Chereads / REWRITE THE STAR'S / Chapter 6 - Kasihan ?

Chapter 6 - Kasihan ?

Goresan 5 ; Kasihan ?

Aku manusia, yang tak perlu kamu kasihani.

- Arunika Nayanika

-----

Bu Rihana menatap punggung Arunika yang mulai hilang ditelan belokan, wajahnya merah padam. Ucapan kurang ajar milik Arunika, membuat dirinya tak habis pikir. Bahkan, perkataan Arunika membuat penghuni ruang guru atau siswa-siswi yang tak sengaja mendengarkan perdebatan keduanya, menatap gadis itu dengan tatapan yang berbeda-beda.

Kabar perdebatan antara Bu Rihana, menyebar keseantero SMA Guardian. Kabar itu seperti daun jatuh yang tertiup oleh angin, terombang-ambing tak tentu arah, jatuh pada tempat yang salah atau benar. Namun, kali ini berbeda karena tidak semua penghuni SMA Guardian adalah orang baik.

Bahkan kabar itu pun, sudah sampai ditelinga teman-teman baru Sandyakala, yang kebetulan juga sedang bersama Sandyakala.

"Arunika emang cewe beda, bar-barnya gak main-main." Zidan memulai percakapannya dengan topik yang sedang panas, namun tak sepanas gorengan yang baru saja diangkat dari wajan hehe, oke back to story.

Sandyakala yang mendengar nama cewe gila itu disebut oleh Zidan-- teman barunya, diam-diam mendengarkan dengan seksama. Meski, tampang cuek dan sikap yang tak perduli menjadi cover laki-laki itu sekarang.

"Gue sih, kalau jadi Arunika yang dibanding-bandingin sama Anna, ya marah dong. Gue setuju sama kata-kata Arunika, kalau guru tugasnya ngedidik anak murid, bukan ngebanding-bandingin." Alerio menimpali, sedangkan Alterio yang notabene adalah kembaran Alerio hanya diam dengan wajah dinginnya sama seperti Sandyakala.

Sebelum melanjutkan alur cerita ini, ada baiknya kita berkenalan dengan teman-teman baru Sandyakala.

Welcome!!!

Zidan Falerino adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Aby Falerino adalah Ayah Zidan sekaligus pengacara terkenal di Jakarta. Sayang seribu sayang, karena tidak ada hukum bagi buaya darat seperti Zidan yang suka sekali mengumbar janji palsu pada banyak perempuan. Ia, bahkan memiliki daftar gadis yang sudah ia kencani. Meski begitu, karena wajah tampan dan mapan, malah semakin banyak gadis yang terpincut olehnya. Kita doakan saja semoga secepatnya Zidan bisa bertaubat dan mendapatkan perempuan yang tulus padanya. Dan iya, Zidan adalah sosok paling absurd dicricle pertemanan mereka.

Alerio Albert Baswara. Laki-laki dengan tinggi 175 cm itu adalah adik dari Alterio, laki-laki yang sebelas dua belas absurd nya dengan sosok Zidan. Laki-laki itu memang random, namun jika sudah mengeluarkan wejangan semua orang akan terbungkam dibuatnya, wejangannya mengalahi sosok motivator terkenal yaitu Mario Teguh.

Alterio Albert Baswara. Laki-laki dengan tinggi 176 cm adalah kakak dari Alerio, mereka hanya berselisih satu jam saja. Alterio berbanding terbalik dengan Alerio, sosok Alterio lebih terkenal cuek dan dingin. Ia misterius dengan segala cerita hidupnya.

Sekian perkenalan mereka.

Sandyakala tiba-tiba berdiri dari duduknya, setelah Alerio menyudahi pendapatnya. Setelah mendengarkan ucapan Alerio, yang sudah menjadi kunci jawabannya atas pertanyaan beberapa menit yang lalu terputar diotaknya. Tanpa basa-basi, laki-laki itu berjalan keluar kantin. Alerio dan Zidan menatap punggung tegap milik Sandyakala dengan tatapan bingung. Sedangkan Alterio menatap punggung tegap milik Sandyakala dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

Koridor demi koridor yang Sandyakala lewati, kali ini sedikit ramai, tapi ia tetap melawan arus. Disaat yang lain berbondong-bondong memilih untuk kearah kantin, Sandyakala malah memilih kelas sebagai tujuannya kali ini. Iya, satu tempat yang entah kenapa bisa terlintas dikepala nya begitu saja. Namun sayang, usahanya untuk menemukan sosok itu tak semulus jalan tol yang bebas hambatan.

