"Hai, kita ketemu lagi."
Salsha menoleh sekilas dan kembali memotong sayuran, kali ini, wortel yang ia potong, "Lo ngapain kesini?"
"Mau bantuin lo masak," sahut Kezia sembari tersenyum penuh arti. Ia mendekati Salsha.
Salsha berdecih, ia kembali berkutat kepada masakannya, "Gue nggak perlu bantuan lo."
"Oya?" Kezia meraih tomat dan memotongnya secara asal, "Tapi sepertinya ada yang pengen lo tau tentang gue."
Salsha berusaha acuh, ia tak menyukai Kezia karena baginya Kezia hanya pengganggu. Dan hal yang Salsha lakukan hanya fokus terhadap masakannya.
Kezia terus saja mengoceh yang tak penting. Ia cukup merasa salut karena sepertinya Salsha tak peduli dengan semua ucapannya. Kezia tentunya bukan orang yang mudah menyerah. Ia akan terus mencoba memancing amarah Salsha.
"Gue sebenarnya nggak mau ngomongin ini sama lo. Cuma lo tetap harus tahu, kalo Aldi sama gue udah dekat banget. Kita dekat udah hampir dua tahun, sejak awal masuk kuliah. Di kampus, Aldi cuma dekat sama gue dan gue cuma dekat sama dia. Lo bisa bayangin sendiri kan gimana kedekatan kita?"
Salsha yang saat itu sedang mengaduk semua bahan pun menghentikan kegiatannya. Ia sedikit terusik dengan omongan Kezia, "Maksud lo ngomong gitu apa?"
Kezia tertawa, ia berhasil, "Maksud gue? Cuma buat lo sadar kalo Aldi itu nggak bisa balik sama lo lagi."
"Aldi udah nembak lo? atau Aldi udah pernah bilang suka sama lo?" Salsha balik menyerang. Jujur, ia tak ingin terprovokasi oleh omongan Kezia.
Kezia terdiam, lidahnya terasa kelu. Pertanyaan Salsha itu begitu menusuk hatinya. Menyadarkannya jika memang Aldi tak menyukainya. Sekalipun, Kezia tak pernah mendengar Aldi mengatakan cinta kepadanya. Tapi, melihat bagaimana perlakuan Aldi kepadanya membuatnya mempunyai peluang untuk mendapatkan lelaki itu.
Melihat respon Kezia yang hanya diam membuat Salsha tersenyum sinis, "Gagu? Sampe lo nggak bisa jawab pertanyaan gue? Mending lo pergi, deh. Gue nggak butuh bantuan lo."
Kezia mengepalkan tangannya. Ia mengambil air dari wastapel dan memasukkannya ke dalam capcay yang sedang Salsha masak.
Salsha terkejut bukan main, capcay yang ia masak dengan sangat telaten telah hancur akibat ulah gadis sinting di sampingnya. Ia menatap Kezia dengan tatapan tajam. Ia begitu muak dengan gadis itu, "DASAR SINTING!!" teriak Salsha.
Kezia tersenyum, ia mendekatkan badannya ke arah Salsha dan berbisik di telinga gadis itu, "Kita lihat, Aldi belain gue atau lo. Aldi lebih sayang sama lo atau sama gue."
Salsha yang mendengar bisikan seperti itu semakin emosi. Ia kesal dengan Kezia, ia kesal karna Aldi tak jadi datang menemuinya tadi malam. Ia kesal karna bisa saja Kezia menjadi penghambat hubungannya dengan Aldi. Dan sekarang kekesalan Salsha bertambah berkali-kali lipat. Salsha mendorong Kezia untuk menjauh dari hadapannya. Dorongan yang sangat pelan tapi mampu membuat Kezia tersungkur kebelakang dan jatuh di lantai.
Dorongan pelan Salsha memang tak akan membuat Kezia jatuh seperti itu, tapi ada sebuah ide bagus di otaknya. Kezia tersenyum penuh arti, "Drama dimulai."
Dan belum sempat Salsha berfikir lebih lanjut tentang ucapan Kezia itu, Aldi dan Iqbaal datang dari ruang tamu. Aldi yang langsung saja menghampiri Kezia dan menolongnya untuk berdiri, sedangkan Iqbaal menatap Salsha dengan tatapan meminta penjelasan.
"Ada apa, nih?" tanya Aldi.
"Salsha dorong gue, Ald. Gue nggak tau salah aku apa." Kezia mulai berdrama. Ia meneteskan airmatanya untuk menunjang aktingnya itu.
