"Boleh aku saja yang menyetir Sanae san?" tanya ku karena tidak enak menyuruh wanita yang menyetir
"Boleh saja jika kamu punya sim, apa kamu punya?"
"Aku ada, sebentar" ucap ku lalu menunjukan sim ku yang ada di dompet
"Baiklah, ini kuncinya"
"Oke, anda yang tunjukkan jalan ya sanae san"
"Baik"
Kami mulai berkendara menuju kita terdekat yaitu kota Erimo pusat sebab hanya di sana yang ada daeler mobil.
.
"Lurus terus Haruka san sebanyak 400 meter, daeler mobil ada di kanan jalan"
"Baiklah Sanae san"
.
Ketika aku sampai di sana ternyata juga ada mesin atm di dekatnya jadi langsung ku surah kembali saja si Sanae.
"Apa kamu yakin bisa mengurus dokumennya dalam 1 hari?"
"Jika aku mengambil yang murah harusnya hari ini selesai kok"
"Baiklah jika kamu berkat seperti itu, jika pulang jangan tersesat ya"
"Baik Sanae san"
.
Aku masuk ke dalam.
"Pagi tuan bolehkan saya membantu anda dalam memilih mobil"
"Tentu" jawab ku
"Pertama pilihan kendaraan untuk apa ini tuan?"
"Yang bisa di naiki banyak orang tapi jangan yang terlalu mahal, sebab hanya ku gunakan di desa"
"Jika begitu aku akan menyarankan Daihatsu, ini pilihan ekonomi keluara sebab kursi penumpang sampai 7, harganya di mulai dari 1 juta yen saja" ucapnya sambil menunjukan mobil abu abu
"Aku tidak terlalu suka, kita naikan ke menengah ke atas saja" ucap ku
"Jadi di kisaran 3 juta yen ke atas benar?"
"Benar" balas ku
Dia menujukan padaku mobil Toyota Senta berwarna quartz brown.
"Bagimana dengan yang ini tuan? Kursi 7 orang masih ada sedikit ruang di belakang untuk menyimpan barang dan tentunya disain yang elegan sebab warnanya klasik"
"Harganya?" tanya ku
"3,5 juta yen tuan"
"Hari ini bisa ku bawa pulang?" tanya ku
"Maaf tuan, minimal bisa di urus dokumen hanya besok jadi besok baru bisa di bawa jika beli sekarang"
"Hmmm dasar seles seles" pikir ku
"Ku tambahkan 30 rb yen bisa kamu urus dokumennya sekarang?"
"Akan kami urus dalam 30 menit tuan"
"Baiklah maka kita sepakat ya"
"Tentu tuan, pembayaran mau lewat tunai atau kartu tuan?"
"Boleh ku transfer e banking saja?"
"Tentu bisa tuan, silahkan transfer sebanyak 3.530.000 yen pada nomor rek ini.."
Ku kirimkan sebanyak nominal yang dia minta.
"Sudah ku kirim, coba cek"
"Sudah masuk tuan, sekarang akan ku urus, bolehkah aku minta kartu identitas anda"
"Sim boleh?"
"Boleh tuan"
"Apa atm itu bisa di gunakan?" tanya ku
"Bisa tuan"
"Baiklah"
Sekalian menunggu, aku pergi ke atm untuk menarik uang.
Ku tarik uang sebanyak 1 juta yen, namun gagal, ku coba 500rb yen baru bisa.
"Yang salah kartunya atau atmnya ini?" pikir ku
"Maaf tuan memang seperti ini aturan terbaru bank..., penarikan maksimal harian adalah 500rb yen" ucap satpam saat aku mengerutu sendiri
"Oh begitu rupanya, lalu apa ada bank... Di dekat sini?"
"Ada tuan, banknya 400 meter ke timur, bank itu ada di kanan jalan jika dari sini"
"Baiklah"
.
Setelah 30 menit dokumen mobil selesai dan plat asli sudah di cetak juga.
"Ini kuncinya, ini dokumennya, dan ini kartu servisnya tuan"
"Terima kasih"
Pertama tama mereka keluarkan dulu mobilnya, barulah aku boleh menaiki mobil itu.
.
"Baiklah sekarang aku bank dulu" ucap ku
Aku mengikuti arahan dari satpam tadi, hanya 2 menit berselang aku sudah sampai di sana.
Aku masuk ke bank.
Aku mengambil nomor antian untuk transaksi sebab ada beberapa pilihan mengantri untuk apa saja.
"Nomor 20 ya" ku lihat nomor yang tertera di nomor digital yang sudah di panggil adalah 19 artinya nomor ku akan segera di panggil.
