Chereads / REWRITE THE STAR'S / Chapter 26 - Arunika, Sandyakala, Alterio

Chapter 26 - Arunika, Sandyakala, Alterio

Goresan 25 ; Arunika, Sandyakala, Alterio

-----

Motor sport merah milik Alterio melaju dengan kecepatan diatas rata-rata untuk sampai dibilangan Jakarta Pusat, cafe dimana Arunika katanya. Ia ingin tahu, bagaimana keadaan Arunika? Meski tadi ia sudah melihat jika gadis itu baik-baik saja. Dan ya, dia juga ingin tahu mengapa Arunika dan Sandyakala berada pada satu tempat yang sama dan itu cafe.

Butuh waktu hingga setengah jam, laki-laki itu bisa memarkirkan motor sport miliknya dipelataran parkiran cafe Lara. Setelah melepaskan helm full face miliknya, Alterio berjalan masuk kedalam cafe.

Ia sudah disambut dengan pengunjung yang tak henti-hentinya menatap kearah Alterio entah secara terang-terangan atau bahkan diam-diam, Alterio hanya balik menatap mereka dengan tatapan tajam juga wajah dingin andalan miliknya.

Beberapa orang yang memang lemah mental, memilih tidak lagi memperhatikan apalagi berharap pada laki-laki pemilik wajah dingin dan sorot mata tajam namun bak pahatan dewa Yunani itu, namun beberapa orang lainnya tetap pada pendirian mereka memperhatikan Alterio.

Langkah kakinya mendekat kearah meja dimana ada sosok Sandyakala dan Arunika disana.

"Tadi gue cari dirumah, eh malah lo nggak ada." Arunika menatap laki-laki yang baru saja duduk disebelahnya dengan kata tiba-tiba.

"Iya, gue memang mau keluar, mumpung ada Sandyakala yang mau anter gue." Arunika menatap Sandyakala dengan tatapan memuji miliknya.

"Iya nggak, Kala." Gadis itu tersenyum dan menatap Sandyakala dengan tangan yang menjadi topangan dagu miliknya.

Alterio menatap Sandyakala sebal, kala laki-laki itu malah menatap dirinya balik dengan tatapan dingin yang lebih ke 'gue bilang apa? Disuka gue. Bukan lo.'

Dasar Sandyakala!

"Gue juga bisa anter." Ucap Alterio, dengan nada dingin yang bahkan bisa membuat siapa saja merinding jika berbicara dengan laki-laki itu.

"Nggak-nggak gue bercanda kok." Arunika tertawa begitu lepas, membuat dua pasang tajam yang saling beradu pandang itu, menatap kearah yang sama dan dengan pandangan melunak.

Tunggu? Melunak?

Sadar jika ia diperhatikan dan tawanya terlalu lepas, Arunika berdehem dan mulai menatap kedua laki-laki didepannya dengan wajah seperti semula.

"Jangan berantem disini. Gue nggak tau deh apa coba yang kalian berantemin sampai tonjok-tonjokan gitu, nggak kasihan sama itu muka, hidung masih mending dikasih yang cakep-cakep." Arunika menatap Alterio dan Sandyakala bergantian.

"Nggak usah ketawa Al." Tatap Arunika sinis pada laki-laki yang sedang tertawa itu.

"Nggak bisa, lo lucu sih." Arunika memutar bola matanya malas.

"Nggak usah keluar deh tuh buaya." Arunika memutar bola matanya malas.

"Ya maaf, gue nggak sengaja." Alterio terdiam dan mulai menatap Arunika serius.

"Pftttt ha ha ha.." Tawa Arunika kembali menyembul kala gadis itu mendengarkan perkataan Alterio dan menatap kearah laki-laki itu yang sok-sokan sekali serius.

Sandyakala yang melihat keduanya tertawa tak hentinya, menatap tajam bahkan ingin sekali membawa Arunika pergi dari tempat ini dan menjauh dari dirinya dan Arunika.

Eh? Tapi tunggu. Mengapa Sandyakala jadi seperti orang yang cemburu begini? Kebakaran jenggot sendiri karena sosok Arunika yang lebih bahagia bersama Alterio, sosok Arunika yang malah tidak menganggap dirinya ada disini.

Ekhm.

Suara Sandyakala menginterupsi mereka berdua, juga agar Sandyakala tidak berpikir kemana-mana. Laki-laki itu berdiri, berniat keluar dari cafe namun urung karena tangannya dicekal oleh Arunika yang juga berdiri tiba-tiba dari duduknya.

Sandyakala menatap Arunika dingin dan menaikan sebelah alisnya bingung, kala gadis itu juga ikut berdiri dan mencekal tangannya.

