam 1 siang dokumen telah jadi namun aku di suruh waliku agar berpamitan dengan teman sekelas.
"Baiklah sensei akan aku lakukan"
Aku masuk ke kelas bersamanya.
"Teman teman, hari ini kita mungkin akan kehilangan satu teman lagi"
"Sensei! Apa yang kamu maksud Haruka!" teriak Hinata
"Benar Hinata kun, hari ini Haruka akan pamitan pada kita"
Semua teman sekelas ku tampak sangat kaget, terutama Hinata yang menjadi teman pertama ku di kelas ini.
"Silahkan Haruka kun"
"Baik sensei"
.
Aku diam sebentar untuk mengatur detak jantung ini.
"Teman teman ku, maafkan aku, mungkin pada hari senin hingga kedepannya aku sudah tidak bisa bersama kalian, aku hanya pergi sendiri tidak dengan Saki, kuharap kalian tidak banyak bertanya padanya ketika dia sudah masuk kembali"
"Hanya itu Haruka kun?" tanya Sensei
"Iya sensei"
"Apa dari kalian ingin menjadi perwakilan untuk mengucapkan selamat tinggal pada Haruka kun?"
Semua anak laki laki dan beberapa anak perempuan mengangkat tangannya.
"Silahkan Hinata kun" ucap sensei
Dengan menahan air matanya, Hinata berteriak.
"Terima kasih atas bantuan mu, jangan lupakan aku sebagai teman mu"
"Tentu Hinata" jawab ku
"Silahkan jika ada diantara kalian yang ingin memberikan sesuatu ataupun pelukan perpisahan pada Haruka" ucap sensei
Hinata lalu di susul anak laki laki yang lain segera maju ke depan untuk memeluk diriku, air mata ku menetes, teman ku pun juga sama.
"Astaga perpisahan dua orang ternyata bisa menyebar hingga sampai ke sini" pikir ku
"Jangan lupakan aku Haruka, kita teman ngegame barang, jika main game di tempat lain jangan lupa undang aku" ucap Takaoka
"Tentu Takaoka, aku ku undang di room"
"Lalu bagaimana dengan voli mu Haruka kun?" tanya Hinata
"Maafkan aku Hinata, katakan pada Sensei dan para anggota yang lain aku mengundurkan diri secara tiba tiba, sebab aku tidak bisa berpamitan pada mereka, tiket pesawat ku jam 4 nanti"
"Baiklah akan aku sampaikan, tapi kamu jangan lupa berpamitan dengan mereka lewat video call ya"
"Tentu Hinata"
Setelah kami puas berpaimtan aku lantas lang meninggalkan sekolah menuju ke tujuan hidupku berikutnya yaitu Sendai dulu baru je Tokyo.
Jam 5 petang aku sampai di Tokyo, aku lantas langsung memesan lagi tiket pesawat ke Hokkaido jam 7 malam nanti.
Aku naik taksi menuju pemakanan di daerah pusat Tokyo, untuk meminta permintaan maaf ku pada orang yang telah ku buli sampai meninggal dulu.
Jam 5.20 aku tiba di depan makamnya.
"Hey Hikari kun, maafkan aku dulu yang pernah membuli kamu dan menyebabkan kamu bunuh diri, aku sudah menjalani hukuman dari keluarga, tapi ternyata belum cukup karma untuk ku, maafkan aku telat meminta maaf padamu selama 4 tahun"
Aku meletakkan karangan bunga lalu aku pergi dari situ, menuju tempat wanita yang dulu pernah aku perkosa sewaktu kelas 3 Smp.
Namun sayangnya, tempat tinggalnya sudah pindah dan aku tidak tau dimana dia tinggal sekarang.
Ringg ponsel ku berdering.