Nomor berubah jadi 20 yang artinya giliran ku.
Aku duduk di depan taller banknya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan"
"Saya mau melakukan penarikan tunai, sebab saya sudah terkenal limit penarikan harian di atm"
"Boleh saja lihat kartu dan rekening anda tuan?"
"Eh pakai rekening?" tanya ku
"Boleh pakai boleh tidak, yang terpenting bisa menujukan bukti bahwa kartu itu milik anda"
"Dengan e banking bisa?" tanya ku
"Bisa tuan"
Aku memperlihatkan kartu ku dan ku perlihatkan e banking ku, teller bank memverifikasinya apa benar cocok.
"Penarikan tunai anda dapat kami proses tuan, berapa dana yang ingin anda tarik?"
"10 juta yen"
.
Teller membuat pengajuan ke e banking ku sebanyak 10 juta yen.
"Sudah masuk tuan di e banking anda?"
"Sudah, lalu ku tekan oke"
"Baiklah silahkan tunggu dulu hingga nama anda akan kami panggil kembali"
"Baik"
Hanya butuh waktu 5 menit akhirnya namaku di panggil lagi, teller itu memberikan aku kantong uang kertas coklat tebal.
"Terima kasih telah melakukan transaksi di bank kami tuan"
"Sama sama"
Sebelum aku keluar aku tanya kembali ke satpam.
"Pak Supermarket terdekat ada di mana?"
"Tinggal ke timur tuan, mungkin hanya 400 meter, supermarketnya ada di kiri jalan"
"Terima kasih pak"
"Sama sama tuan"
.
Aku langsung keluar bank dan menuju ke supermarket terdekat tersebut.
5 menit berselang aku sudah sampai di sana.
.
Ku ambil troli sebab belanjaan ku sangat banyak pastinya, mulai dari kasur lipat, lemari pakaian yang ringan, alat gambar, serta keperluan rumah tangga lain.
Aku belanja dari jam 9 sampai jam 11.
Total belanjaan ku adalah 65 rb yen lebih sedikit.
Ku masukan semua belanjaan ke mobil, tadi aku juga menitipkan snack ku di toko perlengkapan selam jadi mungkin aku akan mampir ke sana dulu setelah pulang.
.
Ku nyalakan mobil ku menuju ke toko perlengkapan selam dulu.
Broom!
"Hahaha mobilnya bagus juga" ucap ku
.
Perjalanan ku sepanjang 7 km lebih, waktunya hanya 14 menit kurang.
Sesampainya aku di toko itu.
"Permisi, aku mau mengambil belanjaan ku yang ku tinggalkan di sini" ucap ku
Mata ku yang melihat pemandangan laki laki bugil sangat membakar mata.
"Mataku mataku" teriak ku
"Hahaha sudahlah Haruka san, memang begitu kebiasaan mereka, ini belanjaan mu" ucap Sanae
"Apa mereka selalu bugil?"
"Mereka bugil hanya ketika akan mabuk"
"Setiap hari mereka bugil?" tanya ku
"Ya mereka mabuknya memang setiap hari juga"
"Astaga apa mereka tidak takut gagal ginjal"
"Tenang kok alkohol yang mereka minum hanya 60%"
"Itu sudah sangat merusak Sanae san"
"Eh apa iya, tapi Yaki berkata itu masih aman"
"Hmm sudahlah mana belanjaan ku, aku mau kembali cepat"
"Ini"
"Sampai jumpa Sanae san"
"Sampai jumpa Haruka san"
.
Ku naik mobil lagi, di depan gapura aku bertemu dengan Chi chan dan Hina chan.
Ku binyikan klakson mobil dan mereka kaget.
"Uwaaaa" teriak Chi chan
"Siapa itu Chi chan" tanya Hina
"Entahlah tapi dia sudah mengkagetkan aku!"
Ku buka kaca mobil.
"Halo berdua" ucap ku
"Wahh kakak Haruka" teriak mereka berdua
"Ayo masuk Hina chan, ayo naik kita mobilnya kak Haruka"
"Umm"
"Ehh siapa yang mengizinkan kalian untuk naik" tanya ku
"Kakak kan mau memberikan tumpangan bukanya?" tanya Hina
"Tidak"
Hina yang mendengar menjadi ingin menangis.
"Lihat kak, kamu membuat Hina chan menangis"
"Huh, naiklah dari pintu samping depan" ucap ku lalu membukakan pintu
Hina yang mendengar menjadi senang.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil.
"Tutup pintunya Chi chan" ucap ku
"Sudah kok"
"Buka lagi lalu tutup lebih keras"
"Bukanya di mana?"
