SELAMAT MEMBACA!
Tidak semua keinginan harus terealisasikan. Di dunia ini bukan hanya kamu yang hidup.
***
"Pak, disini saja,"
Natasha membuka ponselnya, sekarang tepat jam dua pagi waktu setempat. Dia berhenti di salah satu tempat yang lumayan sepi, tampak seperti taman.
"Neng mau kemana emangnya, kenapa berhenti disini bawa koper juga atuh? Neng teh lagi cari tempat tinggal?"
Natasha menggangguk, dia menggaruk rambutnya canggung, sedikit berharap bahwa supir ini punya solusi untuk masalahnya. Masalh Natasha adalah, dia tidak tau bagaimana cara untuk mencari tempat tinggal karena apartemennya saja dia beli atas bantuan Dito, manager papahnya yang mencarikan apartemen itu.
"Saya ada kosan gitu, dekat dengan supermarket juga neng. Saya kurang tau apa disana masih ada yang kosong atau tidak, apa mau saya antar kesana?"
Tanpa basa-basi Natasha langsung mengangguk, dia memang mudah percaya pada orang lain. Toh supir ini terlihat baik, jadi Natasha mudah percaya padanya.
"Apa jauh dari sini pak?" tanya Natasha, dia sedikit takut kalau saja bapak ini sedang mencari penumpang lain dan jika Natasha menumpang lagi akan menambah merepotkan.
"Boleh saya minta alamat lengkap nya saja? Biar bapaknya bisa cari penumpang lain," ucap Natasha,
"Oh, boleh saja. Sebentar saya catat,"
Natasha mengangguk, tangannya berkali-kali mengusap mata dan menguap. Dirinya belum tidur sama sekali sejak kemarin, dia sibuk dengan persiapan lomba akhir tahun miliknya dan belajar untuk penilaian akhir semester serta dia juga harus mengurus blog pribadi miliknya.
"Ini, alamat nya sekitar dua puluh menit kalau jalan kaki. Apa benar tidak mau saya antar saja?" tanya supir itu sekali lagi,
Natasha menggeleng, dia mengeluarkan kopernya lagi dan itu langsung pergi setelah mengucapkan permisi dan berterimakasih.
Natasha dulu sangat takut berada di antara tempat yang sepi, dia takut dengan tempat gelap, dan dia takut sendirian.
"Gak ada orang lewat ya, haha." dia berbicara agar tidak terasa sangat sunyi,
Tiba-tiba saja ada suara bel sepeda dari arah belakangnya, dia hendak berbalik untuk melihat tetapi tidak ada keberanian sedikit pun. Berlari? Bagaimana dengan kopernya, itu tidak akan berhasil karena kecepatan dia tidak sebanding dengan orang yang menaiki sepeda itu.
Saat suaranya bertambah dekat, Natasha spontan duduk dan menutup mata serta telinganya. Tubuhnya bergetar karena takut, kopernya pun dia geser untuk menutup tubuhnya. Natasha takut dengan manusia jika di malam hari, sangat takut.
kring-kring....
Pesepeda itu turun dari sepedanya kemudian menghampiri Natasha, dia juga kaget saat seorang gadis langsung terduduk dan menutup telinganya.
"Permisi?" ucapnya pertama kali agar Natasha melihat dirinya,
Natasha benar-benar terkejut saat mendengar suara pria itu, bahkan tubuhnya tersentak saking takutnya.
Dia memberanikan diri untuk mendongak.
"Kamu, kenapa?" tanya seseorang itu,
Natasha langsung menjatuhkan tubuhnya terduduk saat melihat manusia di hadapannya terlihat bukan seperti orang jahat. Napasnya mulai teratur.
***
"Kalau udah tenang, boleh saya pergi?"
Natasha memegang lengan pria itu saat hendak bangkit.
"Boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Natasha balik,
Dia menunjukkan selembar kertas yang bertuliskan alamat kosan yang akan dia tuju. Dan pria itu mengambilnya.
"Itu ada di dekat sini, apa perlu saya antar?"
Natasha mengangguk, dia sangat trauma untuk berjalan sendirian lagi.
"Boleh, lagipula searah dengan jalan pulang saya."
