Dia berjalan lurus mengangkat dagunya menatap tajam ke depan sepenuh jiwa, menampakkan rasa percaya dirinya yang sengaja ia tinggikan. Bagaimanapun dia tak mau menunjukkan rasa lemahnya di hadapan orang-orang di sekelilingnya. Namun, tampang polosnya terlalu diminati oleh kaum adam.
Jiwanya sudah tak lagi memusingkan untuk kesombongannya, yang ada di pikirannya adalah dia butuh meraih mimpinya.
Mata yang banyak memandangnya takjub kepada dirinya masih terus memandang suka tak suka, tetaplah gadis ini unggul. Tubuh moleknya yang sudah tersohor bahkan sampai ranah permodelan dan sikap andil dengan sikap yang tegas tak menampik banyak yang menghormati karena ide-idenya yang dilaksanakan secara apik di dalam organisasi dan pekuliahan. Namun, seperti biasa para perempuan di sekelilingnya iri dan tak suka.
Just like that, if i have more i didn't take decision to hide it. Slogan yang selalu gadis itu sematkan di dalam pikirannya sendiri.
"Sa, cewek lo tuh kayaknya ke sini deh." Tunjuk Wawan, sahabat yang terus mengikuti dari sejak umur Laksa masih sepuluh tahun.
"Terus kenapa? Biarin aja lah .…" Tak ditampiknya, Laksa dengan segenap hatinya senang memandang gadisnya, yang membuat seluruh orang takjub memandang gadisnya. Suka dan tak suka, Cleo sudah memiliki posisi di mata sekelilingnya.
Meski tak terelakkan, rasa cemburu memburu hatinya yang tak tampak.
"Kayak biasa, dia elegan, pede, dan cuma jinak sama lo tapi, kelewat polos juga hehe." Rian, sohib satu geng Laksa menimpali ucapan mereka, mengikuti kekagumanya terkekeh halus memikirkan Laksa dan Cleo yang memiliki hubungan aneh, menurut mereka.
"Samudera!" teriak Cleo sambil tersenyum ceria sembari merangkul lengan pacarnya yang memang besar, dipenuhi otot tentu saja.
"Hm?" Laksa tak bisa menghentikan kebiasaannya untuk tak mengusap kepala Cleo, dengan sayangnya.
"Temani aku rapat agensi …," pinta gadis itu dengan suara yang terdengar lembut seperti biasa.
"Dasar." Sang pacar pun terkekeh mendengarnya. Laksa memberikan senyuman tulusnya untuk gadisnya lagi. Maniknya tak bisa lepas untuk tak terus memandangi pacarnya.
"Ehm … Wan, kamu juga! Jangan bolos rapat!" Tatap Cleo melemparkan tatapan tajamnya untuk sahabat Laksa sendiri. Bahkan Wawan terkekeh geli melihat gadis mungil, milik Laksa. Jelas saja, model memang akan menjaga pola makan, dia merasa Cleo kelewat cantik.
Wawan sendiri mengulurkan tangannya, menggerakkan jemarinya memerintah Cleo untuk mendekatinya. Gadis itu melepaskan pelukannya di lengan Laksa, berjalan menghampiri Wawan. Tangannya tertarik paksa oleh Wawan sampai tubuhnya malah sudah duduk didekap Wawan.
"Aduh!" pekik Cleo, merasa terkejut dengan tarikan di tangannya.
"Kenapa gue kudu ikutan?" tanya Wawan sambil memandang Laksa, tapi tak pernah sekali pun Laksa melarangnya.
"Heh, lo ketua departemennya! Ganggu Cleo aja lo!" semprot wanita dengan potongan rambut bob-nya. Wanita itu dikenal sebagai tameng Cleopatra.
"Ya, gue kena semprot mulu," desah Wawan yang memilih mengabaikan gerutuan Tatu, sahabat Cleopatra.
Entah pasangan ini yang kelewat masa bodo, tak berperasaan atau memang tak saling suka melihat gadisnya sendiri di peluk erat oleh sahabatnya yang kurang ajar, ya Wawan memang mengatakan dirinya brengsek hanya saja, pelukan yang dibuatnya hanyalah suatu hal normal untuk Laksa dan Cleo.
Wawan masih berpikir, pacar Laksa yang terlalu murahan namun kelewat polos juga membuatnya pusing sendiri. Bahkan Rian dan teman-teman geng-nya tak habis pikir hanya bisa dibuat takjub dengan kelakuan yang sering dilihatnya, bosnya rela berbagi wanita.
Tak ada wanita lain yang mendekati atau bahkan si bos pergi kencan dan hanya Cleopatralah yang terus di sisi bosnya.
"Noh si cabe udah beraksi ke Laksa noh."
"Namanya juga pecun."
Banyak ucapan terlontar, hinaan dan desisan untuk gadis bertubuh kecil itu tapi seolah angin lalu dan tak diambil pusing.
Cleo bangkit lalu mengecup pipi Wawan sambil berlalu dan duduk di pangkuan Laksa. Sisi baiknya berdampingan dengan sisi buruknya juga. Beruntunglah menjadi Wawan yang diberi ciuman di pipi begitu saja.
"Habis ini, pipi gue biru deh, pake cium-cium lagi lo!" gerutu Wawan yang sudah melihat gelagat seorang Laksa yang tengah geram.
Pandangan para pria tentu saja iri. Ya bagaimana tak iri, jika pacar bosnya itu begitu cantik, manis terlalu manis, imut terlalu imut begitu membuat pikiran mereka mengarah ke mana-mana. Terutama membayangkan moleknya tubuh sang model.
