Chapter 17 - Terpesona

Saat waktu menunjukkan pukul 06:30 malam, Alexa sedang duduk di kursi depan meja rias sementara Gea berdiri di sampingnya sambil mengepang sejumput rambut bagian sisi kirinya, sementara sisi kanan sudah dikepang dengan rapi. gadis cantik itu sudah mengenakan terusan dress sebatas lutut berwarna putih kekuningan dengan motif bunga-bunga blossom dengan bagian lengan panjang dan terdapat pita aksesoris pada bagian lehernya. Dia juga sudah memoles wajahnya dengan make up tipis dan menyemprotkan parfum beraroma apel ke arah tubuhnya.

"Alexa semalam kamu mimpi apa?" tanya Gea.

"Entah ... aku merasa bermimpi tapi aku lupa mimpi itu mimpi apa," jawab Alexa sembari menatapi pantulan dirinya dalam cermin.

"Kamu sangat beruntung, dan aku tidak pernah habis pikir kenapa orang yang membawamu ke kamar .. akhirnya juga menjadi pacarmu ... Dan Kamu sendiri yang mengatakan bahwa dia adalah seorang pangeran hahhaha," ucap dia sambil tertawa terbahak-bahak saat teringat Alexa menahan Melvin untuk tidak pulang dan merancu memanggilnya dengan sebutan "My Prince".

"Aku tidak pernah berpikir akan jadi pacarnya bahkan wajahnya juga tidak pernah hadir dalam mimpiku," sahut Alexa dengan wajahnya yang tampak tidak nyaman.

Gea menghela napas, kemudian mengikat rambut samping kanan Alexa yang sudah dikepang ke arah belakang disatukan dengan rambut sisi kiri yang juga sudah dikepang. "Ughh ... kamu sangat cantik."

"Tapi aku malu .. aku merasa tidak seharusnya menerima permintaannya menjadi pacarku. Keluarganya pasti sangat kaya, dari kalangan elit. Aku hanya butiran debu ..." ucap Alexa dengan frustasi. Dia benar-benar grogi. Tidak pernah berpacaran, sekalinya berpacaran malah dengan pria sangat kaya dan langsung akan diajak makan malam bersama keluarganya. Ya Tuhan, dia serasa ingin pingsan saja supaya batal menghadiri acara makan malam itu.

"Hemmmm..." Gea menghela napas, menatap Alexa dari cermin sembari mengusap-usap rambutnya supaya rapi. "Kamu harus optimis. Tidak semua orang kaya memandang rendah gadis seperti kita. Siapa tau, keluarga Melvin adalah tipikal keluarga yang open minded. Jadi, kamu tidak perlu minder. Kamu ... kita, pantas mendapat perlakuan baik selagi kita berlaku baik pula,' ucapnya sok bijak.

Alexa termangu, kemudian mendongak ke samping menatap Gea. "Tapi kamu tidak baik, kamu memacari suami orang."

"Ah, soal itu aku belum yakin ... Hanya berpacaran, bukan dinikahi. Itu bukan masalah besar dan kesalahan fatal," ucap Gea kemudian beralih berjalan menuju rak sepatu gantung. Dia mengambil beberapa koleksi high heels miliknya yang cukup tinggi mulai dari 12 cm hingga 15 cm dengan berbagai varian warna dan style.

Alexa beranjak berdiri, beralih menuju lemari pakaian di mana terdapat kaca persegi panjang pada bagian pintu. Dia menatap pantulan dirinya di kaca itu dan tersenyum simpul, mengagumi kecantikan dirinya sendiri dengan gaya rambut hasil riasan Gea, dan gaun yang dikenakannya terlihat simpel tapi elegan, sangat anggun dan dia terlihat imut.

"Nah, karena Melvin berpostur tinggi, kamu harus menyeimbangkan dirimu dengannya dengan memakai high heels ini," ucap Gea sambil menyerahkan high heels berwarna cream dengan tinggi 13 cm.

Seketika Alexa membulatkan matanya. "Gea, aku bisa langsung jatuh jika pakai heels setinggi itu. Aku pakai milikku sendiri saja!" ucapnya.

"Aku tau, semua heels mu kurang tinggi. Kamu tidak akan terlihat matching ketika berjalan di samping Melvin. Kamu seperti cebol atau malah seperti adiknya," sahut Gea merutuki nasib Alexa yang memang hanya 160 cm sementara Melvin 180an.

Ting tong ... Ting tong ...

Gea menyunggingkan senyum di bibirnya saat mendengar suara bel berbunyi kemudian melirik Alexa dengan lirikan menggoda. "Yuhuuuu ... my prince telah datang."

"Geaaa!" Alexa kesal namun terlihat rona kemerahan di wajahnya bak kepiting rebus siap saji.

"Aku akan bukakan pintu untuknya, dan kamu pilih heels yang paling keren dan tidak membuatmu terlihat cebol di sampingnya," seru Gea dengan tersenyum geli kemudian berjalan keluar kamar menuju ruang tamu.

Ceklek ...

Gea tersenyum ramah pada Melvin yang terlihat begitu keren dengan mengenakan celana jeans berwarna hitam ketat dipadu dengan t-shirt putih dan jaket berwarna sepadan dengan celana, serta tercium aroma Woody cara menambah kharismanya.

"Apa Alexa sudah siap?" tanya Melvin dengan tatapan datarnya.