Aldi menatap Salsha, meminta penjelasan. Salsha hanya menggeleng lemah, ia masih belum mengusai keadaan ini. Ia yang tengah memasak di ganggu oleh Kezia dan sekarang ia merasa disudutkan.
Memang benar, Salsha mendorong Kezia tadi, tapi Salsha yakin jika dorongannya itu tak sampai membuat Kezia jatuh tersungkur seperti tadi, "I..yaa. a..ku," Salsha gelagapan, apalagi Aldi menatapnya dengan tajam. Salsha menghela nafasnya dan menjawab, "Iya, gue dorong dia tadi. Tapi pelan, kok. Nggak bakal sampe bikin dia jatuh gitu. Lagian, gue gitu karena dia usilin gue masak."
"Gue cuma mau bantuin lo masak, kok." Kezia membela diri. Ia menautkan tangannya dalam tangan Aldi dan bersandar di bahu lelaki itu.
"Bantuin masak? Lo nggak ada bantuin gue masak. Yang ada lo bikin kacau, cewek 'kok nggak bisa masak, sih." Salsha berdecih.
"Salsh," tegur Aldi, "Jaga ucapan lo."
"Ucapan yang mana?" balas Salsha, "Cewek itu harusnya bisa masak, bukan malah berantakin orang lain masak. Dasar cewek sinting."
"Salsha!" bentak Aldi, "Lo udah dorong Kezia dan sekarang lo menghina dia gitu?"
"Lo bentak gue, Ald? Lo nyalahin gue?" Salsha tentu saja tak habis pikir. Disini, ia yang di rugikan, lantas kenapa ia yang disalahkan?
"Lihat!" Salsha menunjuk kearah capcay yang sudah tak beraturan itu, "Gue capek masak capcay dan di hancurin gitu aja sama dia. Dasar cewek nggak punya otak."
"Gue nggak tau, gue nggak bisa masak. Gue kesini mau minta di ajarin masak sama lo, Sha." Kezia meneteskan airmatanya. Berusaha menampilkan akting yang sempurna.
Aldi yang melihat Kezia meneteskan airmatanya pun mengusap rambut gadis itu di depan mata Salsha, "Jangan nangis, Kez.."
"Eh cewek sinting, lo nggak usah pura-pura akting deh. Lo sendiri yang numpahin air segitu banyak ke masakan gue. Nggak usah sok teraniaya lo. Dasar cewek ular, nggak punya otak. Nggak bisa masak malah sok-sokan mau masak!"
"Salsha, stop!!" bentak Aldi, sekarang malah lebih keras. Kezia tersenyum manis sementara Salsha menggeleng tak percaya, "Apa dua tahun di Italia nggak bisa bikin lo lebih ngehargain orang lain? Apa dua tahun di Itali malah bikin lo jadi gadis sombong yang suka ngehina orang lain? Omongan lo makin kurang sekarang, makin nggak tau aturan. Lo nggak bisa seenaknya hina Kezia gitu aja cuma karna dia nggak bisa masak."
Salsha mengepalkannya tangannya, menahan airmata yang mendesak ingin keluar. Tapi nanti, jangan sekarang. Ia gak ingin kelihatan lemah di hadapan cewek ular itu.
"Apa dua tahun gue di Italia nggak bisa bikin lo belajar dari kesalahan? Apa dua tahun gue di Italia nggak bisa bikin lo berubah? Apa lo masih tetap sama seperti Aldi yang dulu?" Salsha memutar balik ucapan Aldi itu, " Lo nyalahin gue disini. Lo bikin gue jadi orang yang jahat yang suka nyakitin hati orang lain tanpa lo tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lo belain dia, padahal dia yang salah. Gue emang dorong dia tapi itu gue lakuin karena dia nyiram masakan gue dengan air. Gue kesal sama dia karena dia hancurin masakan yang gue masakin buat lo! Semuanya hancur gara-gara perempuan itu. Dan sekarang lo masih nyalahin gue? Gue kecewa sama lo!"
Setelah menumpahkan semua isi hatinya, Salsha bergegas pergi dari dapur itu. Di dekat Aldi, Salsha berhenti sebentar dan menyunggingkan senyum sinis kepada Aldi selanjutnya ia menabrak bahu Aldi dan berlalu dari dapur itu.
Iqbaal yang sedari diam mendengarkan pun menepuk pundak Aldi, "Lo nggak ada di tempat kejadian. Harusnya lo nggak bersikap seperti itu sama Salsha!"
****