"Kamu kemana Nak? Ayah dan ibu sedang mencari kamu ke apartemen tapi tidak ada" ucap ayahku
"Aku sedang pergi ke Tokyo yah, maafkan aku tidak bilang bilang, tapi aku mohon berikan aku waktu sendiri dulu, suatu saat aku akan datang kembali ke Miyagi untuk bertemu kalian"
"Kamu jangan nekat Haruka kun, katakan sekarang kamu dimana dan ibu akan segera menjemput kamu!" sekarang ibuku yang berteriak
"Ibu berkata selesaikan ini dengan logika orang dewasa, sekarang sedang aku lakukan perintahmu ibu, jadi tolong berikan aku ruang sedikit"
"Dasar anak bodoh, ibu berkata untuk memikirkan kembali tentang perceraian kamu, tapi kenapa kamu tidak bilang pada kami bahwa perceraiannya senin ini!"
Ku denger dari suara ponsel ku, bahwa ibu di sana sedang menangis.
"Aku bukan anak kecil lagi bu, aku bisa bertanggung jawab akan hidup ku, jadi selamat tinggal" ku tutup teleponnya
Ponsel ku berdering lagi.
Ku lihat panggilan video call dari Hinata.
Saat ku terima layar ponsel menujukan gambar teman teman voli ku, lengkap dengan pelatih dan manager tim.
"Haruka kun, maafkan kami tidak bisa mengantarkan kepergian kamu, tapi ingatlah ini juga klub mu sampai akhir, jika ingin kembali langsung saja kembali" ucap Takeda sensei
"Selamat Tinggal Haruka, kami segenap anggota klub Voli sma Karasuno mohon maaf jika ada kesalahan" teriak kompak serentak dari mereka semua
"Maafkan aku juga teman teman karena meninggalkan klub secara mendadak, maafkan aku juga jika aku ada kesalahan"
"Tentu Haruka kun!"
.
Panggilan di akhiri.
Kugenggam dengan erat ponsel ku, ingin sekali diriku ini meluapakan emosi yang ada.
"Aaaaaaakkkkkk" teriak ku meras di area pemakanan.
"Jangan berteriak anak muda, sopanlah sedikit pada orang yang lebih dahulu meninggalkan kamu di sini" Ucap Kakek kakek tua
"Maaf kek"
"Jika kamu punya masalah, selesaikan, jangan hanya ditahan"
Aku diam sebentar, lalu aku menoleh lagi pada kakeknya namun dia sudah tidak ada.
"Hantu ya jadi dia itu?" pikir ku
"Sudahlah waktunya ke tempat tujuan ku yang lain" ucap ku sendiri
Aku kembali ke bandara untuk pergi ke Hokkaido dimana disitulah tempat tinggal ku selanjutnya.
Perjalan yang ku tempuh sampai 7 jam.
.
Jam 12 malam aku tiba di sana.
"Huh melelahkan juga ternyata perjalanan panjang ini" ucap ku
Aku langsung pergi ke stasiun kereta untuk pergi me Erimo.
"Baiklah tiket perjalanan adanya jam 1 nanti, jadi lebih baik aku makan dulu" ucap ku
Aku makan mini market, memakan onigiri dan takoyaki yang aku panaskan sendiri di microwave mereka.
"Mau ku tambahkan minuman anda tuan?" tawar kasir mini marketnya
"Tidak usah, ini sudah cukup"
"Baiklah jika begitu, jika mau langsung saja kembali ke kasir nanti akan ku berikan"
"Tentu"
Jam 1 dini hari aku datang kembali ke stasiun.
Jam 1 lebih 45 menit aku tiba di tujuan ku, namun bukan yang terakhir juga sih, masih ada 1 lagi, yaitu naik bus, namun karena bus adanya jam 5, aku pun menginap dulu di motel.
"Untuk setengah hari apa masih ada kamar?" tanya ku
"Masih tuan, bisa tunjukan identitas diri anda"
Aku menyerahkan sim ku, setelah di catat sim ku di kembalikan.
"Tagihanya 1000 yen tuan"
Ku berikan uang 1000 yen padanya lalu resepsionis itu memberikan aku kunci bernomor 23.
"Nikmati malam anda tuan"
"Tentu"
.
Setibanya di kamar aku langsung menyetel alarm ponsel ke angka 4 pagi.
"Selamat tidur untuk diriku yang sendiri sekarang" ucap ku