"Eh ... dia sedang bersiap di kamar tunggu sebentar," seru Gea kemudian memundurkan langkahnya mempersilahkan Melvin untuk masuk namun saat itu juga Alexa datang dari arah ruang tengah.

"Aku sudah siap," ucap Alexa dengan tatapan tidak nyaman karena memakai heels setinggi 13 cm berwarna cream. Dia juga mengenakan tas selempang kecil berwarna merah muda yang selalu dibawanya saat sedang jalan-jalan bersama Gea.

Melvin terdiam, menatap Alexa dari bawah ke atas hingga berulang kali hingga tanpa sadar mulutnya berkata, "so gorgeous ..." Dan yang ditatap akhirnya menekuk wajahnya karena malu dan canggung..

"Em, sebaiknya jangan pakai tas ini. Kamu terlihat seperti remaja yang akan jalan ke mal," seru Gea mendekati Alexa.

"Ini sudah bagus, Gea. Aku tidak perlu ganti," sahut Alexa dengan mengerutkan keningnya.

"Biarkan seperti itu," seru Melvin kemudian melirik arlojinya. "Lebih baik kita berangkat sekarang. Keluargaku sudah menunggu di rumah," lanjutnya dengan tatapan datar.

Mendengar tentang keluarga Melvin yang sudah menunggu, membuat nyali Alexa semakin ciut. Dia membayangkan bagaimana respon orang tua Marvin ketika melihat dirinya sebagai kekasih putra mereka yang terlihat tampan dan begitu sempurna sebagai sosok calon suami idaman.

"Ayo, Sayang," seru Melvin mendekati Alexa kemudian memegang tangannya.

"Ehh ... iya."

Dengan rasa canggung Alexa akhirnya berjalan keluar apartemen dengan dituntun oleh Melvin. 'Sebenarnya, ini pacaran sungguhan atau hanya sandiwara atau sandiwara yang berujung pada sungguhan? ia menggenggam tanganku saat tidak ada siapapun ...,' batinnya sambil terus berjalan beriringan dengan Melvin menyusuri koridor hingga tiba di lift yang mengantarkan mereka menuju ke lantai dasar.

"Jam berapa kita akan pulang?" tanya Alexa tanpa menoleh. tubuhnya saat gemetar karena jantungnya berdegup kencang, sesekali melirik tangannya yang masih digenggam oleh Melvin.

"Alexa, kita baru akan berangkat kenapa kamu tanya kapan kita akan pulang?" Melvin balik bertanya sambil melirik Alexa.

"Aku ... aku hanya ingin memastikan aku tidak pulang terlalu larut malam karena besok aku harus kembali bekerja," jawab Alexa gugup karena lirikan Melvin seperti membuat jantungnya semakin berdegup kencang. Matanya yang kebiruan, sungguh indah dipandang.

"Aku pastikan kamu tidak akan pulang terlalu larut malam," ucap Melvin.

Dretttt ... drettt ...

Tiba-tiba ponselnya yang terletak di saku jaketnya berdering. Melvin terpaksa melepaskan genggaman tangannya pada Alexa kemudian mengambil ponsel itu dan melihat ada panggilan masuk dari ibunya.

"Hallo, Ma?"

"Apa kamu sudah menjemput pacarmu?" tanya Elena dari telepon.

"Ya ... Sepuluh menit lagi aku akan tiba di rumah," jawab Melvin kemudian berjalan keluar lift dengan diikuti oleh Alexa.

"Baguslah ... Dante sudah tiba di sini. Mama tunggu kamu dan pacarmu untuk memulai makan bersama."

"Iya, Ma. Kalau begitu aku matikan dulu telponnya."

"Iya, Nak. Hati-hati di jalan dan jaga pacarmu dengan baik."

Sambungan telepon terputus. Melvin kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya dan menoleh ke arah belakang di mana Alexa berjalan lebih lambat dari nya, bahkan terlihat sangat tidak nyaman dengan mengenakan high heels itu, membuatnya tersenyum geli dan akhirnya memutuskan menunggunya sambil menatapnya.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Alexa dengan bersungut-sungut, karena Melvin tersenyum padanya sementara dia agak kesulitan saat berjalan. High heels itu terlalu tinggi.

"Jika tidak pandai memakai sepatu hak tinggi seperti itu ... lebih baik kamu pakai sepatu biasa saja," ucap Melvin santai.

"Aku tidak ingin terlihat terlalu pendek di sampingmu ..," sahut Alexa hingga dia lanjut berjalan mengikuti langkah Melvin yang terlalu cepat hingga dia tidak bisa menjaga keseimbangannya dan hampir jatuh jika Melvin tidak menahannya.

Melvin merengkuh pinggang Alexa yang berpegangan pada pundaknya. Mereka saling menatap sejenak, saling mengagumi pesona masing-masing hingga tidak menyadari beberapa orang lewat melirik mereka.

buat yang suka baca karya aku, aku punya karya di fizzo. bisa dibaca sampai tamat gratis. judulnya the replacement bride love after marriage atas nama pena dellunaxray.

ada juga yang masih on going di akun baby Moonjuice judul : Obsesi gila tuan CEO.

bantu dukung di sana ya, karena saya nggak nulis lagi di sini. di sana semua karya bahasa Indonesia kok. dan gratis.