SELAMAT MEMBACA!
Gak ada masalah yang kelar sendiri, kecuali lo yang selesain masalah itu.
***
Sebelum berpikir untuk mencari tempat mendapatkan penghasilan, Natasha masih menghabiskan waktunya di taman kompleks sendirian. Pikirannya sekarang berputar pada, apakah dia akan di terima jika melamar pekerjaan? Terlebih lagi dia hanya seorang anak kelas dua belas itupun sekolah menengah atas, tidak ada bekal apapun untuk bekerja.
Saat sedang fokus memikirkan pekerjaan, sudut mata Natasha melihat Raga keluar dari minimarket dengan sepedanya. Spontan gadis itu berlari mendekati Raga.
"Raga, Raga, Raga!" teriaknya menghadang pria itu berjalan,
Raga mengangkat alisnya, "Ada apa?" tanyanya,
Natasha menggaruk rambutnya, sudah jadi kebiasaan saat dia bingung dengan sesuatu. Natasha juga tidak tau kenapa dia memberhentikan Raga, hanya spontan saja.
"Engg... Ngga ada, hihi...." jawabnya canggung, "Kamu bisa jalan lagi," lanjutnya memberi jalan untuk Raga pergi.
Tetapi Raga tidak melajukan sepedanya, dia menghela napas panjang.
"Perlu bantuan lagi?" tanyanya,
Natasha menggeleng, dia tertawa sumbang, sangat keras karena dia malu dengan sikapnya ini.
"Kalau mau minta tolong bilang aja, mumpung saya ada disini." ucapnya,
Natasha tersenyum, "Ada lowongan pekerjaan gak?" tanyanya menggigit bibir malu.
"Minimarket ini?" tanyanya, memastikan lowongan pekerjaan apa yang Natasha tanyakan.
Natasha berpikir, "Pokonya lowongan kerja deh," jawabnya.
"Saya disini cuman gantiin temen sift malam, nanti saya tanya sama temen saya."
Natasha menggangguk berbinar, "Ah! Thank you banget," ucapnya.
"Terus, kamu mau pergi kemana?"
"Langsung pulang sih abis ini, cari udara bebas sebentar." ucapnya,
Raga menoleh ke arah jok belakangnya, "Biar saya antar, kita searah." ucapnya,
Natasha dengan suka rela langsung mendekat dan duduk di jok belakang sepeda milik Raga, menurutnya Raga benar-benar pria yang baik meski sedikit canggung dan kaku. Tidak seperti pria yang sering dia temui di sekolah, terlalu mengumbar ketampanannya. Sedangkan Raga, tampan dan diam. Itu memiliki nilai lebih di penilaian penampilan orang itu.
"Ekhem, betewe disini halte bus nya dimana?" Natasha membuka pembicaraan, dia juga harus berangkat sekolah besok.
"Ada di ujung, kalau dari gerbang kompleks bisa lurus terus. Kira-kira lima belas menit buat sampe halte bus," jawabnya,
Natasha mengarahkan tatapannya ke atas, berpikir jam berapa dia hari bangun untuk pergi ke sekolah tepat waktu? Jam lima atau jam empat?
"Memangnya kenapa?" tanya Raga,
Natasha menggeleng, "Ngga, besok aku berangkat sekolah. Kurang tau daerah sini sih," ucapnya, "Apa ada ojek di sini?" Natasha bisa naik ojek jika saja dia telat, tetapi setelah dipikirkan pasti ada ojek online dan itu menjadi pengeluaran tambahan mengingat harga ojek online berbeda dengan kendaraan umum.
"Ojek online biasanya ada," jawabnya sesuai dugaan Natasha,
Setelahnya tidak ada pembicaraan lagi sampai Natasha tiba di kosannya, lingkungan baru yang akan dia tempati sekarang terlalu asing. Bahkan dia tidak bisa melakukan hubungan baik saat pertama kali melihat orang yang tinggal di sana.
"Makasih,"
Natasha turun dari sepeda milik Raga, setelah mengucapkan terimakasih. Dia diam di tempat karena menunggu Raga pergi dengan sepedanya, tetapi Raga tidak kunjung berangkat.
Natasha mengedipkan matanya berkali-kali, kemudian dia tertawa. Menertawakan kecanggungan yang terjadi, dia mengangkat kedua alisnya, "Engg, ada yang mau kamu bicarain?" tanya Natasha,
Raga dua kali mengedipkan matanya, menggaruk belakang kepalanya sebelum berbicara, "Mau saya antar ke halte setiap pagi?" Natasha terkejut, "Ngga maksud saya sekalian, soalnya saya kerja di sekitaran halte, satu arah!" ucapnya, seolah-olah tidak mau membuat Natasha tidak enak.
