Chereads / Sendiri tanpa Kamu / Chapter 7 - 5.) End

Chapter 7 - 5.) End

Selesai lari pagi aku mampir dulu di toko kelotong untuk membeli air minum.

"Harganya berapa bibi?"

"70 yen"

"Ini uangnya" ucap ku sambil memberikan pecahan uang 1000 yen

"Apa tidak ada uang kecil anak muda?"

"Tidak ada bi"

"Ini masih pagi dan kamu pelanggan pertama jadi bibi tidak ada kembalian"

"Kakak tidak ada uang ya" teriak Chi chan

"Hmmm ngapain ini nongol lagi" pikir ku

"Tidak, anak ini uangnya terlalu besar, jadi nenek tidak ada kembalian Chi chan"

"Aku ada 100 yen, kakak boleh meminjamnya" ucap Hina

"Maaf tidak usah" balas ku

"Ambil saja kak, nanti Hina menangis loh" ucap

"Maaf aku tidak akan termakan rayuan kalian lagi, bi biar ku belanjakan semua saja, ini uangnya"

"Oh malah bagus, silakan pilih nak"

Chi chan dan Hina merasa agak kesal sebab rencana untuk makan siang di rumah Haruka gagal.

"Kita langsung minta jajan saja pada kak Haruka" bisik Chi chan pada Hina

"Jangan Chi chan, jika kakak mau ngasih dia bakal ngasih, kita cuma ngasih kode saja" balas Hina

"Oke kita laksanakan"

"Ummm"

Aku yang melihat mereka berbisik membuat ku agak curiga.

Namun aku tetap fokus saja memilih makan ringan yang ada di toko.

Permen

Ice cream

Krupuk

Pocky

Pocari

Gulali

"Pas 1000 yen bi?" bisik ku

"Masih sisa 300 yen" balas bisik bibinya

"Oke maka berikan pada kedua anak itu, tapi kita kerjai mereka dulu"

"Siap"

.

"Kalian mau yang mana?" tanya ku

Mereka berdua gembira karena mengira akan di belanjakan.

"Mau ini kak" ucap Chi chan menujuk lolipop sementara Hina menujuk susu kotak di kulkas

"Ambil saja" ucap ku

Mereka memebawa makanan itu ke bibinya sementara aku sudah meninggalkan mereka.

"Kakak Haruka, kamu dimana?" tanya Hina

"Anak itu sudah pergi saat kalian mengambil susu dan permen itu" balas Bibi

"Ehhh bukannya dia mau mentraktir kita?" teriak Chi chan

"Mana ada traktir, uangnya saja pas"

"Huh" mereka kaget

.

"Bagaimana ini Chi chan?" tanya Hina gemetaran

"Tenang Hina" ucap Chi chan

"Nenek kami tidak jadi membeli"

"Ya mana bisa, yang sudah di ambil harus di bayar pokoknya"

"Khiii" teriak Chi chan yang ikut ikutan panik

"Kamu ada uang berapa Hina?"

"Hanya 100 yen, kamu?"

"10 yen"

.

"Harganya 180 yen untuk permen dan susu itu" ucap Si nenek

"Bagaimana ini" teriak Chi chan kebingungan

"Nenek bolehkah kami hutang dulu" tanya Hina

"Ya mana bisa, toko nenek kecil jika kaliam hutang nanti uang nenek untuk modal usah tidak ada"

Hina tambah gemetar lalu mulai menangis.

Chi chan yang kebingungan juga ikut ikut menangis.

"Hahahaha, kalian ini cengeng sekali" teriak ku yang dari tadi bersembunyi di balik meja kasir

"Rencana sukses" balas Bibi

"Sip bibi"

Chi chan dan Hina menghampiri ku dan mulai memukuli ku, mungkin karena kesal ku permainankan.

"Aw aw sudah cuku hentikan Chi chan, Hina chan" ucap ku

"Kakak jahat" teriak Hina

"Hahaha" si bibi tertawa

.

