Yudha menstabilkan napasnya yang terputus-putus dahulu, sebelum akhirnya membukakan pintu. Yang ia lihat pertama kali adalah kakaknya yang kejam itu tengah berdiri angkuh tepat di kamar Yudha. Keringat dingin Yudha langsung bercucuran memenuhi pelipisnya.
"A-ada apa, Kak Qiran?" tanya Yudha, terbata. Sulit tergambarkan ekspresinya saat ini. Antar takut dan penasaran akan yang diucapkan kakaknya selanjutnya.
Qiran tak langsung menjawab. Ia terdiam beberapa saat sembari terus memperhatikan Yudha dari ujung kaki hingga ujung rambut. Ia mencondongkan wajahnya ke arah Yudha. Mengendus-endus lengan Yudha beberapa saat, setelah itu berseru heboh.
"Huwaakh! Ternyata obatnya benar-benar ampuh!" seru Qiran sambil bertepuk tangan, heboh.
Yudha tetap membatu di ambang pintu, tak mengerti akan sikap aneh kakaknya itu. "A-ada apa, Kak Qiran? Obat apa?" tanya Yudha, kikuk.