Chereads / Biarkan Cinta Memilih / Chapter 36 - Tiga Puluh Lima

Chapter 36 - Tiga Puluh Lima

"Make laptop gue apa gimana?" tanya Salsha saat ia dan Aldi telah sampai kerumahnya.

"Lo punya flashdisk, kan? Salin kesitu aja biar nggak ribet."

Salsha mengangguk mengerti dan keluar dari mobil Aldi. Salsha berlari kecil masuk kerumahnya. Berjalan menaiki undakan tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Salsha mengambil laptop dan menyalakannya kemudian menyalin tugas makalah mereka itu ke flashdisk miliknya dengan terburu-buru. Setelah selesai, Salsha mematikan dan menutup laptopnya. Saat ini pergi, matanya tak sengaja melihat gitar yang tergeletak di atas kasurnya. Gitar yang kembali ia masukkannya ke dalam kamarnya setelah di temukan oleh Aldi.

Tanpa berpikir lebih lama lagi, Salsha mengambil gitar itu. Gitar itu tak ada istimewanya lagi bagi Salsha. Salsha menutup pintu kamarnya dan turun ke bawah dengan cepat. Mereka sudah tidak punya banyak waktu lagi.

Setelah mengunci pintu rumahnya, Salsha berjalan ke arah mobil Aldi. Membuka pintu belakang dan meletakkan gitarnya di kursi kemudian menutupnya. Membuka pintu depan dan masuk ke dalamnya.

Aldi yang melihat Salsha membawa gitarnya mengernyitkan keningnya heran. "Lo bawa gitar, ngapain?"

"Buat lo," kata Salsha acuh. "Udah cepatan berangkat, kita nggak punya banyak waktu lagi."

Masih dengan kebingungan di otaknya, Aldi menyalakan mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Mereka harus memprint file tugasnya dulu baru kembali ke sekolah.

Setelah selesai memprint file tugas tersebut. Aldi dan Salsha buru-buru balik ke kelas. Mereka berdua takut jika Bu Mira lebih dulu masuk ke kelas sebelum mereka.

Namun ternyata, nasib baik sedang menimpa mereka. Bu Mira sedang ada rapat di luar kota dan tugas makalahnya hanya di kumpulkan saja tanpa perlu persentase.

Semua siswa-siswi bersorak gembira karena tak perlu menari ataupun menyanyi di hadapan teman sekelas lainnya. Termasuk Dinda yang merasa aman.

"Untung banget bu Mira nggak dateng, jadi gue aman." Dinda mengelus dadanya yang terasa lega. Tarian Tortor dari Sumatra Utara itu belum ia hapal.

"Aman sih." Salsha juga bernafas lega. "Tapi kalo tahu Bu Mira nggak dateng, mending tadi nggak usah buru-buru nge printnya. Pake bawa gitar gue segala lagi."

"Iya, sih. Tumben lo bawa gitar," kata Dinda.

Bella menatap gitar yang berada di samping Salsha itu dengan lekat-lekat. Bella pasti tahu apa dan bagaimana gitar itu bisa menjadi milik Salsha. Gitar yang mungkin bersejarah bagi Salsha.

"Lo bisa main gitar, Sha?" tanya Bella pura-pura tidak tahu. Padahal ia jelas tahu jika Salsha tidak bisa bermain gitar.

Salsha tak menjawab pertanyaan meledek Bella itu. Salsha lagi dalam mood yang baik dan tak ingin menghancurkan moodnya dengan membalas pertanyaan bodoh Bella.

"Lo bisa main gitar, 'kan?" tanya Salsha kepada Aldi. "Coba lo mainin, biar nggak sayang gitarnya sampe sini tapi nggak di mainin."

"Gue?" tanya Aldi menunjuk dirinya sendiri.

"Iya!" ketus Salsha. "Sama siapa lagi, bego!"

"Emang nggak papa main gitar pas jam pelajaran?" tanya Aldi. "Ntar kelas lain keganggu."

"Alaaahhh, nggak usah lo pikirin!" Kini Dinda yang bersuara. Dinda ingin mendengar petikan gitar Aldi. "Nyanyi dong, Ald."

Aldi mengambil gitar yang berada di samping Salsha. Dan tanpa basa-basi lagi, Aldi memetik senar gitar itu dengan lihat dan menghasilkan bunyi yang merdu. Dinda yang mendengar suara petikan gitar itu saja sudah terpesona, apalagi mendengar suara indah milik Aldi.

Aldi menyanyikan lagu milik Krispatih yang berjudul Lagu Rindu. Aldi menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan dan untuk mengungkapkan rasa rindunya yang menggebu kepada Tania, pacarnya.