"Dekat sama rumah kamu?" tanya Natasha,
"Kita beda komplek, hanya beda belokan saja." ucapnya,
Natasha hanya mengangguk, dia bangkit dan mendorong koper miliknya. Natasha bukan gadis yang tidak peka, dengan berbicara bahwa pria itu tidak peka karena tidak membawakan kopernya. Lelaki di samping Natasha ini membawa sepeda, bahkan dia tidak menaiki itu karena Natasha.
"Thanks sebelumnya, dan maaf. Kamu pasti kaget,"
Lelaki di samping Natasha mengangguk tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
"Mau saya bawakan kopernya nanti?"
"Ah, gak apa-apa. Aku bisa kok, lagian gak terlalu berat."
Natasha menjauhkan koper itu dari jangkauan pria ini, tidak berat darimana? Natasha bahkan membawa semua pakaian sekolahnya, celana, rok, baju, sepatu, peralatan kesehatannya, dan segala macam dia paksa masuk ke dalam koper itu. Jelas sangat berat.
Pria di samping Natasha berhenti, dia mengambil alih koper milik Natasha saat sudah sampai depan komplek.
"Dititipkan saja di sini, nanti saya yang bawakan ke tempat kosan kamu. Lagian gak bakal ilang, satpam yang jagain. Biar saya antar kamu naik sepeda, efesien waktu."
Natasha terdiam, apa seperti ini rasanya diperdulikan oleh orang lain?
Pertanyaannya bahkan Natasha belum tau nama pria ini. Pria yang menolongnya dua kali berturut-turut, menolong dirinya saat terkena serangan panik tadi, dan menolongnya membawakan dan mencari alamat tempat tinggal barunya.
"Gak mau naik?"
Natasha mengerjap, "Ha?"
"Naik, biar gak kepagian!"
Natasha menggangguk kaku dan naik ke sepedanya, berhubung dia memakai celana alhasil sangat mudah untuk naik.
"Thanks sekali lagi,"
"Hm, gak sering kok mungkin cuman kali ini." jawabnya,
Natasha mengangguk, dia juga tidak ada harapan untuk terus bertemu pria ini. Mungkin memang hanya sebuah kebetulan untuk menyelamatkan dirinya, hanya kebetulan belaka. Mereka beda komplek, dan mungkin saja beda umur dan banyak lagu perbedaan yang lain.
"Betewe, kita belum kenalan dari tadi. And, kenalin namaku Natasha,"
"Raga, saya Raga." ucapnya,
"Raga," Natasha berbicara tanpa suara saat mendengar namanya, "Nama yang bagus,"
Raga hanya mengangguk dan tersenyum.
Hanya lima menit waktu untuk sampai tempat kos miliknya dari depan komplek tadi, dan Natasha langsung disuruh masuk untuk menemui pemilik tempat itu. Dan bagaimana bisa Raga tau bahwa itu adalah tempat pemiliknya tinggal, setelah ditanya ternyata Raga sering membantu bekerja suka rela disana saat sedang dibutuhkan.
"Disini cuman ada asrama putri, bayarannya bisa perbulan, dan maksimal tunggakan atau saat kamu tidak bisa bayar hanya satu bulan. Setelahnya kamu tidak bisa menempati tempat ini lagi,"
Natasha mengangguk, "Saya bayar uang nya sekarang saja bu," dia membuka uanh pemberian Dito tadi, bisa dipakai saat sedang dibutuhkan.
"Oke, untuk tiga bulan."
Natasha mengangguk, dan dia menerima kunci nya.
Setelah keluar, Raga menunggu di luar dengan koper yang dibawanya.
"Bawa kopernya jalan kaki?" tanya Natasha terlalu terkejut,
Raga dengan polos mengangguk, "Kalau naik sepeda gak bakal bisa, nanti jatuh rusak."
"Tapikan-"
Raga mengambil sepeda nya, "Udah pagi, saya balik pulang dulu. Hati-hati kalau keluar malam di daerah sini, rawan."
Natasha mengangguk, kemudian Raga pergi dengan mengayuh sepedanya berbelok dari tikungan pertama.
"MAKASIH RAGA!"
Natasha akan berterimakasih lagi saat bertemu dengan pria itu, pria yang bernama Raga. Raga pradipta, padahal Natadha sudah melihat itu, namanya ada di nametag yang dia pakai.
Songs recommendations for u.
SEE YOU NEXT CHAPTER!