"Sudah jangan menangis kakak Haruka sebenarnya juga mau menjajakan kalian kok, uangnya masih sisa 300 yen jadi ambilah 120 yen lagi jika kalian masih mau mengambil susu dan permen tadi" ucap bibi

"Eh benarkan?" tanya Chi chan

"Iya benar" balas ku

"Yey, ayo Hina chan kita ambil makanan yang lain"

"Umm"

.

"Aku kembali duluan ya"

"Iya kak, sering sering belanjakan kami ya"

"Hmmm dasar ajak tidak ada akhlak" pikir ku

.

Aku di jalan bertabarakan dengan Roka chan yang sepertinya akan terlambat ke sekolah kerana ini sudah jam 7.10.

"Aduh" teriaknya lalu terjatuh dan kertas kertas di dalam mapnya berhamburan

"Kamu tidak apa Roka chan?" tanya ku

"Umm, uwaaa kertas ku" teriaknya panik lalu mencoba menutupi kertas kertas itu

Ku lihat di salah satu kertas ada gambar yang sangat fulgar sekali ala ala manga doujin.

"Boleh ku bantu?"

"Tidak usah Haruka san" ucapnya

"Tidak usah malu akan pekerjaan mu Roka chan, jika ini pasion mu ya lakukan saja dengan bangga, paling kamu cuma akan di pandang rendah di masyarakat"

"Ughh" sebuah panah bertuliskan orang gagal menusuk dadanya

"Aku bantu ya" ucap ku

"Tidak usah!" teriaknya

"Hmm kamu marah?" tanya ku

"Tentu saja aku marah Haruka san, ini privasi ku"

"Boleh ku berikan komentar pada gambaran mu?"

"Kamu editor?"

"Bukan, aku ini juga mangaka sebenarnya tapi bukan mangaka doujin"

"Ughhh"

"Gambaran mu terlalu kasar Roka chan, jika kamu mau menerbitkan ini bisa saja tapi tidak berharga dan tidak akan di lirik oleh perusahaan besar, jika kamu mau perhaluslah dulu, lalu bagian fulgarnya terlalu kaku sih menurut ku" ucap ku sambil memegang salah satu kertas

"Itu yang calon editor ku katakan" balas Roka

"Kamu masih virgin?" tanya ku

"Tentu saja masih"

"Makanya gambar mu kurang menjiwainya, saran ku sih jika mau menggambar manga bayangkan atau praktek adegan di dalamnya, namun khusus menga dewasa aku sangat melarang kamu mempraktekannya"

"Aku sudah pernah lihat video porno berkali kali" ucanya tanpa tau malu

"Jangan terlalu vilgar Roka chan, ini ada di luar loh"

"Eh maaf maaf"

Setelah ku kumpulkan kertasnya ku berikan kembali pada Roka.

"Jika kamu mau belajar tentang cara menggambar manga yang baik untuk di lihat datanglah nanti sore ke rumah ku"

"Kamu tidak akan memaksa ku berbuat hal mesum kan Haruka san?"

"Bukan seperti itu maksud ku, yang mau ku ajarkan adalah cara menggambar bukan alur cerita"

"Ohh ku kira kamu akan memaksa aku"

"Jangan aneh aneh Roka chan, sana berangkat bukannya kamu akan terlambat sekolah"

"Ehh benar juga, sampai jumpa Haruka san" ucapnya lalu berlari menjauh

"Bye juga" balas ku

Aku mengambil belanja ku yang ku taruh di tanah tadi dan langsung kembali ke rumah.

Makanan hari ini adalah onigiri sebab mudah simpel dan murah.

Sebanyak 3 potomg onigiri ukuran sedang telah ku buat, sambil menikmati teh hijau panas, hidupku seakan akan sangat tenang tanpa masalah.

