Selama dalam perjalanan menuju apartemen Gea, Melvin dan Alexa hanya saling diam meski duduk berdampingan sementara Joey duduk di jok belakang memperhatikan Alexa.
"Alexa," panggil Joey.
"Eh, iya," sahut Alexa menoleh ke belakang.
"Apa nanti malam kamu ada acara?" tanya Joey sambil mendekatkan dirinya ke jok Alexa dari belakang. Dia menyandarkan tubuhnya itu ke bagian atas jok kekasih gadungan Melvin itu.
"Eh, tidak ada. Aku selalu berdiam diri di rumah jika sedang tidak bekerja atau belanja," jawab Alexa apa adanya, karena dia tak pandai berbohong.
"Aha!" Joey tampak seperti menemukan ide kemudian melirik Melvin. "Bagaimana jika nanti malam kita makan malam bersama di rumah. Mama pasti akan sangat senang melihatmu membawa pacar ke rumah."
"Maka malam bersama?" Alexa menelan salivanya, mencoba membayangkan berada di lingkungan keluarga Melvin. Itu samasekali tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
"Iya. Aku akan memasak menu spesial kesukaan Melvin. Kamu harus mencicipinya supaya suatu hari nanti ketika kalian menikah, kamu tau apa yang dia sukai," jelas Joey santai.
"Menikah?" Alexa semakin merasa aneh, melirik Melvin yang tampak santai malah menatapnya sambil tersenyum.
"Baiklah. Nanti malam kita makan bersama," ucap Melvin kemudian menyentuh punggung tangan kanan Alexa dengan tangan kirinya. "Nanti malam aku akan menjemputmu, Sayang."
"Tepatnya jam delapan," sahut Joey dengan begitu antusias. Dia tersenyum menatap Melvin yang terlihat begitu mencintai Alexa, membuatnya jadi tidak ingin mengganggu dan kembali duduk dengan santai.
Alexa menghembuskan napas kasar, melirik Melvin dengan horor karena memang menyeramkan. Bagaimana tidak seram? Baru hari ini mereka saling mengenal lalu tiba-tiba di di ajak menjadi pacar bahkan akan diperkenalkan dengan orang tuanya. Astaga! Alexa tidak pernah membayangkan hal itu akan bermimpi pun tidak pernah. Sekarang dia hanya bisa diam karena bicara apapun Melvin bisa membuatnya tidak bisa mengelak untuk mengikuti sandiwara ini.
___
Di mal, Bastian masih bersama Gea yang sedang memilih beberapa pakaian yang akan dia berikan pada Alexa karena tadi belum sempat belanja pakaian.
"Kenapa kamu tetap bertahan dengan istrimu yang tidak tau sopan santun itu?" tanya Gea sambil berjalan memilih pakaian sementara Bastian mengikutinya dengan santai.
"Jika kami bercerai, perusahaan yang sekarang aku kelola akan berantakan karena masih bergantung pada dana dari perusahaan yang dia kelola," jawab Bastian dengan gusar.
Gea menoleh menatap Bastian. "Jadi, sebenarnya dia lebih kaya darimu?"
"Sebenarnya kami setara. Kami menikah karena suatu perjodohan yang telah disepakati oleh orangtuaku. Dan tepat saat aku dewasa, perusahaan papa malah bermasalah hingga meminta bantuan pada orangtua Siska. Dan ternyata imbalannya adalah aku harus menikahi Siska," jelas Bastian dengan gusar. Dia menghembuskan napas kasar, berhenti dan meletakkan kedua tangannya ke saku samping celananya.
"Kamu bisa saja menolak perjodohan itu jika kamu tidak mencintainya ... tapi kamu menerima, itu berarti kamu mencintainya," ucap Gea bernada kecewa. Dia berpikir, ternyata sangat tipis harapannya untuk memiliki Bastian seutuhnya karena terikat oleh Siska.
"Dia yang menyukai ku dan aku tidak mempunyai kemampuan untuk menolak. Apalagi, aku putra satu-satunya, aku harapan keluargaku ... Maka, aku melakukan itu untuk sebuah pengorbanan," jelas Bastian kemudian mendekati Gea dan menatapnya dengan intens, memegang kedua tangannya. "Jangan terlalu mendesak ku untuk menceraikannya, tapi aku berjanji akan lebih mencintaimu daripada dia. Dan suatu hari nanti jika aku sudah bebas dari belenggu keluarganya, aku akan menceraikannya dan menikah denganmu."
Gea menghembuskan napas kasar kemudian melepaskan tangan dari genggaman Bastian sambil berkata, "ya ... semoga saja Ini bukan sebuah janji manis atau sekadar membuat karena kamu memang tidak ingin menceraikannya."