"Arunika mana?" Pertanyaan to the point dengan wajah dingin, Sandyakala layangkan kala ia masuk kedalam kelas dan berdiri tepat didepan teman sebangku Arunika.

Farah. Si gadis berkacamata bulat dan imut itu, menatap bingung Sandyakala dengan kedatangan yang tiba-tiba juga pertanyaan to the point yang membuat otaknya lamban menerima apa yang dimaksud oleh Sandyakala.

Semenit berikutnya, gadis itu menggeleng.

"Nggak tau."

Sandyakala mengeluarkan nafas berat, sebelum akhirnya kembali melangkahkan kaki keluar kelas tanpa mengucapkan terima kasih, pada gadis yang masih menatap bingung kearah punggung tegap milik Sandyakala yang semakin hilang dari pandangan.

Entah bisikan darimana, mungkin saja setan sekolah teman Arunika yang tak sengaja lewat. Membuat Sandyakala tiba-tiba saja melangkahkan kakinya menuju rooftop sekolah.

Semilir angin menerpa wajah Sandyakala, kala ia baru saja menginjakan kaki dirooftop. Netra abu-abu nya berhasil menemukan sosok yang sejak tadi ia cari keberadaannya. Gadis itu duduk dipembatas gedung, apakah ia bahkan tidak takut jika sewaktu-waktu kakinya tergelincir dan jatuh, bisa-bisa nyawanya akan hilang detik itu juga. Memang Arunika tepat sekali mendapatkan title cewe gila dari Sandyakala.

Langkah kakinya, membawa Sandyakala mendekat kearah Arunika.

"Gue kira lo udah mati." Sandyakala duduk disebelah Arunika. Laki-laki itu bahkan rela duduk disebelah Arunika, meski ia tau. Jika, sewaktu-waktu Sandyakala bisa saja juga tergelincir dari gedung empat tingkat ini.

Arunika tertawa pelan. Sejak tadi gadis itu bahkan tidak melihat kearah Sandyakala, fokusnya masih kearah objek didepan sana.

"Gue kira, lo nggak perduli." Arunika membalik kata-kata yang Sandyakala lontarkan.

"Gue kesini, karena gak sengaja lewat dan ternyata, not bad." Perkataan paling panjang yang Sandyakala keluarkan saat bersama Arunika, penuh akan kebohongan. Sandyakala berbohong, karena sebenarnya hati kecilnya yang membawa ia untuk mencari Arunika.

Sejauh apapun ia menyangkal dengan kata-kata sarkas atau sikap dingin. Hati kecilnya selalu menginginkan hal berbeda.

"Kalau lo kira perkataan manusia itu perlu lo dengar, itu salah. Karena nggak semua perkataan manusia baik buat didengar."

Sandyakala kembali melontarkan perakataan paling panjangnya, kali ini mampu membuat

Arunika menatap kearah kiri dimana laki-laki itu berada. Sejenak, ia dibuat terpukau karena Sandyakala yang terlihat berbeda dari

samping. Dasar Arunika.

"Nggak, aku nggak dengerin perkataan siapa-siapa, kalau perkataan kamu. Aku selalu dengerin kok." Arunika mengubah kosa katanya seperti Anna, bahkan wajah innocent yang lebih seperti wajah kebelet poop membuat Sandyakala merubah raut wajahnya kembali dingin, kedatangannya ternyata salah.

"Cewe gila!" Desis Sandyakala, lalu berdiri dari duduknya.

"Panggilan sayang. Nggak papa, meski nyebelin ditelinga aku, tapi aku suka!" Gadis itu berucap semangat.

"Benerin dulu tuh otak, gesrek nggak pernah berubah."

"Cie yang merhatiin aku."

Sandyakala memilih berlalu, dari pada harus menimpali perkataan gadis gila itu.

Tanpa Sandyakala tau.

Sosok itu butuh bahu untuk bersandar.

Sosok itu butuh pendengar, tanpa perlu dibanding-bandingkan apalagi disalahkan.

Sosok itu butuh 'rumah', untuk kembali, dikala dunia menghakiminya tanpa henti.

Sosok itu butuh tangan hangat untuk menggenggamnya, melindunginya bahkan mengatakan bahwa 'kamu bisa dan semua akan baik-baik saja.'

Sosok pemilik jiwa rapuh, namun raga terlihat tidak apa itu yang diam-diam berharap pada punggung tegap yang semakin hilang, dari pandangan.

Iya, dia Arunika.

••••