"Hmmm akan lebih indah jika ada kamu Saki chan" ucap ku

"Jangan bersedih anak muda"

"Siapa sih itu" ucap ku

"Aku ada tapi tidak bisa kamu lihat"

"Ya jangan berbicara padaku jika kamu tidak terlihat, kamu membuatku takut"

"Ketakutan hanya mereka yang tidak percaya, kamu sudah percaya jadi ku rasa kamu tidak takut padaku"

"Sudah hus hus sana jangan ganggu aku, ganggu saja yang lain, aku hanya ingin menikmati sisa hidup ku"

"Hahaha jangan menyerah begitu saja, wanita berkata tidak tapi aslinya ingin, mungkin cintamu masih ada, tapi sekarang masih tertutup kotoran saja"

"Apa maksudnya?" tanya ku

"Hey!" teriak ku

"Oi hantu san"

"Hmm pergi kemana dia" ucap ku sambil mencarinya di setiap sisi rumah namun tidak ketemu

Aku kembali duduk untuk menikmati teh hijau dan onigiri.

"Paling nanti muncul lagi" pikir ku

.

Jam 8 aku mandi lalu jam 9 nya aku pergi ke sekolah SMA Yuki.

SMA swasta namun biayanya sangat terjangkau dan jika menjadi penduduk desa sekitar SMA bakal dapat diskon lagi sebesar 50%.

Sekolah sepi namun biarlah.

Aku ke ruang guru karena satpam berkata staf tata usaha tidak ada jika mau mendaftar langsung ke ruang guru.

Aku datang ke ruang guru sendirian, sekolah ini juga tempat dimana Natsu juga bersekolah.

.

"Ada urusan apa anak muda dan dimana seragam mu?" tanya salah seorang guru wanita

"Aku tidak sekolah di sini"

"Lalu kamu mau apa kemari?"

"Aku ingin mendaftar di sini apa bisa?"

"Tentu saja bisa, kami kekurangan siswa di sini, serahkan dokumen pendaftaran nanti akan ku berikan formulirnya"

"Apa saja bu?" tanya ku

"Kamu ini pindahan atau baru lulus smp?"

"Pindahan"

"Hanya surat keterangan pindah dan rapot mu sudah cukup, serta siapakan uang untuk membeli perlengkapan sekolah antara lain, sragam sepatu dan atribut sragam"

"Berapa bu?" tanya ku

"Kamu tinggal di mana dulu?"

"Di Desa enki, aku baru pindah kemarin selasa"

"Pasti kartu keluarga mu belum di urus ya, begini saja berikan aku 100 rb yen nanti jika kartu keluarga mu sudah di urus dan tercatat di daerah ini kamu boleh mengambil lagi uang sebanyak 50 rb yen pada ibu"

"Oh baiklah" lalu aku menyerahkan dokumen dan uang 100 ribu yen

Ibu guru itu menyerahkan formulir pendaftaran.

Setelah selesai ku isi ibu guru itu menyerahkan seragam ku namun masih bentuk kain dan harus aku jahitkan sendiri.

"Ukuran sepatu kamu berapa Haruka?"

"42"

"Baiklah untuk sepatu akan ibu serahkan besok, untuk sekolahnya juga besok harus datang"

"Eh besok? ?" tanya ku

"Iya besok, ini sudah mau ujian pertengahan semester pertama jadi ibu sarankan cepat mengikuti sebelum kamu tertinggal jauh"

"Oh, baiklah bu"

Pada hari jumat atau besoknya aku langsung masuk sekolah.

Di kelas 10 1 yang hanya berisi 2 siswa dan 7 siswi.

"Inilah masa SMA terburuk" pikir ku

"Perkenalkan teman baru kalian, dia Haruka Shinomiya, datang dari Miyagi, Haruka kun langsung saja duduk di kursi ya"

"Eh aku tidak perlu berkata beberapa hal dulu?"