"Apa kamu masih meragukan cintaku setelah apa yang aku berikan padamu selama ini?" tanya Bastian.
"Entahlah," jawab Gea kemudian lanjut memilih pakaian untuk Alexa.
Bastian lanjut mengikuti Gea hingga dia menemukan pakaian yang menurutnya cocok untuk Alexa kemudian mengambilnya. "Sayang ... sepertinya ini cocok untuk temanmu."
Gea menoleh menatap pakaian yang dipilih oleh Bastian. dia tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. "Gea tidak akan pernah memakai pakaian seperti itu. Dia tidak percaya diri jika mengenakan pakaian yang seksi," ucapnya.
Bastian mengangguk paham dan meletakkan kembali pakaian itu kemudian lanjut mengikuti Gea yang sedang belanja tanpa ada sedikitpun rasa takut jika istrinya tiba-tiba datang, dan mengetahui bahwa dia selingkuh dengan gadis itu.
____
Setibanya di depan gedung apartemen tempat Gea tinggal, Melvin turun dari mobil bersamaan dengan Alexa sementara Joey tetap di mobil dan membuka jendela.
"Alexa ... pokoknya kamu harus datang," seru Joey dari jendela.
"Eh aku tidak ..." Alexa belum menyelesaikan perkataannya namun Melvin malah menyela dan menggenggam tangannya.
"Kamu tegang saja dia pasti akan datang tepat waktu karena aku akan menjemputnya lebih awal," ucap Melvin dengan tersenyum.
Alexa melirik Melvin, hendak melepas cengkeraman tangannya namun malah dicengkeram semakin erat.
"Sekarang aku akan mengantarnya masuk. Kamu tunggu di mobil saja," seru Melvin pada Joey kemudian menuntun Alexa berjalan menuju pintu utama apartemen yang merupakan kaca tembus pandang yang tampak kokoh bertuliskan "open" pada bagian samping handle pintu itu.
"Lepaskan aku!" seru Gea kesal.
Melvin menoleh ke arah luar dan melihat Joey yang sudah kembali menutup kaca mobil. Dia beralih menatap Alexa dan menariknya menyusuri koridor menuju lift.
"Melvin lepaskan aku!" Kali ini Alexa benar-benar marah hingga Melvin melepasnya, menatapnya dengan tatapan begitu dingin.
"Sebenarnya apa maumu? Kenapa mendadak menjadikan aku sebagai pacarmu?" tanya Alexa kesal.
"Alexa ... aku tidak punya pacar dan Joey terlanjur mengira aku memiliki pacar dan dia juga telah mengatakan hal itu pada orangtuaku," jelas Melvin.
"Lalu apa urusannya denganku?" tanya Alexa.
"Karena kamu penyebab semua ini," jawab Melvin. "Kamu menjawab panggilan darinya dan tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi tapi malah diam ketika dia menuduh kamu sebagai pacarku. Setelah itu dia mengadu pada orangtuaku dan sekarang aku harus memperkenalkan pacarku ....dan itu kamu," lanjutnya diakhiri dengan kekesalan.
"Dan aku bukan pacarmu!" Alexa menegaskan.
"Kita pacaran mulai detik ini!" seru Melvin.
"Melvin. Umumnya seseorang menginginkan suatu hubungan dengan cara yang romantis, tapi kamu ... memaksa dan sangat tidak romantis. Bagaimana bisa aku menerimamu sebagai pacarku?"
"Hey. Awal mula masalah ini karena kamu, jadi sama saja kamu yang ingin jadi pacarku!"
Alexa tersenyum sinis dan bersendekap. "Jangan terlalu percaya diri. Aku tidak pernah mengaku sebagai pacarmu. Aku hanya menerima panggilan itu dan tiba-tiba saja Joey mengira aku pacarmu. Apa selama ini tidak ada yang dekat denganmu hingga dia langsung mengira perempuan yang membawa ponselmu adalah pacarmu?"
"Aku tidak pernah berpacaran selama ini. Bagiku pacaran itu tidak penting," ucap Melvin dengan memalingkan wajahnya.
"Kalau begitu kita sama. Aku juga tidak pernah berpacaran," sahut Alexa dengan ketus.
"Itu berarti kita harus berpacaran di depan orangtuaku, atau bila perlu sungguhan, karena aku malas mencari gadis lain untuk aku pacari. Aku tidak punya waktu banyak. Nanti kita lanjutkan pembicaraan ini di telepon," ucap Melvin dengan santai kemudian meninggalkan Alexa begitu saja.
"Ini namanya pemaksaan!" gumam Alexa sambil melirik kepergian Melvin. "Tapi dia tampan. Bu Siska pasti iri jika tau dia adalah pacarku," lanjutnya selalu ingin membuat bos nya iri.