"Tuas hitam di kiri mu itu"
"Di tekan?"
"Di tarik" balas ku
Di tariknya lalu pintu terbuka.
"Tutup dengan keras" ucap ku
Brugg
Pintu tertutup rapat.
"Pakai sabuk pengamanya" ucap ku
Hina kebingungan mencari.
"Ada di kirimu Chi chan jadi Hina jangan panik" ucap ku
"Oh kakak tidak bilang sih"
Setelah beres aku mulai menjalankan mobilnya.
"Waahhh nyama ya tidak seperti motornya kakek Tanaka" ucap Chi chan
"Umm benar lah Chi chan" balas Hina
"Kalian mau turun di mana?" tanya ku
"Di rumahmu dong kak" ucap Chi chan
"Mau makan siang?" tanya ku
"Umm" ucap mereka berdua
"Baiklah"
"Lumayan lah untuk teman ngobrol daripada sendirian" ucap ku
"Kakak kamu beli banyak barang ya di belakang" ucap Hina
"Iya, kakak kan baru pindahan"
"Mari nanti aku bantu dengan Chi chan"
"Betul sekali mari kami bantu" kata Chi chan
"Tentu"
Jam 11.40 kami tiba di rumah baru ku, pertama ku buka dulu gerbangnya lalu ku masukan mobil ku di garasi mobil, untungnya rumah ini ada garasinya.
"Sudah, kalian turun dulu"
"Baik kak, tapi lepaskan sabuk pengaman ini dulu" ucap Hina
"Oh belum bisa ya, baik baik akan ku buka kan"
.
Setelah turun kami menurunkan barang barang ke dalam rumah dulu, untuk penataanya nanti saja.
10 menit berlalu.
"Terima kasih kalian, sebagi imbalan kalian mau makan apa?"
"Mie lagi" ucap Hina dan Chi chan
"Jangan makan mie terus, daging sapi mau?" tanya ku
"Mau mau"
"Baiklah, kalian tunggu 10 menit ya, silahkan main main dulu atau makan snack ringan itu dulu" ucap ku sambil menujuk plastik putih dari supermarket
.
Aku membuka satu kardus berisi kompor listrik.
Kompor lama ku copot dan ku singkirkan dulu, lalu penanak nasinya aku pasang yang baru juga.
Ku panaskan teflon dengan sedikit minyak.
Aku buka kemasan daging kobe A5 yang ku beli 2 potong tadi, lalu ku goreng di teflon yang sudah panas itu.
"Humm huhhh baunya memang sesuai harganya, benar kata Saki bahwa ada harga ada rupa" ucap ku
5 menit daging matang di barengi dengan sausnya yang matang juga.
Tinggal menunggu nasi matang, karena yang ku masak hanya sedikit hanya dalam waktu 10 menit nasi sudah matang, namun belum bisa langsung di nikmati, harus di aduk dulu dan di diamkan kembali baru enak di makan.
Ku tunggu satu menit barulah ku masukan nasi ke dalam mangkuk don kecil untuk mereka berdua dan besar untuk ku.
Satu potong daging untuk ku dan setengah potong untuk masing masing dari mereka, lalu ku tuang saus kecap gurih di atasnya.
.
Saat aku datang ke ruang tamu mereka berdua sedang ngobrol sambil menikmati snack yang ku berikan.
"Kakak buka ini" ucap Chi chan sambil memegang bir
"Khiiii" teriak ku
"Taruh kembali, itu bukan minuman anak kecil"
"Apa ku kata Chi chan" teriak Hina
"Ya siapa tau kita boleh minum kan"
"Sudah taruh itu kembali, ini makanan kalian" ucap ku
"Terima kasih kakak"
"Oke Hina"
Kami makan bersama.
"Selamat makan" ucap Hina dan Chi chan
Satu suapan dengan sendok(mereka belum terlalu bisa pakai sumpit)
"Astaga ini sangat meleleh di mulut kak" ucap Chi chan
"Mmmm ini sangat enak"
"Jika enak jangan terlalu cepat di habiskan ya dagingnya, aku tidak ada daging tambahan hanya bisa tambah nasi jika ingin"
"Ehhh" ucap Chi chan dan Hina
"Ya jangan eh, kalian kan ku beri jadi jangan minta lebih"
"Hehehe baik kak Haruka"
.
"Tambah nasi dan sausnya kak" ucap Chi chan lalu di susul Hina
"Baiklah"
Ku ambilan mereka berdua tambahan nasi dan sausnya.
.
"Terima kasih" ucap mereka berdua
"Tentu"
Setelah kenyang mereka malah tertidur di rumah ku.