"Tidak usah, nanti kenalannya di jam istirahat saja"

"Oh baiklah"

Aku duduk di salah satu bangku kosong depan sebab ya jika sedikit murid walaupun duduk di belakang juga akan tetap kelihatan.

Guru menerangkan materi pembelajaran, matematika wajib kurasa sebab aku belum menerima jadwal, hanya melakukan pengamatan dari materinya saja.

"Kerjakan Haruka kun"

"Eh"

"Sudah maju saja atau ibu guru akan marah loh" ucap salah seorang laki laki samping ku

Aku maju ke depan mengerjakan soal yang lumayan mudah.

"Kamu bisa?" tanya guru tidak percaya

"Memangnya soalnya sulit?" tanya ku

"Ya tidak sulit juga sih, tapi kebanyakan teman mu pasti tidak bisa"

"Eh benarkan?" tanya ku

"Iya benar"

"Aku agak lupa jika sekolah di pinggiran pasti grade nya juga akan turun" pikir ku

.

Pelajaran lain pun juga aku bisa semua, kurasa memang di sini yang agak tertinggal.

Tapi ya ku nikmati saja, malah lebih mudah, dan bisa agak bersantai.

.

Kehidupan baru ku indah tanpa adanya beban lagi, aku suka hidup seperti ini.

3 bulan berlalu.

Sekarang musim gugur

Setiap hari ku habiskan dengan bekerja dan bermain bersama teman sebaya ku, kurasa aku malah menikmati hidup sebagai remaja yang bebas.

Hari ini aku di ajak berkunjung ke tempat Handa san oleh Chi chan dan Hina, kata mereka, Handa san akan menujukan maha karya kaligrafinya

"Baik baik aku ikut" ucap ku

Sesampainya di rumah Handa san kami di perlihatkan oleh lukasan tinta hitam indah dengan kanji yang artinya.

"Jangan lepaskan"

Ingatan ku seakan kembali merasuk pada mataku, bayangan Saki dan keluarga ku yang sudah lama aku tinggalkan.

Air mata ku menetes.

"Kakak kenapa menangis?" tanya Hina

Ku usap air mata ku.

"Tidak apa, aku mau kembali dulu ya"

"Eh kenapa buru buru? Ayo minum teh dulu" ucap Handa san

"Mungkin di lain waktu Handa san, Aku rasa kurang enak badan"

"Jika begitu hati hati di jalan, jika kamu sakit parah jangan lupa keluar rumah dulu jangan hanya diam di dalam rumah"

"Baik Handa san"

Di Rumah.

Aku menangis entah kenapa stress datang kembali padaku.

"Sudah ku katakan bukan, melepasakan bukan jalan terbaik, lebih baik bertahan walaupun dengan sedikit sakit dan sedikit kebohongan"

"Diamlah kamu nenek tua"

"Ya terserah kamu, aku hanya berkata, kurasa kamu masih bisa bersama dengan mantan istri mu"

"Tidak mungkin bisa" teriak ku

"Wanita itu juga ada salahnya, tapi kamu yang salah karena mengikuti kata wanita"

"Aku harus apa nek! Aku ini hanya manusia biasa yang tidak tau kata hati manusia lain"

"Ya nenek tau, pilihan terserah padamu juga"

"Sudahlah nek aku mau tidur dulu, ini sudah terlalu larut"

"Ya selamat tidur"

.

Aku bermimpi bahwa hidup ku ini memang hancur, aku berada di alam mana sebenarnya?

Di mimpi atau di mana ini, ku lihat Saki pergi untuk selamanya dari hidup ku.

"Tidak Saki chan jangan pergi aku masih cinta kepada mu!!" teriak ku

Kuharap ini mimpi semata dan bukan kenyataan namun aslinya adalah.

Aku tersadar dari lamunan ku selama ini.

Aku duduk menangis di depan makam istriku yang bunuh diri sebelum perceraian kami di laksanakan.

"Saki Shinomiya"

"Senin 15 Juni... "

End...