"Bisa kan Sam, antar aku nanti?" tanya Cleo duduk dipangkuan Laksa sembari jemarinya mengelusi pipi milik Laksa.
"Yes, Lady." Laksa masih memikirkan bagaimana caranya menghilangkan Wawan yang telah mendapatkan ciuman dari bibir milik Cleo.
Laksa yang terkenal pendiam dan beringas tak pernah menunjukkan taring kemarahannya di hadapan gadisnya. Memang benar hanya Cleo, gadis kecil itu yang bisa menaklukan Laksa, Wawan tak pernah memungkiri keajaiban itu.
"Lo enggak pernah protektif Sa, sama dia?" Wawan masih memancing Laksa untuk berbicara. Mengedikkan dagunya ke arah Cleo.
"Kata siapa?! Habis ini iya dia diam, tapi ntar tiba-tiba jadi macan." Jemarinya mengusap leher Laksa, sambil mengendusi bau tubuh pria itu tepat di lehernya. Bahkan sekelompok pria itu menatap sambil meneguk sallivanya.
"Sudah deh Cleo, mereka ikut tergoda haha .…" Ya, hanya Wawan yang terlihat biasa bahkan Rian pun masih melotot kaget. Menatap Cleo yang menciumi leher Laksa tepat di tato yang berada di leher belakang yang dimiliki pria itu.
Lelaki yang sudah terkenal seram dan beringas, karena tato yang memanjang dari leher melintang sampai tulang rusuknya, emosi yang meledak-ledak yang membuatnya bertindak kejam, tindik di telinga kiri yang tergantung rosaria, dan tubuh tegapnya sudah seperti Adonis, julukan Cleo untuknya. Bukan berarti pihak kampus tak melarangnya, karena Laksa adalah pewaris donatur terbesar di kampus itu. Meskipun, dia menjadi mahasiswa abadi sekali pun juga.
Tapi, tak sekali pun Cleo takut menatapnya, malah tertawa lucu. Dinding yang alami terbentuk dari jiwanya yang keras menjadi runtuh jikalau Cleo di sampingnya.
Cleo yang tak dipungkiri otaknya yang penuh taktik untuk menjatuhkan lawan, tak jenius di dalam pelajaran, tapi bisa dibilang di atas rata-rata dan jenius pada taktik dan pemikiran bisa memimpin BEM universitas membuat yang lain berdecak kagum, meski terlihat murahan. Namun, tetap hanya ditunjukkan pada Laksamana seorang.
Laksa yang juga tak pernah dikeluarkan dari universitas karena dia kapten tim Basket yang membawa nama universitas sampai ke rancah nasional, karena otak jeniusnya dan karena cucu sang rektor pula lah alasan Giordano tetap di sini.
"Sudah, kamu tak cuma membuat yang lain panas, tapi aku juga Sayang." Laksa menarik Cleo untuk berhenti menciumi lehernya dan memberi kecupan kasar pada bibir mungil dan penuh milik Cleo. Wanitanya terlalu berbahaya.
"Iya deh … tapi aku suka baumu, tidak ada bau yang seperti kamu." Cleo menatap Laksa dengan mata jenakanya, bahkan nada bicaranya saja sungguh manja.
Gadis itu menyukainya. Cleo suka hal yang bisa memanjakannya dan dia suka dimanja, hanya itu yang membuat Cleo tak bisa berpaling dari tindakan murahan, label yang diberikan untuknya hanya karena Cleo suka dimanja oleh lelaki, entah pacar atau temannya. Hanya sebatas teman-teman Laksa.
"Kapan rapatnya?" tanya Laksa, dagunya bertumpu di ubun-ubun Cleo jemarinya merangkul menutupi punggung kecil itu, memeluknya erat.
"Nanti besok, jam satu siang. Haha ... tumben kamu tidak mengusiliku? Tobat ya? Atau sudah lelah?" Tatapan jenaka si gadis bermanik hitam itu menatap girang.
"Nanti, hahaha bisa jadi nangis lagi kalau di sini." Laksa tertawa pelan mengingat betapa banyak kesekian kalinya selalu menjahili pacarnya sendiri, sedang Cleo gemas dengan kelakuan Laksa yang terkadang bisa jadi jahil, cerewet, pendiam, posesif kumat-kumatan dan berwibawa.
Di sisi lain geng Laksa sudah tak mencampuri urusan mereka berdua, asik bercanda, melempari makanan, dan mengusili satu sama lain.
"Ya sudah aku ke kelas dulu ya? Sejam lagi ingat!" Tatap Cleo tajam di hadapan Wawan. Menatap pria itu intens dengan mata memicing. "Ayo, Tu, masuk kelas," ajaknya pada Tatu yang setia di sampingnya.
"Seram juga kalau Cleo sedang galak," seru teman-teman Laksa. Sedangkan yang ditatapi hanya terkekeh pelan. Cleo berbalik pergi meninggalkan Laksa.
"Gue tau kok lo cemburu, panas, tapi lo juga berpikirnya takut merusak imej dia, ganggu karir dia, atau takut menyakiti perasaan dia." Wawan menatap lama punggung Cleo yang kian menghilang.
"Sok tahu," celetuk Laksa.
"Lo itu sudah temenan sama gue dari orok kali Nyet. Ada saatnya perasaan itu numpuk dan siap lo lempar kayak granat kalau lo masih takut Sa," ujar Wawan pelan memandang sendu wajah Laksa yang tergurat damai.
Haiii guysss, jang lupa masukin cerita ini di rak buku kalian yahhh, tinggalkan jejak komentar kalian juga,