"Jangan pergi dulu Kala, gue mau lo lihat gue nyanyi oke, ini lagu buat lo. Ah, lo mah harus dipaksa gue yakin deh pasti waktu kelas seni dilapangan lo nggak lihat gue nyanyikan? Padahal itu buat lo." Terang Arunika, membuat Sandyakala hanya bisa menatap gadis itu dingin, dengan jantung yang berdebar begitu kencang.

Laki-laki itu melepaskan tangan Arunika tiba-tiba, dan kembali duduk.

Arunika tersenyum saat Sandyakala mau, dan mendengarkan perkataanya. Ah, sayang sekali gadis itu tidak tahu saja saat kelas seni bahkan Sandyakala tak urung beranjak dari tempatnya, hanya karena lagu yang Arunika bawakan mampu membawa gejolak batin tersendiri untuk laki-laki itu.

Dan ya, Alterio yang kini melihat keduanya hanya bisa berdecak sebal.

***

Arunika naik keatas panggung bersama Alterio, gadis itu tidak diizinkan bernyanyi sendiri dengan gitar yang akan menemaninya, Alteri yang akan memainkan gitar itu dan Arunika yang akan menyanyi, itu lebih adil. Kata Alterio.

Keduanya duduk distand kecil yang langsung memperlihatkan banyak pasang wajah yang menatap kearahnya, Arunika adalah orang yang mudah sekali menguasai dirinya didepan panggung bahkan sebenarnya dia adalah manusia yang juga suka sekali terkena panik saat naik keatas panggung.

Alterio mengenggam tangan Arunika, membuat gadis itu menatap kearahnya, kedua mata itu sejenak saling terpaku hingga Arunika menampilkan deretan giginya membuat Alterio kembali kealam sadarnya, bukan Alterio yang melepaskan kaitan tangan mereka berdua. Tapi, Arunika.

Gitar mulai mengalun memenuhi ruang cafe, kala laki-laki itu mulai memetik gitarnya sesuai dengan chord tiap chord lagu yang akan Arunika bawakan. Sejenak, semua pasang mata didalam cafe menatap kearah Arunika dan Alterio bersamaan.

'Di hidup ini'

'Telah kusinggahi banyak cinta'

'Namun tak pernah aku temui cinta'

'Sekuat aku menginginkan dia'

'Hal hebatku kurasakan'

'Kini dicintai seseorang'

'Yang 'ku pun mencintai'

'Itu sempurna'

Arunika menatap Sandyakala dengan tatapan sayu, namun penuh akan mata. Yang ditatap hanya menatap balik dengan tatapan tajam dan tidak ada minat sama sekali.

'Takkan siakan dia'

'Belum tentu ada yang seperti dia'

'Satu dunia tahu aku bahagia'

'Banyak pasang mata saksinya'

'Takkan duakan dia'

'Belum tentu esok'kan masih ada'

'Kesempatan tak datang kedua kalinya'

'Hargai dan jaga hatinya'

Petikan gitar itu berhenti, bersamaan dengan tepukan tangan dari seisi cafe yang begitu terpesona dengan suara Arunika yang indah, bahkan sangat sempurna untuk dirinya. Ah, gadis itu jadi membuat banyak pasang bertanya, apakah gadis itu sedang merasakan apa yang sedang ia nyanyikan? Hingga, gadis itu begitu membuat apa yang ia nyanyikan tersentuh pada tiap hati yang mendengarkan?

Tapi, tidak juga untuk Sandyakala laki-laki itu hanya biasa saja, meski sedikit ada rasa aneh yang memenuhi rongga jiwa dan dada yang tidak bisa dirinya sendiri katakan.

Arunika berjalan menuju Sandyakala dan tersenyum, sedangkan yang disenyumi hanya menatap balik dengan tatapan dingin dan tanpa minat.

"Itu lagu buat kamu, suka nggak?" Tanya Arunika dengan wajah bahagia miliknya.

"Nggak." Singkat, padat dan merobek jiwa.

Arunika tertawa pelan saat sifat Sandyakala kembali lagi, ia bahkan merasa Sandyakala punya dua kepribadian. Bahkan, Alterio yang berdiri dibelakang Arunika hanya tertawa renyah melihat Sandyakala.

"Suara lo jelek, dan lagunya juga nggak cocok buat lo."

Sandyakala maju satu langkah, mendekat kearah gadis itu.

"Kini dicintai dia? Sejak kapan gue suka lo? Bahkan gue aja males ngelihat lo ada dideket gua." Hampir saja Alterio kembali memberikan bogeman mentah, kalau Arunika tak tertawa pelan dan mengangguk.

"Suatu saat penggal lirik itu akan jadi kenyataan, Kal."

Dan ya, Arunika berhasil membalikan kata yang mampu membuat Sandyakala bergeming disana.

••••