Sudah setengah jam, Axel berdiri dengan posisi yang sama dan diawasi oleh Rei. Rei sudah membuka jaketnya dan duduk dengan kemeja yang tergulung di kedua lengannya dan sudah lebih santai. Tentu saja tidak! Wajahnya benar-benar menyeramkan.
Hanya masalahnya Axel sudah kelelahan dan dia mulai kram perut. Axel mulai bernapas lebih berat tapi mata Rei tak pindah darinya sama sekali.
"Pak, aku benar-benar tak tahan lagi. Bolehkah aku menurunkan kakiku?" pinta Axel sedikit mengiba. Jangan kira Rei akan berbaik hati padanya. Ia makin memandang tajam tanpa ampun sama sekali.
"Kamu kira semuanya akan terjadi seperti yang kamu inginkan, begitu?" hardik Rei masih memegang kompres di selangkangannya. Rei benar-benar kesal dan Axel tak bisa protes karena ia pasti akan dimarahi.
"Tapi apa salahku, Pak?" Rei mendengus kesal dan melempar kompres itu ke atas meja di depannya. Sementara yang berada di selangkangannya ia biarkan bertengger di sana.