"Hmmm dasar anak anak ini"
Aku mulai berberes rumah, mengatur barang barang yang baru ku beli.
Tok tok
Pagar rumah di ketuk.
"Shinomiya san" teriak tamunya
Aku keluar rumah dan menyapa tamunya.
"Ada apa ya pak?" tanya ku
"Begini Haruka san, saya Roku Hikari kepala desa di sini, niat saya kemari mau mengumpulkan data penduduk baru, kata Fumiko san anda ingin menetap di sini"
"Oh benar saya ingin menetap di sini tapi data saya belum ku buat di kantor sipil"
"Bisa di wakilkan lewat saja Shinomiya san jika mau"
"Oh begitu rupanya, lalu apa yang aku butuhkan sebagai syaratnya?"
"Foto copy Identitas diri dan Kartu keluarga saja"
"Oh sebentar akan ku ambilkan foto copynya"
"Baik Shinomiya san"
Walaupun agak tidak sopan membuat tamu berdiri di luar, tapi akan lebih malu jika menjamu tamu jika rumah masih berantakan.
Aku menghampiri Roku san lagi untuk memberikannya foto copy sim dan kartu keluarga ku terbaru.
"Anda masih 16 tahun?" tanyanya
"Benar, tapi saya pernah menikah jadi saya punya kartu keluarga"
"Oh, maafkan aku Shinomiya san"
"Tidak apa"
Kepala desa pun pergi dengan membawa dokumen tersebut, lalu aku kembali berberes barang barang.
Jam 1.30 siang pekerjaan ku selesai, kedua bocah tadi masih tertidur pulas.
Aku istirahat di teras samping, untuk berkenalan dengan para tetangga mungkin besok saja sekalian membawakan mereka makanan.
Dengan rokok di tangan ku hisap perlahan menikmati kenikmatannya, sembari mencoba melupakan kenangan dimana Saki selalu melarang ku merokok.
"Haruka kun jangan merokok lagi!"
"Serahkan rokok mu itu"
"Semuanya Haruka kun!"
.
"Sial, mau di lupakan kok malah jadi teringat" ucap ku karena air mata yang menetes di celana ku
.
Laki laki boleh tegar akan luka luar, tapi sebenarnya juga rentan jika ia terkena tekanan mental apalagi yang menyayat hati. (hanya dilakukan oleh laki laki yang sudah menjatuhkan hatinya untuk satu orang wanita)
"Hey kamu dimana Chi chan dan Hina chan" teriak Handa dari luar pagar
"Anda siapa?" tanya ku
"Aku Handa Kosuke, kamu pasti menyembunyikan mereka berdua di dalam kan!"
"Tidak ku sembunyikan juga, mereka tertidur setelah makan siang, mereka tertidur di dalam, jika tidak percaya lihat saja sendiri"
"Buka kan pintu gerbangnya"
"Baik baik" balas ku
Setelah Handa masuk ia mengecek apa benar perkataanku.
.
"Maafkan aku, karena sudah salah sangka dengan anda Shinomiya san"
"Panggil saja aku Haruka"
"Jika begitu kamu juga boleh memanggil ku Handa"
"Baiklah, duduk saja di sini sebentar sembari menunggu mereka bangun" ucap ku
"Umm baiklah"
"Mau rokok?" tanya ku
"Boleh, minta satu" ucap Handa san
.
Setelah di nyalakan Handa mencoba menghisap rokoknya tapi malah batuk.
"Anda ini perokok atau bukan?" tanya ku
"Aku sudah jarang merokok"
"Oh, pelan pelan saja"
"Tentu"
.
"Kamu apa juga baru pindah di sini Haruka san?"
"Benar, baru tadi pagi, apa anda juga orang baru?"
"Iya, aku juga baru di sini, aku baru satu bulan menetap"
"Sebagai penduduk asli atau hanya lewat saja?"
"Aku hanya lewat, aku disini cuma untuk pekerjaan ku"
"Pekerjaan mu menggambar kaligrafi kanji?"
"Benar sekali"
"Oh ternyata kamu itu oramg yang suka menggambar tulisan"
"Kata siapa itu?"
"Ya kedua bocah itu"
.
Kami mengobrol sampai pukul 2.30 siang.
Hina dan Chi chan sudah bangun.
"Tidur kalian nyenyak?" tanya ku
"Nyenyak" balas Hina chan
"Ayo kalian kembali lah, tidak baik merepotkan Haruka ni chan" kata Handa
"Baiklah"
Mereka bertiga pergi dari rumah ku.
"Sampai jumpa nanti malam kakak Haruka" teriak Chi chan
"Jangan datang lagi" balas ku