Dinda tersenyum manis dan menatap Aldi dengan penuh cinta. Satu lagi alasan yang membuat Dinda tergila-gila kepada Aldi. Suaranya. Suara yang mampu menggetarkan hati Dinda.

Bukan cuma Dinda, Salsha pun ikut terhanyut oleh alunan gitar dari suara merdu milik Aldi. Tanpa sadar, Salsha ikut terbawa suasana. Salsha ikut bernyanyi pelan.

Bella sedari tadi hanya menatap Salsha sendu. Dari sejak Salsha membawa gitar itu kesekolah sudah bisa membuat Bella mengerti jika Salsha merindukan seseorang dari masalalunya.

Aldi berhenti bernyanyi saat lagunya sudah habis. Aldi meletakkan kembali gitar tersebut ke samping Salsha. Tanpa sadar, mata Aldi berkaca-kaca. Ia begitu merindukan Tania.

Bella mengalihkan pandangannya dari Salsha saat gadis itu menatapnya tajam. Bella beralih menatap Aldi. "Lo lagi kangen sama Tania, ya?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari Bella, Aldi hanya menghela nafasnya dan berdiri dari duduknya. "Gue cabut duluan."

Setelah menyanyikan lagu tadi, mood Aldi berubah menjadi buruk dan ia perlu menenangkan hatinya dengan menyendiri.

Dinda menatap kepergiaan Aldi dengan sedih. Padahal ia masih ingin duduk bersama Aldi dan mendengarkan suara merdu lelaki itu tetapi karena Bella, Aldi malah memutuskan untuk pergi.

Dinda menatap Bella tajam. "Gara-gara lo Aldi jadi pergi. Dasar perusak suasana."

Bella balik menatap Dinda dengan tajam. Untuk sekarang dan seterusnya Bella tidak ingin mengalah dan diam lagi. Bella tidak ingin di pandang lemah oleh orang lain.

"Gue perhatiin lo suka, ya sama Aldi?" skak Bella. Dinda terdiam. Bella menatap Salsha dengan penuh arti. "Kalau memang iya, mending lo buang jauh-jauh rasa suka lo itu. Karena saingan lo bukan cuma Tania, tapi orang yang dijodohin juga sama Aldi."

Baik Salsha maupun Dinda membelalakkan matanya. Apalagi Dinda, ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Aldi dijodohin?" tanya Dinda penasaran.

Bella mengangguk pasti sembari matanya menatap Salsha dengan senyum mengejek. "Iyaa, tapi nggak tahu sih, Aldi nerima perjodohan itu atau nggak."

Setelah puas mengerjai Salsha, Bella berdiri dan melangkahkan kakinya keluar kelas. Salsha mengepalkan tangannya. Dari tatapan Bella kepadanya tadi seperti mengisyaratkan sesuatu. Bella tahu rahasianya.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Salsha menyusul Bella keluar dari kelas dan mencegat langkah Bella.

"Maksud lo apa?!" tandas Salsha langsung. Ia tidak suka berbasa-basi.

"Maksud apa, ya?" tanya Bella sok polos. Memang ini tujuannya, Ia ingin Salsha sendiri yang mengaku tentang perjodohan itu.

"Maksud lo bilang Aldi di jodohin tapi muka lo natap gue. Maksud lo apa, hah?" Suara Salsha sedikit mengeras. Tak ada kata sabar untuknya jika sudah menyangkut tentang perjodohan itu.

"Tentang perjodohan Aldi itu?" tanya Bella pura-pura tidak tahu. "Aldi kan emang di jodohin makanya dia pindah kesini. Bahkan yang gue denger-dengar dia tinggal sama cewek yang bakal di jodohin sama dia. Tinggal berdua lagi. Lo nggak tahu?"

Salsha semakin mengepalkan tangannya kuat. Jika bukan disekolah, Salsha pasti sudah menampar mulut sampah Bella. Tapi yang Salsha bingung, darimana Bella bisa tahu tentang perjodohannya dengan Aldi sedetail itu.

Tak ingin menimbulkan masalah baru, Salsha memutuskan pergi dari hadapan Bella. Salsha tidak ingin kelepasan dan membuat semua orang di sekolah tahu tentang perjodohannya itu atau ia akan malu.

Sepeninggal Salsha, Bella tersenyum puas. Bella juga tidak akan bodoh dengan menyebarkan informasi itu. Bella tidak mau cari mati. Ia juga sudah janji kepada Aldi untuk tidak memberitahu siapapun. Tetapi bermain-main sedikit dengan Salsha tidak masalah, bukan.