"Ah, searah?" gumamnya,
"Iya, searah." jawab Raga,
Natasha mengangguk, "Boleh, hihi. Hemat ongkos juga," ujarnya menyetujui tawaran Raga.
"Nanti Saya ke sini setiap jam enam, gak bakal terlambat bukan?" tanya Raga,
Natasha menggeleng, "Ngga kok, kayaknya bakal tepat waktu."
Raga mengangguk, "Yaudah, sa — saya pamit dulu."
Natasha tersenyum, tangannya melambai saat Raga pergi. Tetapi setelah dia perhatikan, Raga mengendarai sepedanya berlawanan arah seperti pagi tadi saya mengantarnya kemari.
"Mungkin aja, mau ke minimarket," gumam Natasha tidak mau ambil pusing, dia harus membereskan kamarnya dan membeli beberapa perabotan untuk tempat tinggal barunya. Dia juga harus mempersiapkan untuk berangkat sekolah esok,
Natasha masuk ke dalam kamarnya, tatapan para penghuni kosan kamar lain membuat dirinya ciut. Natasha bahkan tidak berani berjalan tegak, tatapan meremehkan itu membuat mentalnya jatuh.
"Cuman beberapa bulan, kamu bisa bangkit lagi dari awal!"
***
Satu bulan penuh Natasha jalani dengan monoton, berangkat sekolah pagi, pulang sore, di sekolah dia mengerjakan tugas, mempersiapkan lomba, penilaian akhir tahun, dan yang lainnya. Hal yang mewarnai hari hari Natasha adalah Raga, pria itu sedikit hangat berbeda seperti satu bulan yang lalu.
"Kayaknya besok Saya gak bisa jemput kamu,"
Natasha menengok, "Kenapa? Ada masalah kah?" tanyanya risau,
"Sift malam, gantikan teman. Gak apa-apa kan?"
Natasha mengangguk, kemudian dia pergi masuk ke dalam kamar kosnya. Ya, berbeda saat Natasha bercerita bahwa dia kurang pandai bersosialisasi dan selalu mendapat tatapan buruk dari penghuni kamar kosan lain, Raga menawarkan diri untuk menemani Natasha sampai pintu masuk. Dia bahkan sering datang saat tidak dibutuhkan bahkan saat Natasha butuh. Tetapi sampai sekarang, Natasha tidak pernah tau dimanakah letak 'rumah' yang pria itu katakan bahwa rumahnya dekat dengan kosan Natasha, hanya berbeda komplek saja.
Natasha tidak berhak bertanya, hubungan mereka hanya sebatas seseorang yang menolong seorang anak yang tidak bisa hidup sendiri.
"Bodoh, jangan sampai kamu suka sama dia."
Natasha sering bahkan terlalu sering membatasi dirinya saat menatap Raga, pria itu terlalu sempurna untuk seorang pekerja part time. Dia terlalu baik untuk menjadi seorang dengan kepribadian dingin miliknya.
"Sudahi ini semua, kamu harus pergi kerja sekarang!"
Sekedar informasi, Natasha sudah mencari dan melamar pekerjaan di tempat-tempat yang membutuhkan dirinya, maksudnya di tempat dimana kemampuannya bisa digunakan. Tetapi tidak ada yang menerima Natasha saat tau skandal orang tuanya, tetapi sata itu Dito, manager papahnya bilang ada pekerjaan tetapi sebagai pegawai di salah satu tempat laundry. Natasha harus berangkat saat jam pulang sekolah telah usai, itu sudah terjadi selama kurang lebih satu minggu. Dan tubuhnya terkadang merasa sangat manja.
Notifikasi ponsel Natasha.
—Raga—
Besok Raga bisa jemput kamu, agak siang. Raga antar sampai tempat loundry, gak apa-apa kan?
Natasha mengernyit, padahal tempat laundry tidak terlalu jauh. Dia bisa berjalan kaki kalau ingin.
Kalau kamu gak bisa, gak apa-apa kok. Lagian gak terlalu jauh,
/smile emoticon
Jam 8
Natasha menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa orang asing itu selalu saja mencoba dekat dengan dirinya?
Orang asing?
Satu hari ketika nemenin Raga part time.
SEE YOU NEXT CHAPTER!
BY THE WAY, SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI.