Chereads / Bumi dan Langit Melawan Takdir / Chapter 27 - BAB 27 - Kopi Biar Tetap Waras

Chapter 27 - BAB 27 - Kopi Biar Tetap Waras

Sudah hampir sejam sejak Bumi dan Anisa pergi, tapi Langit masih terdiam di kursinya. Mungkin harusnya aku cuek aja, pikir Langit. Tapi kenapa perasaan bersalah ini nggak mau pergi? Sebelum mendapatkan maaf dari Bumi, rasanya pikiranku belum bisa tenang. Bahkan baca skenario pun rasanya nggak bisa konsen.

Saat itu Bumi kembali dengan muka lebih gembira. Anisa ternyata pintar masak, makanan yang dibawanya enak, dan ngobrol sama dia lumayan seru. Bumi jadi berpikir pikir. Apa mungkin sebaiknya aku pertimbangkan keinginan Mama buat pacaran sama Anisa? Mungkin saja, dia bisa bantu aku melupakan Rania, melupakan semua sakit yang masih terasa nyeri setiap kali malam menjelang?

Tadi Anisa mengundangnya makan malam di rumahnya kalo Bumi sempat, dan sekarang Bumi berharap mudah mudahan syuting hari ini bisa kelar sore, supaya dia sempat memenuhi undangan Anisa.

Tapi harapan tinggal harapan. Entah kenapa siang itu Langit kacau banget. Ngapalin dialog aja salah salah mulu. Sampai Bumi emosi dan tanpa sadar, suaranya meninggi.

"Lo niat kerja nggak sih?? Atau lo sengaja mau nyusahin yang lain, dengan sengaja salah salahin dialog?"

"Bumi nggak kayak gitu, gue..."

"Gue nggak mau tau. Pokoknya yang setelah ini, gue nggak mau liat ada apapun yang salah lagi!! Cape tau, harus ngulang ngulang terus, cuma gara gara lo nggak konsen??! Mikirin apa sih?!! Cowo lo?!! Denger! Sekarang waktunya kerja! Bukan waktunya pacaran!! Lo mau ngapain sama dia setelah ini terserah, tapi sekarang, plis! Tolong!! Fokus dulu!! Ngerti??"

Dan sambil membanting skenarionya, Bumi melangkah pergi dari sana.

********

Gue perlu kopi biar tetep waras, pikir Bumi seraya melangkah memasuki kafe kecil yang terletak di seberang lokasi syuting. Kopi hitam. Yang pahit dan kental. Segelas besar!

Sementara menunggu pesanannya dibuat, Bumi duduk di salah satu kursi dekat jendela. Dan tanpa dia ingini, telinganya mendengar obrolan dua orang yang duduk di belakangnya.

"Lo nggak tau aja, gue udah lakuin semua cara," Bumi tercekat saat merasa sepertinya mengenal suara itu. "Tapi Langit tetep nggak mau balikan sama gue."

Bumi melirik ke belakang, dan dengan shock dia menyadari bahwa cowok yang duduk di belakangnya, punggung punggungan sama dia, ternyata adalah Billy!!!

"Ribuan kali gue memohon sama dia, sampai mulut gue berbusa. Bunga, coklat, apapun yang dia biasanya suka, semua udah gue kasih. Dia bilang dia maafin gue. Tapi kita nggak bisa kayak dulu lagi. Karena buat dia, sekarang gue hanya teman. Gue harus gimana sekarang Ton?? Gue desperate, gue nggak tau harus gimana lagi biar bisa kembali dapetin hatinya. Bahkan tadi pagi gue maksa jemput, harus gue mohon mohon dulu baru dia mau naik mobil gue..."

Suara Billy terdengar stress, dan Bumi mulai merasa nggak enak hati. Jadi mereka nggak balikan? Berarti... Langit nggak bohong??? Berarti, dia nggak labil dan nggak plin plan, seperti yang Bumi tuduhkan padanya?

Begitu pelayan mengantar kopinya, Bumi langsung menyambarnya dan membawanya pergi.

********

Saat Bumi tiba kembali di lokasi, dia mendapati Langit sedang komat kamit berusaha hafalin skenario. Mukanya serius sekali.

Tapi baru Bumi hendak menyapa, Mas Bejo sudah mendekat.

"Nah ini dia Bumi udah balik," tegur kru itu dengan muka gembira. "Ayo kita mulai take lagi. Lo udah siap Langit?"

Langit menggeragap dan mendongak, keliatan gugup.

"E.. iya.. udah."

Mereka pun take lagi. Tapi lagi lagi, di tengah adegan, Langit melupakan dialognya.

Lama dia hanya terdiam.

"Lo lupa lagi dialognya, Langit?" tegur Mas Rino, si sutradara, dengan suara separo kesal.

"Maaf mas," sahut Langit, Bumi heran sekali mendengar suara gadis itu bergetar. "Gue minta break. 10 menit aja."

Lalu Langit berlari pergi dari sana. Tapi Bumi bersumpah, dia sempat melihat setetes besar air mata mengalir di pipinya tepat sebelum gadis itu berbalik.

Semua kru dan sutradara tampak bertanya tanya.

"Dia kenapa sih?"

"Dari siang tadi, kayaknya nggak beres."

"Apa lagi ada masalah?"

Sekarang Bumi merasa dia harus bicara sama gadis itu.

Perlahan, menyingkir dari semuanya, dia ikut melangkah keluar, mengejar Langit.

-----------------------------------------------------------------------------------

Makasih buat semua yang udah baca :)

Jangan lupa baca bab berikutnya yaa...sy usahain update tiap hari.

Jangan lupa juga follow, vote dan tinggalin koment...

Dan buat temen2 yang punya cerita, silakan promosi cerita kalian di kolom komentar dengan masukin : nama penulis, genre, judul, deskripsi, dan link.