"Psstt ... Edo! Coba lihat belakangmu, Edo!" bisik Nabila sambil menunjuk ke arah Arjuna.
"Kelihatannya Juna tenang sekali. Mungkin dia bisa jawab semua soalnya. Wah, cowok idamanku banget, jadi makin ngefan aku sama Arjuna," lanjut Nabila, yang masih saja menaruh harapan pada Arjuna.
Edo menghela napas panjang. Gengsi sekali dia jika harus meminta bantuan pada murid baru yang terlihat culun bernama Arjuna itu. Ah, tapi situasi ini benar-benar mendesak. Mungkin ini adalah jalan ninja yang harus Edo tempuh. Edo membuang seluruh rasa malu dan gengsinya.
Pada akhirnya, Edo menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, dan memundurkan bangkunya sedikit ke belakang. Ia menoleh dan berucap lembut, "Juna?"
"Heum?" sahut Arjuna.
"Soal perkelahian waktu itu, maaf, ya?"
"Oke, lupakan saja, Edo!"
"Jadi, apa aku boleh menyalin lembar jawabanmu saat ini?" tanya Edo. Ia berucap sambil menampilkan wajah memelas seperti orang meminta sumbangan.